"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
Menurut Nadia, perjodohan ini merupakan cara untuk mempertahankan posisi putranya di perusahaan.Jika tidak melakukan perjodohan ini, akan ada kemungkinan perusahaan ini dirampas oleh anak haram itu."Bu, aku ...." Kata-kata Yosef dipotong oleh Nadia, "Nggak masalah kamu ingin bermain-main dengan Janice si jalang itu, tapi jangan pernah berpikir untuk menikahinya! Menantu keluarga Lucario hanya boleh putri bungsu keluarga Ingra!"Nadia tentu tahu bahwa putranya menyukai Janice.Sebelumnya, karena tidak ada calon menantu yang cocok, dia membiarkan Yosef bermain-main dengan wanita.Baginya, tidak masalah pria bermain-main dengan beberapa wanita sebelum menikah.Namun, setelah menikah, semua wanita itu harus diputuskan dengan bersih.Selain itu, menurutnya, Janice bukanlah wanita baik-baik.Janice tiba-tiba hamil setelah suaminya meninggal lebih dari setahun. Hubungan antara Janice dengan adik iparnya juga tidak jelas, berita tentang mereka sering masuk tren tagar.Wanita seperti Janice,
Pada saat itu, Miana dan Sherry melewati toko perhiasan. Miana tanpa sengaja melihat seorang wanita yang sedang memilih cincin di dalam toko itu tampak sangat tidak asing. Dia pun menarik Sherry masuk. Begitu mendekat, dia langsung mengenali wanita itu adalah Sofia Lestari. Sofia merupakan klien yang datang ke firma hukum lima tahun yang lalu, untuk mengajukan gugatan cerai karena suaminya berselingkuh dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Lima tahun yang lalu, Miana masih magang di firma hukum, dan kasus perceraian itu ditangani oleh gurunya. Namun, sebelum kasus perceraian itu selesai, gurunya melompat dari gedung dan meninggal dunia.Miana sangat mengenal gurunya. Walaupun gurunya berkarakter keras dan suka memarahi orang, gurunya bukan tipe orang yang akan bunuh diri.Setelah kematian gurunya, dia sempat mencari Sofia untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Sofia telah menjual rumahnya dan pindah.Selama lima tahun ini, Miana tidak berhenti dan secara diam-diam m
Sofia bergegas meninggalkan toko perhiasan itu.Sherry berdiri, hendak mengejar, tetapi ditarik oleh Miana, "Nggak perlu dikejar, nggak ada gunanya."Reaksi wanita itu sudah membuktikan bahwa dia adalah Sofia Lestari.Jika bukan, dia tidak akan buru-buru pergi."Jadi, sekarang kita pergi?" Sherry mau tak mau menyerah."Kamu sudah menyerahkan kartu itu ke pegawai, nggak mau lihat-lihat dulu?" Miana tersenyum dan lanjut berkata, "Menurutku, lebih baik kamu tunggu, dia pasti akan segera datang mencarimu."Setelah kartu diserahkan, untuk memverifikasi keaslian kartu, mereka pasti akan menghubungi pemilik kartu tersebut.Adapun Sofia, dia akan mencari seseorang untuk mengikuti Sofia.Dia tidak akan membiarkan Sofia yang sudah kembali bisa pergi lagi!Sherry mengatupkan bibir sejenak, lalu berkata, "Jujur saja, aku nggak ingin menggunakan uangnya, tapi kalau aku nggak menggunakan uangnya, dia akan bilang aku menginginkan cintanya dan dia nggak bisa memberikannya!"Sherry dan Farel melakukan
"Sofia, kenapa kamu menjerit?" tanya orang di telepon dengan suara tajam, dia merasa kesal."G-Gio!" Sofia terkejut hingga ketakutan, dan dengan terbata-bata dia menyebut nama ini.Gio Ducan adalah pengacara yang melompat dari gedung dan meninggal lima tahun lalu, juga adalah guru Miana."Dia sudah mati lima tahun yang lalu!" seru pria di telepon dengan tegas. "Jangan menakut-nakuti dirimu sendiri!""Dia, dia nggak mati, dia masih hidup, dia ada di depanku!" teriak Sofia lagi."Seseorang sedang berpura-pura menakuti-nakutimu! Ingat, jangan bicara sembarangan!" Pria itu memperingatkannya."Ini bukan berpura-pura! Ini nyata!" Penampilan orang di depannya begitu nyata, sehingga Sofia ketakutan dan jatuh pingsan ke lantai. Layar ponselnya pecah ketika membentur lantai."Sofia! Bicara!" Pria di ujung telepon terus berteriak.Sofia sudah kehilangan kesadaran, jadi tentu saja tidak bisa merespons.Pada saat ini, sepasang sepatu kulit yang mengkilap berhenti di depan Sofia. Pria itu kemudian m
"Sher ...." Saat Miana ingin berbicara, pintu ruang tunggu dibuka seseorang.Sherry mengangkat kepalanya, dan pandangannya bertemu dengan mata pria yang tampak seperti tersenyum. Dalam hatinya, dia berpikir, 'Tebakan Mia sangat tepat. Pria ini datang dengan begitu cepat ke sini.'"Dia datang untuk menemuimu. Kalian bicara dulu, aku akan tunggu di luar," ujar Miana, lalu mendorong Sherry menjauh dan berdiri. Dia merapikan pakaiannya, lalu berbalik, menatap pria itu sambil tersenyum, lalu menyapa, "Halo, Tuan Muda Farel.""Halo, Nyonya Jirgan."Miana dengan lembut mengoreksi, "Panggil aku Miana saja."Dulu, dia sangat suka dipanggil Nyonya Jirgan.Kini, dia merasa panggilan Nyonya Jirgan terdengar sangat sarkastis, seakan-akan dirinya adalah sebuah lelucon.Farel mengangkat alisnya.Miana langsung pergi.Begitu dia keluar dari ruang tunggu, ponselnya berdering."Sofia tiba-tiba pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat ini, sedang dilakukan pemeriksaan."Ekspresi Miana berubah dan bertanya
Miana tertegun. Setelah mengatur pikirannya, dia tersenyum sambil menjawab, "Kenapa kamu nggak bilang pembantu di Kompleks Gaillardia? Selain itu, bukan hal sulit bagi peretas zaman sekarang untuk mengubah alamat IP, 'kan? Kamu malah ingin menggunakan hal ini untuk menuduhku?"Henry membicarakan hal ini pagi tadi, tetapi dia tidak menganggapnya serius.Dia merasa tenang karena memang bukan dia yang melakukannya.Namun, melihat situasi sekarang, sepertinya ada yang ingin menjebaknya.Sama seperti beberapa kali sebelumnya.Tampaknya, dia harus menunjukkan bukti yang ditemukan sebelumnya kepada Henry."Pembantu di rumah semuanya sudah paruh baya, mereka nggak mungkin mengerti hal-hal seperti ini!"Miana tertawa kecil.'Sudah paruh baya nggak mengerti hal seperti ini? Dia ingin merendahkan kecerdasan siapa?'"Kakek bilang, kita harus segera melangsungkan pesta pernikahan. Kakek juga bilang, dia akan mengadakan konferensi pers besok untuk mengumumkan hubungan kita." Saat mengatakan ini, Hen
Miana tertawa kesal ketika menyadari bahwa panggilannya sengaja diputus setelah nada sambung terdengar beberapa kali.'Henry! Hebat sekali kamu!'Setelah itu, dia menelepon Wiley.Begitu tersambung, dia langsung berkata, "Pak Wiley, tolong berikan ponselnya ke Pak Henry, aku ada urusan penting!""Nona Miana, Pak Henry sedang sibuk ....""Kalau begitu katakan di mana kalian sekarang, aku akan ke sana!" Miana sudah sangat marah dan ingin melampiaskannya ke Henry."Kami di kantor.""Oke, sepuluh menit lagi aku sampai!"Setelah mengatakan itu, Miana langsung menutup telepon.Saat ini, di kantor CEO Grup Eskaria.Henry memegang dokumen, berpura-pura membacanya, tetapi sebenarnya mendengarkan percakapan Wiley dengan Miana.Wiley menyimpan ponselnya dan melihat bahwa dokumen di tangan Pak Henry terbalik.Setelah ragu sejenak, dia tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu, "Pak Henry, dokumennya terbalik."Henry meletakkan dokumen di meja dengan keras, berdeham sebelum bertanya, "Ada apa?""N
"Begitu mendengar kabar ini, aku langsung mencari orang itu. Ternyata dia sedang diselidiki oleh pihak berwajib. Kejadian ini tiba-tiba, pasti ada yang merencanakan diam-diam!"Miana menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu berkata, "Kamu telepon dan beri tahu para petinggi untuk rapat di kantor! Aku akan segera ke kantor!""Baik, aku akan segera memberi tahu mereka!"Miana baru saja menutup telepon, Giyan sudah bertanya, "Apa yang terjadi? Butuh bantuan?"Giyan sebenarnya ingin membantu, tetapi Miana akan marah jika dia bertindak tanpa persetujuan Miana.Miana menenangkan diri, menatap Giyan dengan perasaan bersalah. "Maaf, sepertinya aku nggak bisa bertemu dengan ayah dan ibumu malam ini. Ada masalah di perusahaan, dan kamu tahu, Sherry sekarang di rumah sakit, nggak bisa ke kantor, jadi aku yang harus menanganinya. Kalau aku butuh bantuan, aku akan meneleponmu."Miana merasa tidak enak hati karena terpaksa membatalkan janji bertemu dengan orang tua Giyan."Nggak apa-ap
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera
Di dalam histori percakapan, si pria dan selingkuhannya sedang merencanakan bagaimana cara membunuh istri sah.Yang lebih mengerikan adalah pria dan selingkuhannya bahkan membeli racun paraquat dan racun tikus secara daring, tetapi keduanya tidak ada yang berani menggunakannya.Miana menekan amarahnya dan terus membaca.Saat ini, memang banyak selingkuhan yang tidak tahu malu.Mereka akan melakukan apa saja untuk mengubah status mereka.Ketika Giyan menelepon, Miana baru memutuskan untuk mematikan laptopnya.Meskipun belum melihat semua bukti yang dikumpulkan oleh Amanda, hanya berdasarkan histori percakapan dan pembelian paraquat dan racun tikus secara daring, sudah sangat jelas bahwa keduanya berencana membunuh istri sah.Hanya saja, bukti tersebut masih belum cukup.Miana harus membuat kedua orang itu mengakui rencana mereka untuk membunuh istri sah!Sebelum persidangan, dia harus mendapatkan rekaman pengakuan mereka.Setelah membereskan barang-barang, dia turun ke bawah dan melihat
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni