Tangguh memperbaiki keran air dengan cepat, sehingga Linda dapat meneruskan mencuci piring sambil tersenyum sangat manis pada pemuda itu. Melihat baju Tangguh yang kotor, reflek tangan Linda menyentuh bagian dada pemuda itu, menepuk-nepuknya dengan pelan.
"Kamu berotot sekali," bisik Linda membuat Tangguh kembali menahan napas cukup lama. Steve masih berada di teras rumah sedang menelepon seseorang sehingga ia tidak mengetahui yang terjadi di dapur antara istrinya dan juga Tangguh.
"S-saya permisi, Bu." Tangguh yang semakin takut, memutuskan untuk pamit undur diri, tetapi Linda dengan sigap menahan tangan Tangguh dan menariknya dengan kasar, hingga tubuh keduanya bertabrakan.
Tangguh mendelik kaget dan ia tidak berani mengembuskan napas, saat kedua bola matanya bertatapan begitu lekat dengan bola mata Linda. Ia ingin sekali berontak, tetapi sisi lain hatinya menahannya untuk menikmati momen langka ini.
Cup
Dengan sedikit berjinjit, Linda mengecup pelan bibir pemuda polos di depannya. Mengulumnya lembut hingga Tangguh tak berani bernapas. Puas melihat wajah pemuda di depannya bak kepiting rebus, Linda pun melepas pagutannya secara perlahan.
"Pergilah, kita lanjutkan besok." Wanita itu tersenyum senang, lalu berbalik badan dan melanjutkan pekerjaan mencuci piringnya. Tangguh berjalan dengan sedikit terhuyung menuju ruang makan. Lalu berjalan cepat keluar dari rumah.
"Pak Steve, keran airnya sudah bisa dipakai lagi. Saya permisi kembali ke rumah ya, Pak, ingin menelepon adik saya dan mungkin setelah itu langsung beristirahat." Steve yang masih mendengarkan seseorang dari ponselnya hanya mengangguk sambil tersenyum dan juga mengacungkan ibu jarinya. Tangguh mengangguk pamit, lalu berjalan cepat menuju rumahnya.
Pemuda itu lekas menutup pintu, lalu menguncinya. Ia bersandar dengan tubuh yang lemas di dinding dan akhirnya merosot. "Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?" gumam Tangguh dengan sambil meremas rambutnya. Cepat ia bangun dan berjalan ke kamar mandi. Hal yang pertama ia lakukan adalah mencuci muka. Saat bercermin dengan wajah basahnya, Tangguh meraba bibirnya yang tadi dikecup oleh Linda.
Bibirnya sudah tidak perjaka lagi. Linda sudah mengambil ciuman pertamanya. Tangguh menggelengkan kepala dengan kuat, bermaksud mengusir ingatan itu dari kepalanya. Lekas ia kembali mencuci wajahnya, lalu mengeringkannya dengan handuk kecil. Tangguh mematikan lampu ruangan dan bersiap untuk tidur. Walau ia sendiri tidak tahu, apakah ia bisa tidur dengan nyenyak atau tidak.
Tangguh tidak bisa tidur, bahkan hingga waktu subuh. Matanya terus saja terbuka akibat memikirkan Linda dan ciuman itu. Rasa penasaran sekaligus panas menghinggapi dirinya. Dengan garis hitam di bawah mata, Tangguh berjalan menuju kamar mandi dan dan mengguyur seluruh tubuhnya.
Senjatanya yang sedari tadi bangun, akhirnya bisa ia tidurkan dengan guyuran air dingin. Ia berharap bisa segera melupakan kejadian tadi malam bersama Linda.
Seperti biasa, Tangguh akan merapikan rumah sebelum mulai olah raga pagi. Dengan memakai kaus tanpa lengan dan juga training panjang, Tangguh kembali keluar rumah untuk berolah raga lari. Sengaja ia mempercepat laju larinya agar tubuhnya berkeringat deras. Pikiran mesum yang semalaman bersarang di otaknya, sangat ia harapkan bisa pergi dan tidak mengganggu fokusnya untuk bekerja pada Steve.
Satu jam berlari kencang, Tangguh kembali ke rumah dan mendapati kedua majikannya tengah menikmati kopi pagi di teras rumah. Mereka tersenyum sangat manis padanya sambil mengangkat cangkir teh, tanda bersulang. Tangguh mengangguk sungkan, lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Selesai mandi dan berpakaian sederhana, Tangguh berjalan ke rumah Steve untuk sarapan bersama. Suami istri itu memang tengah menunggu kedatangannya.
"Ayo, cepat, kamu lama sekali mandinya," keluh Linda dengan wajah dibuat masam. Tangguh merasa menjadi semakin sungkan dan tidak enak hati. Majikannya telah menunggunya dengan sabar untuk sarapan, padahal mungkin perut mereka sudah sangat lapar.
"Maaf, Bu, Pak, saya terlalu lama ya? Itu ... mm ... saya mencuci pakaian yang sudah saya rendam di ember, jadi lama di kamar mandinya," ujar Tangguh memberikan alasan yang sebenarnya, karena ia memang baru saja mencuci pakaian, kemudian menjemurnya.
"Tidak apa-apa. Ayo langsung makan saja. Saya ada janji temu dengan klien di Jakarta," jawab Steve lagi sambil memberikan sendok pada Tangguh. Mereka menikmati nasi goreng enak buatan Linda. Tangguh yang kelaparan, bahkan makan dengan sangat lahap tanpa menoleh pada dua majikan yang tengah memperhatikannya.
"Sepertinya dia sangat lapar," bisik Linda pada suaminya. Steve mengangguk setuju sambil menyeringai.
"Hari ini kamu cek mesin Toyota yang kemarin sudah aku perlihatkan."
"Siap, Bos," jawab Tangguh dengan semangat.
"Baiklah, aku pergi dulu ya. Mungkin akan kembali sore. Sayang, kamu mau titip apa?" tanya Steve pada istrinya.
"Mpek-mpek kapal selam dan juga es sop buah. Jangan pakai strawberi, oke."
"Baiklah, Sayang."
Cup
Steve mencium sekilas bibir istrinya, lalu menepuk pundak Tangguh tanda ia berpamitan. Tangguh mengangguk kaku sambil memberikan senyuman. Ia makan dengan cepat, selagi Linda mengantar suaminya di ke depan rumah.
Huk!
Huk!Tangguh tersedak potongan ayam yang ia kunyah dengan cepat, sehingga ia batuk-batuk dan mengeluarkan air mata. Tangguh mengambil gelas teh, lalu meminumnya dengan cepat. Tenggorokannya mendadak sakit dan perih. Tangguh berjalan ke dapur untuk mengambil air hangat, lalu kembali lagi ke ruang makan.
Linda baru saja masuk ke dalam rumah, menutup pintu, lalu menguncinya. Tangguh menelan ludah dengan kedua kaki gemetaran. Bola mata keduanya saling mengunci untuk beberapa saat, sampai Tangguh tersadar dan membuang pandangannya.
"Bu, saya sudah selesai sarapan dan ingin pergi ke gudang," ujar Tangguh dengan canggung. Linda terus saja berjalan dengan pelan ke arah Tangguh. Setelah jarak mereka cukup dekat, Linda memberikan gelas yang sudah ia siapkan di dekat piringnya. Seakan-akan itu adalah gelas minumnya.
"Ini, minumlah. Aku membuat obat herbal agar kamu tidak sesak tiba-tiba saat mencium bau oli yang menyengat," kata Linda sambil meletakkan bibir gelas pada bibir Tangguh.
"Ayo, tidak apa. Minumlah," desak Linda lagi hingga Tangguh terpaksa membuka mulut dan minum air pemberian Linda hingga gelas itu akhirnya kosong.
"Steve sudah pergi. Ayo, kita selesaikan yang semalam. Aku tahu kamu pasti tidak bisa tidur semalaman karena aku." Linda berbisik manja sambil memeluk tubuh kekar Tangguh. Lelaki itu bagai terhipnotis patuh. Bukannya ia mengurai pelukan Linda, tangan Tangguh sudah merangkul pinggang wanita itu hingga menempel pada tubuhnya.
"Saya jatuh cinta pada Bu Linda," bisik Tangguh jujur.
"Aku pun sama." Linda menjawab dengan suara yang juga sama berbisiknya. Wanita itu melepas pelukannya pada Tangguh, lalu menarik tangan pemuda itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
Bersambung_
Dewasa 21+ "Apa kau benar-benar mencintaiku?" bisik Linda saat keduanya sudah berada di dalam kamar yang dikunci. "Tentu saja, saya mencintai Bu Linda. Apa itu boleh?" tanya balik Tangguh sambil menahan aliran darah yang tiba-tiba begitu kencang menuju senjata miliknya. Kedua masih mengunci pandangan dengan kedua tangan Tangguh memeluk pinggang Linda. "Aku pun sama," jawab Linda begitu lembut sambil melepas pelukan Tangguh pada pinggangnya, lalu tangan wanita itu memegang tangan Tangguh, jemari mereka bertautan dengan tatapan saling mengunci. Linda mendorong lembut tubuh pemuda itu hingga menabrak dinding. Meletakkan tangan Tangguh di atas kepalanya dan sedikit berjinjit untuk mengulum mesra bibir kekasihnya. Linda menekan kakinya pada kedua kaki Tangguh dalam keheningan yang membuat desah napas Linda dan juga Tangguh, serta alunan gesekan kedua tubuh mereka terdengar semakin keras. Tangguh menur
Linda sangat senang dengan Tangguh. Pemuda itu begitu sehat dan kuat sehingga mereka bisa mengulanginya hingga beberapa kali. Tak terlihat lelah atau napas yang tersengal karena kelelahan. Wanita muda itu tahu ia tidak pernah salah menentukan lelaki selama hidupnya. Tangguh berbaring memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan sebagai alas kepalanya. Pemuda itu tidak benar-benar tidur hanya ia tengah memikirkan perbuatannya yang terlalu nekat dan membahayakan.“Sebaiknya saya kembali bekerja, Nyonya,” kata Tangguh sembari mencoba bangun dari posisinya. Linda yang tengah memeluknya dengan tubuh polos tentu tidak akan membiarkan momen langka ini berlalu begitu cepat. Baru pukul satu siang dan masih ada tiga jam lagi sampai suaminya pulang. Ia masih ingin bermalas-malasan bersama pemuda tampan dan juga kuat seperti Tangguh.“Nanti saja, aku masih ingin memelukmu,” bisik Linda dengan menahan lengan Tang
“Eh, ini, Pak, saya tadi buang air kecil di dekat pohon sana karena udah tidak tahan. Tiba-tiba ada kodok, saya jadi kaget dan lupa mengancing kembali,” jawab Tangguh dengan terpaksa berkilah.“Oh, oke. Kita langsung pulang saja ya. Nanti malam ada pembeli yang sudah mau menjemput si Kijang. Kamu akan saya kasih bonus, Guh,” kata Steve dengan antusias.“Wah, rejeki emang gak kemana ya, Pak. Udah langsung ada yang beli. Saya jadi semangat untuk benerin mobil yang lain,” sahut Tangguh yang tidak kalah senang. Jujur ia begitu merasa bangga ketika apa yang ia kerjakan sangat berarti bagi orang lain. Tidak disangka-sangka juga, lewat jalan ini ia menemukan pujaan hati—wanita kota yang sangat cantik dan juga panas.Menikah? Bagaimana caranya menikah dengan istri orang lain? Apakah poliandri? Sepertinya tidak ada hukum yang mengatur pernikahan aneh seperti itu. Ah … gimana nant
Terjerat Skandal Istri Bos 11 “Apa?” Tangguh memekik dengan kedua bola mata hampir saja terlempar dari tempatnya. “Ha ha … aku hanya bercanda, Guh. Mana mungkin kita nekat melakukan semua itu. Untuk sementara seperti ini saja aku tidak keberatan,” kata Linda sambil mengeratkan pelukannya pada Tangguh. Pemuda desa yang sudah terperosok dalam cinta buta itu pun hanya bisa tersenyum tipis, lalu mendaratkan satu kecupan di bibir kekasihnya. “Mau ke mana?” tanya Linda saat Tangguh mengurai tangannya, lalu menyeret tubuhnya yang kekar untuk turun dari tempat tidur Linda.
Linda mencoba bersikap biasa saja, tetapi berbeda dengan Tangguh yang wajahnya mendadak kaku dan berkeringat. Mobil Steve memasuki pekarangan rumah. Itu tandanya jika ia memarkirkan mobilnya ke depan bengkel, maka Linda akan terlihat berada di sana bersama dirinya."Aku akan bersembunyi di balik mobil ini. Kau buat suamiku sedikit menjauh, apa kau paham?" titah Linda sudah berjalan di balik-balik mobil rongsokan suaminya. Sandal yang ia gunakan juga sudah ia lepas dan ia pegang erat, agar gerak langkahnya nanti tidak dicurigai oleh Steve.Beruntunglah Steve langsung menuju bengkel, tidak mencari Linda ke dalam rumah. Tangguh berusaha memperbaiki air wajahnya dengan berdeham beberapa kali. Lalu juga ia berpura-pura keluar dari bengkel sambil mencuci tangan."Hai, Tangguh, bagaimana kerjamu hari ini?" sapa Steve sambil meletakkan topinya di atas meja kecil yang nampak berdebu. Hidung Steve membaui aroma nasi Padang yang cukup kental menusuk hidungnya.
"Jadi menurutmu, pola hidup masa muda yang membuat kejantananku tidak bisa bekerja maksimal?" tanya Steve pada Dokter Hadi; merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin yang juga salah satu kenalannya."Ya, aku menyarankan agar kamu hentikan rokok, tidak minum bir, tidak begadang, dan banyak makan buah. Memang berproses, tidak bisa cepat. Aku memang bisa memberikanmu resep obat kuat, tapi aku khawatir akan ginjalmu. Jadi aku hanya berikan vitamin saja ya," terang Dokter Hadi sambil menuliskan resep untuk Steve.Pria bule itu terdiam beberapa saat, lalu berkata, "aku mau resep obat kuat itu, aku akan mencobanya. Tidak perlu banyak, tiga pil cukup. Ayolah, Di," rengek Steve dengan wajah memelas. Dokter Hadi menghela napas. Di satu sisi ia kasihan dengan masalah Steve, di sisi lain ia juga mengkhawatirkan kondisi ginjal temannya itu. Apalagi Steve sudah tidak muda. Usianya hampir lima puluh tahun."Aku yakin tidak apa-apa, ayolah!" rengek Steve la
"Linda, baju kamu kenapa? Kena oli?" Linda terdiam beberapa saat, lalu matanya turun ke arah dada, di mana noda oli ulah tangan Tangguh tercetak di sana."Em ... ini ... aku menyenggol kaleng oli yang diletakkan Tangguh di sembarang tempat. Pada saat aku mau mengangkatnya, malah tanganku terkena kotorannya, Pa. Ini tadi pegang baju karena tidak sadar kalau tangan kena oli," jawab Linda berusaha meyakinkan suaminya. Steve hanya mengerutkan kening sambil tersenyum tipis melihat kekonyolan Linda."Ya sudah, ganti baju sana," kata Steve pada Linda. Wanita itu pun berjalan masuk ke kamar, maksud hati ingin segera mandi agar bau oli bisa hilang dari tubuhnya. Sebelum ia menutup pintu, ia menoleh pada suaminya."Papa jangan lupa ingatkan Tangguh, kalau meletakkan barang-barang seperti itu jangan sembarangan. Hati-hati merokok juga jangan di dalam bengkel," ujar Linda dengan suara ketus. Seakan-akan ia tidak menyukai kebiasaan pemuda yang menumpang di rumahnya.
Begitu mobil Steve berhenti di depan pagar rumahnya, Tangguh yang tidak benar-benar pergi dan tengah merokok di teras rumah, tentu saja langsung berlari untuk membukakan di pagar.Steve sempat menurunkan kaca mobil untuk menyapa Tangguh. Pemuda itu tersenyum lalu melirik sedikit Linda yang tengah berwajah masam dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Seketika itu juga, Tangguh merasa ada yang tidak beres dengan Linda.Wanita itu keluar lebih dahulu dari mobil dan berjalan dengan tergesa untuk masuk ke dalam rumah. Tangguh melihatnya dan secara otomatis membuat pemuda itu semakin penasaran.Selesai Tangguh mengunci pagar kembali, kakinya mendekat pada Steve yang berdiri di depan mobil sambil bersandar pada bibir kap. Lelaki tua itu tengah berusaha menyalakan api untuk mengisap rokok, tetapi gagal.Tangguh membantu menyalakan rokok Steve dengan korek gas yang ia punya. Pria itu hanya tersenyum, mengisap dalam rokoknya, lalu membuangnya ke
"Aah... yah... yah.... " Tangguh menjatuhkan tubuhnya di samping Linda. Ia tidak bisa melukiskan kata malu pada istrinya mengenai kekuatan di ranjangnya yang hanya bisa bertahan lima menit saja. Linda belum merasakan apa-apa, hanya nikmat pembuka saja, tetapi dirinya malah sudah selesai. Harga dirinya sebagai lelaki benar-benar sedang dipertaruhkan."Tidak apa-apa, Yah. Ibu gak papa. Ini sudah lebih baik dari bulan lalu yang benar-benar hanya dua menit saja." Linda menyentuh pundak polos suaminya. Mendekatkan tubuhnya agar berada dalam pelukan suaminya."Ini sudah dua tahun, Sayang, dan aku hanya bisa bertahan lima menit saja. Ya ampun, aku bingung harus bagaimana lagi," suara Tangguh terdengar begitu getir."Aku belum bisa mengisi rahim kamu dengan anak. Padahal si Kembar sudah ingin adik. Aku minta maaf ya," lirih Tangguh dengan mata berkaca-kaca."Tolong jangan tinggalkan aku karena lima menit ini. Aku tidak mau, Linda, aku bena
"Selamat untuk kalian berdua," kata Darwis sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Awalnya Tangguh ragu untuk menyambut tangan itu, tetapi karena Linda mengangguk pelan, maka Tangguh pun akhirnya menerima jabat tangan dari Darwis."Apa Linda belum menceritakan semuanya padamu? Wajah calon pengantin pria sepertinya begitu marah," sindir Darwis sambil mengulum senyum. Matanya tanpa sengaja menoleh pada dua anak lelaki yang baru saja naik ke atas pelaminan yang masing-masing tengah memegang cup es krim."Apa mereka yang waktu itu di perutmu?" tanya Darwis lagi sambil berbisik. Tangguh mengepalkan tangan, ingin sekali ia memukul lengan wajah Darwis hingga babak-belur, tetapi Linda kembali menahannya dengan mengusap punggung suaminya.Darwis berjalan menghampiri si Kembar, lalu ikut berjongkok di depan mereka."Halo, kenalkan, ini Opa Darwis. Kami siapa namanya?""Tarung, Opa.""Kalau kamu?""Toliq, Opa." Darwis terta
Tangguh ternyata membuktikan ucapannya. Tanggal pernikahan diedit menjadi lebih cepat dua Minggu dari yang ditentukan sejak awal. Semua orang menjadi super sibuk, termasuk Linda dan keluarga besarnya.Seperti hari ini, Linda tengah membagikan belasan batik dan gaun cantik untuk panitia acara pernikahannya. Tangguh yang menyiapkan semuanya, Linda hanya bagian membagikan dan mengatur siapa-siapa saja yang mendapat seragam.Thoriq dan Tarung duduk terdiam di depan televisi, di tengah keriuhan keluarga besar ibunya. Mereka baru saja dijemput pulang sekolah oleh salah satu saudara Linda, karena Linda sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh Mamanya."Tarung, Thoriq, kenapa?" tanya Linda yang terheran melihat kedua anaknya murung, tetapi tidak ada yang menjawab pertanyaan itu."Kapan ayah Tarung dan Thoriq pulang? Apa nanti saat Ibu menikah lagi, ayah Tarung baru pulang kerja?" tanya Tarung dengan mata berkaca-kaca. Linda menghela nap
Walau dirinya bukanlah gadis, tetap saja mama dari Linda menginginkan anaknya untuk tidak tinggal di rumah Tangguh sampai keduanya sah sebagai suami istri.Ini adalah hari kelima Linda dan Tangguh tidak tinggal berdekatan. Keduanya sesekali bertemu karena ada urusan yang berkaitan dengan mengurus acara pernikahan, sekaligus sekolah untuk si Kembar.Seperti pagi ini, Tarung dan Thoriq sudah rapi dengan pakaian baju kaus, celana jeans, dan juga sepatu boot. Tak lupa tas ransel bergambar Spiderman sudah berada di punggung keduanya.Hari ini adalah hari pertama si Kembar masuk sekolah. Keduanya bersekolah di sekolah alam yang tidak mengenakan seragam. Tangguh sengaja memilih sekolah yang sedikit berbeda dengan yang umum, agar anaknya enjoy bermain sambil belajar."Kamu beneran gak mau sarapan?" tanya Linda pada Tangguh yang sudah duduk di teras rumah orang tua Linda sambil menyesap tehnya."Nggak, belum kepingin. Nanti saja samp
Pertemuan mengharukan pun tidak terelakkan begitu Linda sampai di rumah orang tuanya. Mama dari Linda bahkan pingsan karena terkejut melihat putri yang sudah lama menghilang, kini datang ke rumahnya dengan membawa anak kembar.Satu hal yang membuat keduanya semakin bertangisan, yaitu berita wafatnya ayah dari Linda yang baru saja enam bulan yang lalu."Maafkan Linda, Ma, maaf." Hanya itu yang bisa ia ucapkan berkali-kali di depan mamanya yang terbaring lemas karena pingsan. Tangguh sama sekali tidak berani mengeluarkan suara, walau ia ikut kaget dengan kabar ayah Linda yang sudah tiada."Mbak, ini!" Linda menerima minyak kayu putih dari tangan adik perempuannya. Dengan cekatan dan sangat hati-hati, Linda mengoleskan minyak kayu putih pada hidung dan juga kening mamanya.Wanita paruh baya itu akhirnya membuka mata dengan perlahan. Linda menyuapi sendok demi sendok teh manis hangat kepada Sang mama."Kami darimana saja?" tanyanya de
Pagi hari, keadaan rumah menjadi begitu semarak sejak hadirnya Tarung dan Thoriq. Alicia; anak dari Rucita pun sangat senang dengan dua saudara lelakinya yang berwajah sama. Sering sekali Alicia atau yang biasanya dipanggil Via, tertukar saat bermain dengan si Kembar."Abang Talung dan Abang Tolik kenapa mukanya sama sih, Mom?" tanya Cia pada Rucita yang ia panggil 'mommy'"Karena mereka kembar, Sayang. Lahirnya bersamaan keluar dari perut Uak Linda," jawab Rucita bijak. Ia tengah duduk di teras rumah Tangguh dan sedang mengepang rambut panjang putrinya."Jadi meleka antli pas mau kelual ya, Mom?" (Jadi mereka antre pas mau keluar ya, Mom) Rucita tergelak mendengar celotehan Cia."Iya, harus antre. Biar perut Uak Linda gak sakit," jawab Rucita membenarkan. Cia hanya manggut-manggut paham."Sudah rapi, Cia, sekarang Cia boleh main sama Abang kembar," kata Rucita pada putrinya. Gadis kecil itu pun bergabung dengan kakak sepupunya di depan kolam
"Linda, kamu mau'kan?" Tangguh sekali lagi bertanya pada wanitanya. Linda menghapus air matanya dengan punggung tangan. Bik Mirna tidak mau ketinggalan momen dengan merekam adegan manis di depan pintu rumah majikannya."Kalau aku menolah juga pasti kamu paksa!" Kata Linda ambigu. Tangguh tertawa, tetapi ia masih belum ingin berdiri dari simpuhannya."Terima ya, Teh," suara dari balik punggung Tangguh terdengar bergetar. Ia adalah Rucita yang kebetulan ingin mengantarkan durian ke rumah Tangguh dan sangat senang melihat momen Tangguh yang tengah melamar Linda. Tangguh tersenyum penuh haru saat menoleh ke belakang. Linda pun tidak bisa berkata-kata lagi.Rucita dan Tangguh sama-sama menunggu jawaban darinya. Apakah akhirnya ia harus menyerah dengan takdir? Apakah dengan menerima Tangguh maka luka lamanya akan sembuh?"Kita akan mulai semuanya dari awal. Aku janji akan sayang sama kamu dan anak-anak. Aku akan menjaga kalian. Aku mencintai k
Tangguh sudah berada di restoran. Sore ini, ia ada janji bertemu dengan Dian untuk membicarakan masalah mereka ke depannya. Bagaimanapun, lamaran sudah dilakukan dan dia harus memiliki adab saat memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke pelaminan.Cappucino hangat lolos ke dalam tenggorokannya. Menikmati rintik hujan yang tidak terlalu lebat, tetapi mampu menciptakan aroma tanah basah yang sangat nyaman masuk ke dalam indera penciumannya.Sebuah mobil sedan pintu dua masuk ke area restoran. Tangguh berdiri untuk menyambut wanita yang saat ini masih berstatus sebagai tunangannya."Mas, maaf, saya boleh pinjam payung? Mau jemput wanita yang baru tiba di sana!" Tunjuk Tangguh pada mobil Dian yang baru saja berhenti dengan begitu halus di parkiran."Boleh, ini, Mas." Pelayan lelaki itu memberikan payung cukup besar pada Tangguh."Terima kasih, Mas." Tangguh berlari menghampiri Dian yang baru saja keluar dari mobilnya. Lelaki i
"Kamu sangat pemaksa!" Ketus Linda dengan wajah cemberut. Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas ia membuka mulut saat Tangguh menyuapinya dengan bubur ayam hangat yang rasanya sangat enak. Berbeda dengan bubur di rumah sakit yang rasanya hambar.Tangguh tersenyum melihat Linda makan dengan lahap dan begitu patuh tanpa suara. Si kembar memperhatikan dua orang dewasa di dekat mereka dengan seringai yang begitu lebar."Om sama Ibu pacalan," bisik Thoriq sok tahu."Pacaran itu apa?" tanya Tarung dengan wajah tidak paham."Olang dewasa yang dekat, telus ciuman, telus nanti tidulan baleng(orang dewasa yang dekat, terus ciuman, terus nanti tiduran bareng), hi hi hi ....""Gak boleh tiduran bareng kalau belum jadi pengantin. Kata Bude Yayu seperti itu," jawab Tarung dengan wajah serius."Pengantin itu apa?" gantian Thoriq yang bertanya pada abangnya. Maklum saja lidah Thoriq belum bisa menyebut huruf R dengan jelas, sehingga Tar