Terjerat Skandal Istri Bos 11
“Apa?” Tangguh memekik dengan kedua bola mata hampir saja terlempar dari tempatnya.
“Ha ha … aku hanya bercanda, Guh. Mana mungkin kita nekat melakukan semua itu. Untuk sementara seperti ini saja aku tidak keberatan,” kata Linda sambil mengeratkan pelukannya pada Tangguh. Pemuda desa yang sudah terperosok dalam cinta buta itu pun hanya bisa tersenyum tipis, lalu mendaratkan satu kecupan di bibir kekasihnya.
“Mau ke mana?” tanya Linda saat Tangguh mengurai tangannya, lalu menyeret tubuhnya yang kekar untuk turun dari tempat tidur Linda.
Linda mencoba bersikap biasa saja, tetapi berbeda dengan Tangguh yang wajahnya mendadak kaku dan berkeringat. Mobil Steve memasuki pekarangan rumah. Itu tandanya jika ia memarkirkan mobilnya ke depan bengkel, maka Linda akan terlihat berada di sana bersama dirinya."Aku akan bersembunyi di balik mobil ini. Kau buat suamiku sedikit menjauh, apa kau paham?" titah Linda sudah berjalan di balik-balik mobil rongsokan suaminya. Sandal yang ia gunakan juga sudah ia lepas dan ia pegang erat, agar gerak langkahnya nanti tidak dicurigai oleh Steve.Beruntunglah Steve langsung menuju bengkel, tidak mencari Linda ke dalam rumah. Tangguh berusaha memperbaiki air wajahnya dengan berdeham beberapa kali. Lalu juga ia berpura-pura keluar dari bengkel sambil mencuci tangan."Hai, Tangguh, bagaimana kerjamu hari ini?" sapa Steve sambil meletakkan topinya di atas meja kecil yang nampak berdebu. Hidung Steve membaui aroma nasi Padang yang cukup kental menusuk hidungnya.
"Jadi menurutmu, pola hidup masa muda yang membuat kejantananku tidak bisa bekerja maksimal?" tanya Steve pada Dokter Hadi; merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin yang juga salah satu kenalannya."Ya, aku menyarankan agar kamu hentikan rokok, tidak minum bir, tidak begadang, dan banyak makan buah. Memang berproses, tidak bisa cepat. Aku memang bisa memberikanmu resep obat kuat, tapi aku khawatir akan ginjalmu. Jadi aku hanya berikan vitamin saja ya," terang Dokter Hadi sambil menuliskan resep untuk Steve.Pria bule itu terdiam beberapa saat, lalu berkata, "aku mau resep obat kuat itu, aku akan mencobanya. Tidak perlu banyak, tiga pil cukup. Ayolah, Di," rengek Steve dengan wajah memelas. Dokter Hadi menghela napas. Di satu sisi ia kasihan dengan masalah Steve, di sisi lain ia juga mengkhawatirkan kondisi ginjal temannya itu. Apalagi Steve sudah tidak muda. Usianya hampir lima puluh tahun."Aku yakin tidak apa-apa, ayolah!" rengek Steve la
"Linda, baju kamu kenapa? Kena oli?" Linda terdiam beberapa saat, lalu matanya turun ke arah dada, di mana noda oli ulah tangan Tangguh tercetak di sana."Em ... ini ... aku menyenggol kaleng oli yang diletakkan Tangguh di sembarang tempat. Pada saat aku mau mengangkatnya, malah tanganku terkena kotorannya, Pa. Ini tadi pegang baju karena tidak sadar kalau tangan kena oli," jawab Linda berusaha meyakinkan suaminya. Steve hanya mengerutkan kening sambil tersenyum tipis melihat kekonyolan Linda."Ya sudah, ganti baju sana," kata Steve pada Linda. Wanita itu pun berjalan masuk ke kamar, maksud hati ingin segera mandi agar bau oli bisa hilang dari tubuhnya. Sebelum ia menutup pintu, ia menoleh pada suaminya."Papa jangan lupa ingatkan Tangguh, kalau meletakkan barang-barang seperti itu jangan sembarangan. Hati-hati merokok juga jangan di dalam bengkel," ujar Linda dengan suara ketus. Seakan-akan ia tidak menyukai kebiasaan pemuda yang menumpang di rumahnya.
Begitu mobil Steve berhenti di depan pagar rumahnya, Tangguh yang tidak benar-benar pergi dan tengah merokok di teras rumah, tentu saja langsung berlari untuk membukakan di pagar.Steve sempat menurunkan kaca mobil untuk menyapa Tangguh. Pemuda itu tersenyum lalu melirik sedikit Linda yang tengah berwajah masam dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Seketika itu juga, Tangguh merasa ada yang tidak beres dengan Linda.Wanita itu keluar lebih dahulu dari mobil dan berjalan dengan tergesa untuk masuk ke dalam rumah. Tangguh melihatnya dan secara otomatis membuat pemuda itu semakin penasaran.Selesai Tangguh mengunci pagar kembali, kakinya mendekat pada Steve yang berdiri di depan mobil sambil bersandar pada bibir kap. Lelaki tua itu tengah berusaha menyalakan api untuk mengisap rokok, tetapi gagal.Tangguh membantu menyalakan rokok Steve dengan korek gas yang ia punya. Pria itu hanya tersenyum, mengisap dalam rokoknya, lalu membuangnya ke
"Tangguh, buka!" Linda tersentak kaget, lalu dengan tubuh yang berbalut selimut, lalu bersembunyi di dalam kolong tempat tidur."Sebentar, Pak," jawab Tangguh sambil merapikan pakaian dalam Linda yang berserakan, lalu ia masukkan ke dalam kolong. Tangguh menenangkan detak jantungnya yang sangat cepat.Cklek!"Ada apa, Pak?" tanya Tangguh berpura-pura menggosok matanya seolah baru bangun tidur."Tangguh, apa kamu melihat Linda? Istriku itu sepertinya marah padaku dan saat aku bangun tidur, aku tidak menemukannya di kamar," tanya Steve dengan wajah panik."Oh, saya tidak lihat, Pak. Apa mungkin Bu Linda ke warung, Pak? Apa mau saya bantu cari? Atau gini deh, Bapak cari ke mana, biar saya juga cari ke lain tempat. Kita berpencar. Kenapa tidak mencoba menelepon Bu Linda?" Tangguh sengaja mengeraskan suaranya dengan maksud hati agar Linda mendengar dan bisa mencari jalan keluar dari rumahnya."Istriku tidak membawa HP. Ponselnya
Steve tersenyum sembari melambaikan tangan pada Linda dan juga Tangguh yang beranjak pergi keluar dari pekarangan rumah. Pria itu masuk kembali ke dalam rumah dan memilih langsung berbaring di tempat tidur. Kepalanya masih saja terasa pening sehingga ia memutuskan untuk tidur.Steve terbangun dan ia melihat jam di dinding yang sudah berada di angka dua belas. "Sayang, apa kau sudah pulang?" serunya dari kamar. Pria itu masih menggosok mata sembari meluruskan pinggangnya yang pegal. Kesadarannya belum benar-benar pulih karena kepala yang masih terasa berat."Sayang," panggilnya lagi saat tidak mendengar sahutan Linda. Steve turun dengan malas dari tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar untuk mencari istrinya."Oh, belum pulang ternyata," gumam Steve saat mengintip dari jendela ke dalam bengkel yang masih sepi.Steve merasa sedikit aneh karena tidak biasanya Linda berbelanja cukup lama. Ini sudah dua jam dan mereka belum kembali. Steve m
Dewasa 21+Linda bolak-balik melirik gudang yang sepi. Ke mana Tangguh? Pikirnya. Linda ingin mengirimkan pesan, tetapi ia khawatir suaminya membaca pesannya dan malah mengetahui semuanya. Ingin bertanya pada Steve, tetapi ia juga ragu.Linda terpaksa kembali berpura-pura fokus pada ponselnya. Membuka aplikasi market place dan memilih aneka barang. Ia tinggal lapor Steve untuk melakukan pembayaran atas semua barang belanjaannya.Linda membeli beberapa baju tidur seksi, baju kaus pria, dan juga setengah lusin dalaman pria.Kalau barang ini dibayar oleh Steve, nanti dia curiga. Linda mengurungkan niatnya membayar belanjaan menggunakan uang suaminya. Linda membayar menggunakan aplikasi Mbanking miliknya dengan saldo yang masih penuh tentu saja."Sayang, sedang apa?" tanya Steve menghampiri Linda duduk di atas tempat tidur."Ini, aku berbelanja beberapa baju daster dan lingerie. Sudah lam
"Ya ampun, kamu luar biasa, Guh. Kapan-kapan kita perlu mencobanya. Melakukan hal semenarik ini dalam perjalanan Jakarta-Bandung. Aku yakin, begitu kita sampai Dago, kamu baru tuntas." Linda tak kuasa untuk tidak tertawa sambil menutup mulutnya, sedangkan Tangguh hanya bisa menyeringai sambil merasakan bulir keringat membasahi kening leher, dan seluruh anggota tubuhnya.Melihat tawa Linda yang lebar, membuat hati pemuda itu membuncah senang, sekaligus merasa sedikit risau. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Linda, lalu mengusap pundak polos wanita itu dengan lembut."Apakah aku bersalah melakukan ini semua, Guh?" Tangguh menatap heran pada Linda sambil mengerutkan keningnya."Yang membuat kekasihku ini merasa bersalah adalah karena kamu juga sangat menikmatinya. Linda mengigit bibir bawahnya."Masa sih?" Linda menyeringai dengan wajah merona. Tangguh mengangguk pasti, lalu meraih Tangan Linda untuk dikecupnya."Di sini sayalah
"Aah... yah... yah.... " Tangguh menjatuhkan tubuhnya di samping Linda. Ia tidak bisa melukiskan kata malu pada istrinya mengenai kekuatan di ranjangnya yang hanya bisa bertahan lima menit saja. Linda belum merasakan apa-apa, hanya nikmat pembuka saja, tetapi dirinya malah sudah selesai. Harga dirinya sebagai lelaki benar-benar sedang dipertaruhkan."Tidak apa-apa, Yah. Ibu gak papa. Ini sudah lebih baik dari bulan lalu yang benar-benar hanya dua menit saja." Linda menyentuh pundak polos suaminya. Mendekatkan tubuhnya agar berada dalam pelukan suaminya."Ini sudah dua tahun, Sayang, dan aku hanya bisa bertahan lima menit saja. Ya ampun, aku bingung harus bagaimana lagi," suara Tangguh terdengar begitu getir."Aku belum bisa mengisi rahim kamu dengan anak. Padahal si Kembar sudah ingin adik. Aku minta maaf ya," lirih Tangguh dengan mata berkaca-kaca."Tolong jangan tinggalkan aku karena lima menit ini. Aku tidak mau, Linda, aku bena
"Selamat untuk kalian berdua," kata Darwis sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Awalnya Tangguh ragu untuk menyambut tangan itu, tetapi karena Linda mengangguk pelan, maka Tangguh pun akhirnya menerima jabat tangan dari Darwis."Apa Linda belum menceritakan semuanya padamu? Wajah calon pengantin pria sepertinya begitu marah," sindir Darwis sambil mengulum senyum. Matanya tanpa sengaja menoleh pada dua anak lelaki yang baru saja naik ke atas pelaminan yang masing-masing tengah memegang cup es krim."Apa mereka yang waktu itu di perutmu?" tanya Darwis lagi sambil berbisik. Tangguh mengepalkan tangan, ingin sekali ia memukul lengan wajah Darwis hingga babak-belur, tetapi Linda kembali menahannya dengan mengusap punggung suaminya.Darwis berjalan menghampiri si Kembar, lalu ikut berjongkok di depan mereka."Halo, kenalkan, ini Opa Darwis. Kami siapa namanya?""Tarung, Opa.""Kalau kamu?""Toliq, Opa." Darwis terta
Tangguh ternyata membuktikan ucapannya. Tanggal pernikahan diedit menjadi lebih cepat dua Minggu dari yang ditentukan sejak awal. Semua orang menjadi super sibuk, termasuk Linda dan keluarga besarnya.Seperti hari ini, Linda tengah membagikan belasan batik dan gaun cantik untuk panitia acara pernikahannya. Tangguh yang menyiapkan semuanya, Linda hanya bagian membagikan dan mengatur siapa-siapa saja yang mendapat seragam.Thoriq dan Tarung duduk terdiam di depan televisi, di tengah keriuhan keluarga besar ibunya. Mereka baru saja dijemput pulang sekolah oleh salah satu saudara Linda, karena Linda sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh Mamanya."Tarung, Thoriq, kenapa?" tanya Linda yang terheran melihat kedua anaknya murung, tetapi tidak ada yang menjawab pertanyaan itu."Kapan ayah Tarung dan Thoriq pulang? Apa nanti saat Ibu menikah lagi, ayah Tarung baru pulang kerja?" tanya Tarung dengan mata berkaca-kaca. Linda menghela nap
Walau dirinya bukanlah gadis, tetap saja mama dari Linda menginginkan anaknya untuk tidak tinggal di rumah Tangguh sampai keduanya sah sebagai suami istri.Ini adalah hari kelima Linda dan Tangguh tidak tinggal berdekatan. Keduanya sesekali bertemu karena ada urusan yang berkaitan dengan mengurus acara pernikahan, sekaligus sekolah untuk si Kembar.Seperti pagi ini, Tarung dan Thoriq sudah rapi dengan pakaian baju kaus, celana jeans, dan juga sepatu boot. Tak lupa tas ransel bergambar Spiderman sudah berada di punggung keduanya.Hari ini adalah hari pertama si Kembar masuk sekolah. Keduanya bersekolah di sekolah alam yang tidak mengenakan seragam. Tangguh sengaja memilih sekolah yang sedikit berbeda dengan yang umum, agar anaknya enjoy bermain sambil belajar."Kamu beneran gak mau sarapan?" tanya Linda pada Tangguh yang sudah duduk di teras rumah orang tua Linda sambil menyesap tehnya."Nggak, belum kepingin. Nanti saja samp
Pertemuan mengharukan pun tidak terelakkan begitu Linda sampai di rumah orang tuanya. Mama dari Linda bahkan pingsan karena terkejut melihat putri yang sudah lama menghilang, kini datang ke rumahnya dengan membawa anak kembar.Satu hal yang membuat keduanya semakin bertangisan, yaitu berita wafatnya ayah dari Linda yang baru saja enam bulan yang lalu."Maafkan Linda, Ma, maaf." Hanya itu yang bisa ia ucapkan berkali-kali di depan mamanya yang terbaring lemas karena pingsan. Tangguh sama sekali tidak berani mengeluarkan suara, walau ia ikut kaget dengan kabar ayah Linda yang sudah tiada."Mbak, ini!" Linda menerima minyak kayu putih dari tangan adik perempuannya. Dengan cekatan dan sangat hati-hati, Linda mengoleskan minyak kayu putih pada hidung dan juga kening mamanya.Wanita paruh baya itu akhirnya membuka mata dengan perlahan. Linda menyuapi sendok demi sendok teh manis hangat kepada Sang mama."Kami darimana saja?" tanyanya de
Pagi hari, keadaan rumah menjadi begitu semarak sejak hadirnya Tarung dan Thoriq. Alicia; anak dari Rucita pun sangat senang dengan dua saudara lelakinya yang berwajah sama. Sering sekali Alicia atau yang biasanya dipanggil Via, tertukar saat bermain dengan si Kembar."Abang Talung dan Abang Tolik kenapa mukanya sama sih, Mom?" tanya Cia pada Rucita yang ia panggil 'mommy'"Karena mereka kembar, Sayang. Lahirnya bersamaan keluar dari perut Uak Linda," jawab Rucita bijak. Ia tengah duduk di teras rumah Tangguh dan sedang mengepang rambut panjang putrinya."Jadi meleka antli pas mau kelual ya, Mom?" (Jadi mereka antre pas mau keluar ya, Mom) Rucita tergelak mendengar celotehan Cia."Iya, harus antre. Biar perut Uak Linda gak sakit," jawab Rucita membenarkan. Cia hanya manggut-manggut paham."Sudah rapi, Cia, sekarang Cia boleh main sama Abang kembar," kata Rucita pada putrinya. Gadis kecil itu pun bergabung dengan kakak sepupunya di depan kolam
"Linda, kamu mau'kan?" Tangguh sekali lagi bertanya pada wanitanya. Linda menghapus air matanya dengan punggung tangan. Bik Mirna tidak mau ketinggalan momen dengan merekam adegan manis di depan pintu rumah majikannya."Kalau aku menolah juga pasti kamu paksa!" Kata Linda ambigu. Tangguh tertawa, tetapi ia masih belum ingin berdiri dari simpuhannya."Terima ya, Teh," suara dari balik punggung Tangguh terdengar bergetar. Ia adalah Rucita yang kebetulan ingin mengantarkan durian ke rumah Tangguh dan sangat senang melihat momen Tangguh yang tengah melamar Linda. Tangguh tersenyum penuh haru saat menoleh ke belakang. Linda pun tidak bisa berkata-kata lagi.Rucita dan Tangguh sama-sama menunggu jawaban darinya. Apakah akhirnya ia harus menyerah dengan takdir? Apakah dengan menerima Tangguh maka luka lamanya akan sembuh?"Kita akan mulai semuanya dari awal. Aku janji akan sayang sama kamu dan anak-anak. Aku akan menjaga kalian. Aku mencintai k
Tangguh sudah berada di restoran. Sore ini, ia ada janji bertemu dengan Dian untuk membicarakan masalah mereka ke depannya. Bagaimanapun, lamaran sudah dilakukan dan dia harus memiliki adab saat memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke pelaminan.Cappucino hangat lolos ke dalam tenggorokannya. Menikmati rintik hujan yang tidak terlalu lebat, tetapi mampu menciptakan aroma tanah basah yang sangat nyaman masuk ke dalam indera penciumannya.Sebuah mobil sedan pintu dua masuk ke area restoran. Tangguh berdiri untuk menyambut wanita yang saat ini masih berstatus sebagai tunangannya."Mas, maaf, saya boleh pinjam payung? Mau jemput wanita yang baru tiba di sana!" Tunjuk Tangguh pada mobil Dian yang baru saja berhenti dengan begitu halus di parkiran."Boleh, ini, Mas." Pelayan lelaki itu memberikan payung cukup besar pada Tangguh."Terima kasih, Mas." Tangguh berlari menghampiri Dian yang baru saja keluar dari mobilnya. Lelaki i
"Kamu sangat pemaksa!" Ketus Linda dengan wajah cemberut. Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas ia membuka mulut saat Tangguh menyuapinya dengan bubur ayam hangat yang rasanya sangat enak. Berbeda dengan bubur di rumah sakit yang rasanya hambar.Tangguh tersenyum melihat Linda makan dengan lahap dan begitu patuh tanpa suara. Si kembar memperhatikan dua orang dewasa di dekat mereka dengan seringai yang begitu lebar."Om sama Ibu pacalan," bisik Thoriq sok tahu."Pacaran itu apa?" tanya Tarung dengan wajah tidak paham."Olang dewasa yang dekat, telus ciuman, telus nanti tidulan baleng(orang dewasa yang dekat, terus ciuman, terus nanti tiduran bareng), hi hi hi ....""Gak boleh tiduran bareng kalau belum jadi pengantin. Kata Bude Yayu seperti itu," jawab Tarung dengan wajah serius."Pengantin itu apa?" gantian Thoriq yang bertanya pada abangnya. Maklum saja lidah Thoriq belum bisa menyebut huruf R dengan jelas, sehingga Tar