Share

Dicampakkan!

Penulis: Riri Rimausa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-28 15:35:09

Sriiiittttt…

Mobil yang semula diikuti Damar mengerem mendadak saat Damar menghadang di depannya. Pria yang juga memiliki hobi touring tersebut seakan sudah bersahabat dengan keadaan jalanan, hingga ada celah sedikit dia bisa mengambil kendali dan bisa menyalip dengan lihai.

Damar menghadang mobil tersebut tepat di arah pintu tol menuju Bogor. Sungguh di luar nalar, ini masih hari kerja dan kantor Rania tidak berada di Bogor. Kenapa mereka malah pergi keluar kota?

Pria berbadan jangkung itu berusaha menahan emosi, padahal dalam lubuk hatinya sudah bertumpuk-tumpuk kedongkolan dengan banyak penyebabnya. Kini harus ditambah lagi dengan tingkah kekasih yang sudah menemaninya sejak masa kuliah.

"Rania! Keluar!" seru Damar seraya menunjuk wanita yang masih duduk di kursi penumpang.

Damar pun masih berada di atas kuda besinya, akan tetapi netranya menatap tajam ke arah dua manusia yang duduk di dalam mobil. Sambil turun dari motor, Damar masih terus menunjuk wanita yang berstatus sebagai kekasihnya itu.

Merasa terpojok mau tidak mau Rania pun keluar mobil, begitu pula dengan pria yang duduk dibalik kemudi.

"Bro, bro, sabar dulu, Bro," ucap Pria itu tiba-tiba.

"Sstt!" Damar menaruh jari telunjuknya di depan bibir sambil menatap pria asing tersebut dengan tajam. "Saya tidak ada urusan dengan, Anda. Jadi jangan ikut campur!"

Kini pandangan pria berhidung mancung itu beralih pada wanita berambut pendek yang berdiri dihadapannya. Rania menunduk bagaikan seorang siswa yang ketahuan melakukan pelanggan.

"Jadi ini meeting-nya?"

Sudah menjadi rutinitas pagi bagi Damar dan juga Rania melakukan video call sebelum beraktivitas. Akan tetapi pagi ini Rania buru-buru mengakhiri dengan alasan akan ada meeting pagi di kantor, sehingga dia harus segera berangkat.

Namun, saat ini Damar menyaksikan Rania tengah bersama pria lain dengan arah tujuan berbeda jalur dari kantor.

Rania masih menunduk, dia menelan saliva. Mendadak lidahnya kelu, tidak bisa menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu.

"Rania! Aku sedang ngomong sama kamu."

Setelah seperkian detik akhirnya wanita bernama Rania itu mendongak dan memberanikan diri menatap Damar. Berkali-kali dia mengerjapkan mata seakan tengah mengumpulkan keberanian.

Damar masih menunggu, dia menatap Rania dan pria yang ada di sebelahnya secara bergantian. "Jadi apa maksudnya ini?"

"Oke, sepertinya ini waktunya aku jujur sama kamu, Damar. Dia Reno, pacar aku."

Sontak saja Damar membulatkan netra saat Rania dengan beraninya memperkenalkan pria lain sebagai kekasih.

"Aku mau kita putus, Mar. Aku malu punya pacar yang hobinya cuma bercocok tanam. Aku mau dikasih makan apa nanti kalau kamu cuma jadi petani, Mar?"

Mulut Damar yang sudah terbuka hendak protes dengan pernyataan Rania akan pria lain, langsung tertutup kembali saat mengungkit tentang hobi dan cita-citanya.

Kini berganti Reno yang menatap Damar dengan tatapan penuh mengejek. Sesekali Reno mengangkat kerah kemeja dan memperbaiki dasi, seolah-olah tengah membanggakan diri yang jauh lebih baik dari Damar.

"Ck," Damar berdecak sambil mengangkat salah satu bibirnya. "Disaat orang-orang rumah memojokkanku dengan hobi dan cita-citaku, aku pikir kamu adalah orang yang paling mendukungku. Hah, ternyata aku salah."

"Damar, coba realistis lah…

Rania menjelaskan bahwa selama ini dia sudah cukup sabar untuk menemani Damar dengan hobi dan cita-citanya, akan tetapi masih belum membuahkan hasil. Makin lama Rania minder karena diejek teman-temannya memiliki pacar yang cuma bisa berkebun.

"Cukup! Kamu mutusin aku demi pria sok kaya seperti dia?" sela Damar sambil menunjuk Reno. "Fine, kita putus!"

Tanpa basa-basi Damar langsung melangkah menuju motornya dan bergegas pergi. Sebenarnya dia marah, ingin sekali meninju Reno yang sudah berani merebut kekasihnya. Akan tetapi rasanya akan buang-buang waktu dan energi saja jika dia melakukannya, belum lagi image Damar dimata Rania semakin buruk karena menggunakan kekerasan saat emosi.

Akhirnya dia melepaskan dan meninggalkan wanita yang selama lima tahun terakhir digadang-gadang akan menemaninya hingga tua nanti. Damar mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, dia mengarahkan kuda besi menuju jalan tikus dimana disana tidak dijumpai macet seperti di jalur besar.

Sepanjang perjalanan ingatan selama Rania menemaninya kembali terlintas. 'Bulshit! Kamu bilang akan menemaniku sampai sukses dan bisa buktiin bahwa melalui berkebun aku bisa sukses. Mana buktinya Rania? Mana?'

Damar bertanya-tanya dalam hatinya sambil terus menarik gas dengan kekuatan penuh. Tak peduli jika dirinya berkendara sudah bagaikan pembalap di arena sirkuit. Hatinya sedang terbakar dan hancur.

Begitu banyak kendaraan yang lalu lalang membunyikan klakson akibat Damar kebut-kebutan di jalan sempit. Umpatan, makian hingga sumpah serapah tidak dihiraukan lagi.

Hingga pria bertubuh tinggi itu menghentikan kuda besinya di sebuah kost pria yang parkirannya cukup luas. Beberapa penghuni kost menatap kedatangan Damar dengan kening berkerut.

"Woy! Kalau mau cari mati jangan disini, sana di rel kereta!" seru salah satu pria yang tengah duduk bergerombol di teras.

Damar menoleh kaget sambil mengacungkan dua jarinya. Dia tidak ada maksud untuk membuat kegaduhan tersebut, hanya saja suasana hatinya sedang tidak terkontrol. Beruntung dia masih bisa meredam sedikit.

Salah satu pria yang sedang bergabung di gerombolan tadi bangkit dari duduknya saat menyadari kedatangan Damar. Dialah Guntur, satu-satunya orang yang dengan tulus menemani Damar meskipun sedang terpuruk seperti sekarang ini.

"Hei, Bro. Kamu kenapa pagi-pagi begini sudah kebut-kebutan begitu? Di jalan kecil lagi. Pasti belum ngopi nih," sapa Guntur sembari merangkul pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

Fiiuuuhhhh…

"Aku butuh lebih dari kopi kayaknya, Gun. Nge-fly yuk."

Bugggg…

Sontak saja Guntur melepaskan rangkulannya dan langsung meninju lengan sang sahabat yang tiba-tiba saja mengajak hal aneh. Bagaimana tidak aneh? Masih sepagi ini Damar sudah mengajak konsumsi minuman haram yang sebelumnya tidak pernah mereka sentuh.

Sebagai kaum muda, Damar dan Guntur termasuk pemuda yang baik karena tidak pernah menyentuh hal-hal haram seperti itu. Mereka generasi muda yang positif.

"Kesambet apa kamu tiba-tiba begitu? Hah!"

Damar berjalan terlebih dahulu menuju kamar kost Guntur yang berada di ujung. Dia tidak nyaman menjadi pusat perhatian para penghuni kos lain akibat ulahnya yang kebut-kebutan tadi.

"Heh! Jawab!" seru Guntur mengikuti langkah Damar yang lebar dan cepat.

Tiba di depan kamar, Damar melepas jaketnya dan langsung memainkan samsak yang tergantung di halaman belakan. Kamar Guntur memang menghadap halaman belakang, dimana area tersebut biasa digunakan untuk olahraga para penghuni kost.

Buggg… buggg buggg buggg buggg…

Guntur mengernyitkan dahi saat melihat sahabatnya yang lagi-lagi bertindak aneh. Selama bertahun-tahun mereka berteman, dan berkali-kali lalu lalang di kostan, baru kali ini Damar menyentuh benda tersebut.

"Jadi apa yang membuatmu emosi sepagi ini, Mar? Sepertinya masalah yang cukup serius."

****

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Tawaran Pekerjaan

    Pertanyaan Guntur bagaikan angin lalu. Damar masih terus memukuli samsak bertubi-tubi, layaknya memukul musuh yang paling dia benci.Buggg…buggg buggg buggg…"Ini untuk keluargaku yang selalu menyalahkan karena ambil jurusan pertanian!" desis Damar dengan deru nafas yang memburu, setelah melayangkan pukulan bertubi-tubi.Buggg…"Ini untuk Rania yang ternyata juga pengkhianat!"Buggg… Pakkk… buggg… buggg…"Ini untuk pria yang sudah berani merebut Rania dariku dan mempengaruhinya!" pungkas Damar di pukulan terakhir yang disertai tendangan pula.Setelah puas melampiaskan semua amarahnya, Damar terduduk lemas di rerumputan. Guntur yang mulai paham dengan pokok permasalahan dan penyebab sahabatnya emosi sepagi ini, pergi mengambilkan air minum di dapur umum."Kadang hidup memang sekejam itu. Ada banyak orang yang membenci dan memojokkan kita, walaupun mereka adalah orang-orang terdekat kita."Guntur berucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Tantangan dari Ayah

    Pasca Damar meminta izin pada ibunya untuk bekerja di perkebunan alias jadi tukang kebun, malam harinya di kediaman Adiwangsa diadakan sidang keluarga. Mungkin terkesan terlalu formal jika dibilang sidang, tapi itu memang suatu kegiatan dimana Damar dipojokan oleh semua anggota keluarga.Sebelumnya makan malam keluarga yang biasanya diwarnai dengan canda tawa Damar dengan Yoga, keponakannya yang masih duduk di bangku kelas lima SD. Malam ini cukup berbeda. Dari awal hingga akhir tidak ada yang berani bersuara hanya dentingan piring dan sendok yang sesekali bersahutan menggema di ruang makan.Kini Pak Aji, Bu Diyah bersama kedua anaknya duduk bersama di ruang tengah. Yoga telah diajak papanya menuju kamar. Selain ada tugas sekolah, tidak mungkin juga anak sekecil Yoga dilibatkan dalam urusan keluarga yang cukup serius."Ibu sudah bilang semuanya sama Ayah. Jadi bener kamu mau jadi tukang kebun di desa terpencil itu?" tanya Pak Aji membuka suara.Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Tiba di Desa Pendul

    "Kita langsung berangkat?" tanya seorang pria yang mengendarai kuda besi yang mirip dengan punya Damar, hanya saja beda merek dan warna."Terserah, yang penting aku keluar dulu dari rumah. Sebelum ayahku berubah pikiran."Damar menyahut sambil terburu-buru naik di jok belakang. Seketika itu juga kuda besi melesat keluar pekarangan kediaman Adiwangsa. Sedikit tercubit hati Damar karena pergi dari tempat dimana dia lahir dan dibesarkan. Tapi kepergiannya ini memiliki maksud dan tujuan yang tidak kalah penting untuk sejarah hidupnya kedepan.Mengingat waktu sudah malam dan jalur yang akan dilalui cukup jauh dan sepi, Damar tidak langsung pergi ke Desa Pendul. Dia menginap dulu di kost Guntur satu malam."Kamu udah yakin dan pikirin ini mateng-mateng, Bro? Setelah ini kita tidak bisa bertemu untuk jarak yang lama dong? Bahkan komunikasi pun bakalan susah."Keesokan paginya, disaat Damar dan Guntur tengah bersiap untuk keberangkatan menuju Desa Pendul, Guntur meyakinkan lagi keputusan sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Teori yang Salah

    Masa pengenalan Damar dengan lingkungan tempat dia akan bekerja selesai sudah, hari sudah berganti malam waktunya semua beristirahat.Netra Damar mengedar memperhatikan suasana kamar, memang sedikit berbeda dengan ruang tidurnya di rumah keluarga. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, namanya juga merantau pasti ada fase harus belajar menerima dan beradaptasi dengan keadaan. Lagipula disana tempatnya nyaman dan segar karena daerah dataran tinggi."Bro, kamu mau tidur di ranjang atas atau bawah?"Sebuah pertanyaan membuyarkan lamunan Damar. Dia menoleh pada sumber suara, dimana suara tersebut berasal dari Danu, satu-satunya pegawai di perkebunan yang dia kenal."Dimana saja bolehlah," sahut Damar dengan santai.Mendengar jawaban Damar membuat Danu terkekeh. Dia paham betul ini adalah hal baru bagi seorang Damar yang terbiasa hidup di kota dengan berbagai fasilitas cukup mewah. Jangankan ranjang tingkat seperti sekarang ini, berbagi kamar saja pastinya belum pernah."Udah, kamu di ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Bidadari Kebun

    "Hmmm… tuh kan terpesona? Kemarin pas diceritain sih nggak percaya."Damar mengerjapkan netra beberapa kali lalu menoleh pada Danu. "Maksudnya dia…"Iya. Dialah Bu Eliana. Nyonya besar sekaligus pemilik perkebunan ini," sahut Danu mengangguk pasti. "Yang sudah janda tiga kali itu," lanjutnya setengah berbisik.Tangan Danu meraih jari Damar yang masih menunjukan ke arah Eliana, beruntung sang nyonya tidak memperhatikan pasti. Arah pandangan wanita bermata sipit itu mengedar memperhatikan tanaman di perkebunannya.Melihat Damar masih terdiam dan terkagum-kagum dengan kecantikan sang juragan, Danu hanya bisa menghela nafas. Dia yang sudah berjalan beberapa langkah terpaksa kembali dan menyeret rekan kerja barunya itu."Eh, mau ngapain kamu? Aku masih normal ya," tolak Damar dengan refleks melepas tangan Danu.Tingkah Damar benar-benar bikin Danu mengelus dada. "Aku juga normal, Bro. Kita harus menghadap nyonya besar, bidadari kebunmu itu."Setelah mendengar alasan Danu menyeretnya, Damar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Drama Peraturan

    Bukan benar-benar marah, Damar hanya bercanda dalam melempar kerikil tadi. Danu pun paham rekan kerja barunya itu sedang kecewa berat akibat mati gaya di depan bos.Dua pria yang baru bersahabat sejak kemarin itu berjalan beriringan menuju kebun buah. Jika sebelumnya mereka menyiram tanaman sayur, kini tiba waktunya memberi pupuk pohon buah karena kebanyakan lebih buah memakai penyiraman otomatis.Damar terbelalak melihat buah-buahan yang sebagian besar terkena ulat, ada juga yang pohonnya hampir mati dan sebagian lagi penuh dengan pupuk di bawahnya."Sebentar, Nu. Ini kenapa bisa ada ulat? Katanya setiap hari dikasih pupuk, itu pupuk apaan?"Meskipun bukan kebun miliknya, tapi Damar benar-benar geram. Sekelas perkebunan besar seperti itu tapi pemberian pupuknya masih salah kaprah."Bentar."Danu berjalan menuju sebuah gudang tempat penyimpanan pupuk organik dan anorganik. Karena penasaran Damar pun mengikutinya."Jadi sebelumnya kita hanya fokus pakai pupuk organik, Mar. Tapi tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Nyonya Bos Murka

    Semalaman Damar diejek habis-habisan oleh Danu karena tantangan yang diberikan oleh nyonya bos."Apa sih, Kamu? Seneng banget kayaknya melihat aku menderita. Nasibku disini itu sedang di ujung tanduk tau nggak?"Damar melempar bantal pada Danu yang sedang duduk di bangku sebelah ranjang. Jika sebelah kanan ranjang ada nakas susun, maka di sebelah kiri terdapat lemari untuk menyimpan pakaian dan satu kursi untuk bersantai."Hahaha… nggak. Aku heran aja kayaknya nyonya bos dendam banget sama kamu ya? Bisa-bisanya anak baru dikasih PR berat begitu."Mendengar pertanyaan Danu hanya membuat Damar mengedikkan kedua bahunya. Dia sendiri juga heran. Apa karena dia mengaku sarjana pertanian dan paham betul tentang ilmu tanaman?Ah, tapi tidak drastis seperti itu juga. Sebagai pegawai baru biasanya tugasnya masih ringan. Baru berangsur untuk tugas yang berat hingga menjadi kepercayaan. Begitu urutan yang semestinya."Ah, aku tau," Danu mengangkat jari telunjuknya."Kenapa?""Pasti karena kamu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Rayuan Damar

    "Set dah. Galak bener itu orang. Tapi tetap cantik sih, makin cantik malah," gumam Damar terkekeh.Pria bertubuh jangkung itu masih berdiri di balik tembok sambil memegangi dada, memastikan detak jantungnya kembali normal karena sempat berpacu akibat rasa takut dan baper yang subah hadir secara bersamaan.Saat itu pula Danu telah datang dan menatap Damar dengan heran. Pria yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari Damar itu mendekati sambil menepuk bahu sang teman."Woy, ngapain kamu senderan disini?" Danu menatap tembok dan Damar secara bergantian. "Jangan bilang kamu habis…Belum selesai bertanya, netra Danu seketika melebar saat Damar menganggukan kepala. Dia pun menepuk jidat sambil geleng-geleng kepala."Aduh, Damar. Jadi anak baru jangan banyak tingkah. Nanti nyonya bos marah repot," keluh Danu."Emang udah marah dia. Lagian kamu juga tidak memberi tahu masalah peraturan tembok keliling ini."Tidak ingin dipojokan, Damar pun turut menyalahkan Danu yang tidak lengkap memberik

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Rencana Licik Laksono

    “El-Eliana?” ucap Sono dengan suara yang cukup gemetar.Sepertinya kehadiran sang mantan istri cukup memberikan rasa takut pada pria bertubuh tambun itu. Percuma saja berlagak sok berkuasa di depan para pegawai, tapi giliran sang pemilik perkebunan aslinya datang nyalinya langsung ciut.“Apa yang membuatmu tiba-tiba datang kesini lagi, Mas? Urusan kita sudah selesai, bahkan sejak perceraian itu.”Suasana mendadak tegang saat tiba-tiba Eliana datang dan meluapkan segala emosinya pada sang mantan suami. Sungguh di luar nalar. Laksono sudah lama tidak datang ke kediaman Eliana dan juga perkebunan, bahkan sejak ketok palu sidang perceraian. Jika dia mendadak mendekati mantan istrinya lagi, itu artinya ada maksud dan tujuan tertentu.“Eliana, Sayang. Ayolah. Kita berdamai. Aku tau kita sudah bercerai, tapi bukan berarti kita tidak bisa bekerja sama dalam bisnis pertanian ini bukan?”Laksono berjalan mendekati wanita cantik yang pernah dia miliki itu. Mungkin rasa penyesalan menghinggapi be

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Laksono Mulai Berulah

    Detik jam terus bergulir, tanpa terasa waktu sudah semakin sore. Tapi Damar dan para pekerja kebun lainnya masih sibuk mengolah perkebunan untuk menjadi lebih baik lagi.Begitu pula dengan Danu dan rekan-rekannya, masih sibuk menyelesaikan pembaharuan tembok keliling dan juga pintu tembusan dari perkebunan menuju rumah nyonya bos.“Apa-apaan ini? Kenapa tembok kelilingnya dijebol? Terus ini pupuk apa yang digunakan? Kok beda sama yang aku berikan dulu?”Sebuah suara membuat Damar, Danu dan para pekerja lainnya berhenti dari kegiatan. Mereka dengan kompak menoleh ke arah sumber suara.“Juragan Sono?”Sontak Damar menoleh pada Danu yang memanggil pria berbadan gempal dengan tas pinggang yang melekat di tubuhnya itu. “Juragan Sono?” ulang Damar dengan mengernyitkan dahi.Beberapa hari yang lalu Damar memang melihat Laksono saat berkunjung ke rumah nyonya bos pagi hari, hanya saja karena saat itu terlalu singkat waktunya, Damar tidak begitu memperhatikan dan lupa dengan sosok mantan suami

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Kredibilitas yang diragukan

    Ketika tiba di Desa Pendul, suasana sudah begitu sore. Terpaksa pekerjaan dilanjutkan besok hari. Beruntung saat Damar dan Imron pergi belanja tadi Danu bisa menghandle teman-temannya melakukan pekerjaan lain.“Sorry ya, Nu. Aku masih lupa jika jarak dari sini ke kota membutuhkan waktu hampir seharian,” ucap Damar merasa tidak enak.Wajar saja, Damar terbiasa hidup di kota dimana jarak dari tempat satu ke tempat lain cukup dekat dan bisa ditempuh dalam waktu hanya hitungan jam atau bahkan menit.Sementara tinggal di Desa Pendul masih baru dan belum merasakan bolak-balik, jadi dia masih belum terbiasa. Hal itu memaksa Damar harus membuat jadwal kerja dan belanja tidak bersamaan, agar tidak terulang kembali hari yang kurang produktif.“Udah, nggak usah dipikirkan. Kamu belum terbiasa pulang pergi disini,” sahut Danu dengan entengnya.Dia pria yang kini merupakan rekan kerja itu bercerita sambil berjalan menuju kamar mereka, sebelum akhirnya antri untuk mandi. Saat makan malam pun Damar

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Dihina Mantan

    Disaat Damar masih mencerna dan mengingat mobil siapa yang ada di depan sana. Imron sudah turun duluan dengan emosi yang meluap-luap. Bahkan Damar baru tersadar akibat dirinya terlalu fokus dengan pikirannya, dia tidak mendengar Imron meracau apa saja saat masih di dalam mobil tadi.Brakkk!!!“Woy! Keluar kalian! Bisa bawa mobil nggak sih? Bisa lihat jalan nggak sih!” seru Imron sambil menunjuk-nunjuk dua ora di dalam mobil.Terlihat seorang pria dengan pakaian setelan tuxedo keluar dari pintu kemudi. Wajahnya tak kalah emosinya dengan Imron. Kini dua pria yang tidak saling kenal itu saling berhadapan. Tak sempat dengar apa yang mereka ucapkan karena tidak sekeras sebelumya, tiba-tiba saja Imron menarik kerah baju pria berseragam kantoran itu.Damar yang semula masih mengandalkan Imron untuk mengatasi masalah cukup sepele tersebut, kini terpaksa ikut turun demi melerai perdebatan yang terlihat semakin keruh.Tanpa disadari seseorang yang duduk di kursi kemudi mobil depan juga ikut tur

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Menjalankan Misi

    Damar dan Danu baru saja tiba di perkebunan pasca menyampaikan idenya pada sang nyonya. Jalan yang harus memutar membuat jarak yang sebenarnya begitu dekat terasa cukup jauh.“Maling! Maling!”Baru saja dua pemuda itu akan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, tiba-tiba saja mendengar teriakan maling. Sontak saja Damar dan Danu saling berpandangan dan sepersekian detik berlari ke arah sumber suara.“Itu seperti suaranya Nyonya Bos ya?” ucap Damar.Danu hanya menganggukkan kepala sambil terus berlari. Begitu tiba di gerbang kediaman Eliana, langkah mereka terhenti karena berpapasan dengan Laksono yang mengendarai motor cukup kencang.“Juragan?” Danu terkejut karena melihat mantan bosnya ada di kediaman Eli.Siapa itu, Nu?” tanya Damar masih menatap pria paruh baya yang berlalu dengan kuda besinya.“Juragan Sono. Mantan suaminya Nyonya Bos.”Mendengar jawaban Danu sontak saja membuat Damar terbelalak. Dia geleng-geleng kepala karena tidak menduga mantan suami Eliana setua itu. Bel

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Parasit

    "Juragan?""Mas Sono?"Ucapan serentak nan kompak tersebut tentunya berasal dari dua wanita yang sedang terkejut dengan kedatangan pria bertubuh tambun. Pria yang sejak tadi sedang mengganggu pikiran Eli hingga membuat wanita berambut keriting gantung itu menjatuhkan gelas.Rasa penasaran dan berbagai pertanyaan tentu menghinggapi benak Eli dan Mbok Sumi hingga mereka berdua saling beradu pandang. Seakan berinteraksi lewat sorot mata masing-masing, dua wanita itu hanya diam lalu kembali menatap pria yang baru saja turun dari kuda besinya.Tanpa beban, Pria bernama Laksono itu berjalan seolah masih menjadi tuan rumah di tempat tersebut, tidak ada canggung sedikitpun. Hingga hal itu membuat Eliana mengernyitkan dahi."Mbok, bikinkan kopi ya," titahnya sambil menunjuk wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping Eliana.Sungguh tidak punya adab dan etika. Meskipun dia pernah menjadi tuan rumah di kediaman tersebut, akan tetapi sekarang dia hanyalah orang lain yang jika berkunjung ada

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Luka Lama Eliana

    Semua kejadian baik senang maupun sedih saat bersama Laksono kembali terngiang di benak Eliana. Akan tetapi hal yang paling membekas adalah saat sang suami dengan tega dan kejamnya membohongi dan memanfaatkan bisnis yang baru dimulai."Sayang, perkebunan biar jadi tanggung jawab aku. Kamu fokus merawat diri saja agar kita cepat diberikan momongan," ucap Laksono dengan lembut kala itu.Eliana yang sejatinya berprinsip menjadi istri yang baik, patuh dan penurut kepada suami pun hanya mengangguk patuh. Padahal hasil beli lahan perkebunan adalah murni uang tabungan Eliana yang dikumpulkan sejak lama.Sebagai warga kampung yang serba terbatas, Eliana memiliki mimpi bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi para tetangga yang terkadang bingung mencari sumber penghasilan. Hingga wanita berkulit putih itu bertekad menabung dari hasil kerjanya untuk bisa membuka bisnis yang tetap berjalan meskipun di kampung.Impian tersebut pun bisa terwujud akan kegigihan Eliana. Namun, hidup di desa pun meni

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Pertaruhan

    Meskipun mendapatkan reaksi yang kurang mengenakkan dari sang nyonya bos, Damar tetap mencoba menyampaikan idenya demi keamanan perkebunan dan juga keamanan nyonya bos sendiri."Bagaimana bisa begitu? Sengaja aku bikin tembok keliling agar terpisah antara perkebunan dan pekarangan rumahku. Kini kamu memberikan saran untuk diberi pintu. Jangan ngadi-adi kamu, Mar."Eliana nampak semakin murka dengan ide yang diberikan Damar. Wanita berambut keriting gantung itu menghela nafas kasar. Dia seakan sudah tidak betah lagi berbincang dengan pegawai barunya yang membuat naik pitam."Sabar dulu Nyonya. Saya belum selesai menyampaikan idenya. Jadi begini…Damar mulai melanjutkan pembicaraan tentang idenya yang mendadak muncul tadi. Dia menyarankan untuk diberi akses pintu antara perkebunan dan pekarangan rumah Eliana dengan tujuan agar sang nyonya tidak perlu memutar jika ada kepentingan ke perkebunan.Pintu tersebut harus terbuat dari besi yang kuat yang tidak bisa dibobol, sehingga nyonya bos

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Rayuan Damar

    "Set dah. Galak bener itu orang. Tapi tetap cantik sih, makin cantik malah," gumam Damar terkekeh.Pria bertubuh jangkung itu masih berdiri di balik tembok sambil memegangi dada, memastikan detak jantungnya kembali normal karena sempat berpacu akibat rasa takut dan baper yang subah hadir secara bersamaan.Saat itu pula Danu telah datang dan menatap Damar dengan heran. Pria yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari Damar itu mendekati sambil menepuk bahu sang teman."Woy, ngapain kamu senderan disini?" Danu menatap tembok dan Damar secara bergantian. "Jangan bilang kamu habis…Belum selesai bertanya, netra Danu seketika melebar saat Damar menganggukan kepala. Dia pun menepuk jidat sambil geleng-geleng kepala."Aduh, Damar. Jadi anak baru jangan banyak tingkah. Nanti nyonya bos marah repot," keluh Danu."Emang udah marah dia. Lagian kamu juga tidak memberi tahu masalah peraturan tembok keliling ini."Tidak ingin dipojokan, Damar pun turut menyalahkan Danu yang tidak lengkap memberik

DMCA.com Protection Status