Share

Malam yang tenang

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2025-04-02 07:30:18

"Jangan lakukan itu lagi saat aku di rumah, Alexa," ucap Liam dengan nada tegas, matanya menyorot tajam, menunjukkan kekecewaan yang mendalam.

Alexa menunduk dalam. Suaranya tercekat saat berkata, "Aku minta maaf, Kak Liam."

Liam menghela napas berat, raut wajahnya melembut, lalu menatap Alexa dalam. "Baiklah, aku akan memaafkanmu. Kamu tahu aku mencintaimu, Alexa," ucapnya dengan suara yang penuh kasih sayang, meskipun ada sedikit nada lelah di sana.

Alexa terkejut mendengar kata-kata itu, matanya membelalak, tetapi juga lega karena Liam sudah kembali ke sifatnya yang semula. "Aku tahu," jawabnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

"Kamu mau pergi?" tanya Liam, nada suaranya sudah jauh lebih lembut.

"Aku mau beli bahan dapur, Kak. Stoknya hampir habis," jawab Alexa.

"Mau Kakak antar?" tanya Liam, menatapnya dengan tatapan penuh perhatian.

"Aku bisa sendiri naik mobil," jawab Alexa, mencoba meyakinkan Liam.

<
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   pagi bersama Liam

    "Pagi telah tiba, Liam bangun terlebih dahulu. Ia menoleh ke samping, tersenyum lembut melihat Alexa yang masih tertidur pulas di sebelahnya."Bahagia terus, Alexa," bisik Liam, sambil membelai pipi Alexa dengan lembut."Apakah kau nyaman tidur bersamaku, Alexa? Tidak seperti biasanya kau belum bangun jam segini," gumam Liam, terkekeh pelan."Baiklah, pagi ini aku akan membuat sarapan untukmu. Mungkin tidak seenak dirimu, tapi setidaknya tidak berantakan seperti kemarin," kata Liam, sambil perlahan turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.Setelah mandi, Liam turun menuju dapur. Ia membuka kulkas, menimbang-nimbang bahan yang ada."Daripada membuat kekacauan seperti kemarin, lebih baik aku buat roti panggang saja untuk sarapan," gumam Liam, mengambil roti tawar dan meletakkannya di pemanggang roti.Sambil menunggu roti panggang matang, Liam menyiapkan teh hangat untuk mereka berdua. Ia mengisi teko dengan air panas, memasukkan kantong teh, dan mengaduknya perlahan. Aroma teh yan

    Last Updated : 2025-04-04
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kedatangan Ambar

    Ponsel Alexa tiba-tiba berdering—sebuah pesan dari Liam."Aku punya sesuatu untukmu. Cepatlah pulang, Alexa."Alexa Membaca pesan itu, hati Alexa langsung berdebar.Ia menoleh ke arah jam dinding butik—pukul lima sore.Ternyata aku sudah terlalu larut di sini, pikirnya sambil tersenyum kecil.Dengan perasaan hangat yang tumbuh di dadanya, Alexa segera merapikan barang-barangnya.Ia tak sabar untuk pulang dan melihat kejutan manis apa yang telah Liam siapkan untuknya.Dengan langkah ringan, Alexa keluar dari butik. Langit sore mulai berubah warna—gradasi jingga dan ungu menyapu cakrawala. Angin berhembus pelan, memainkan helai rambutnya yang tergerai.Sepanjang perjalanan pulang, hatinya dipenuhi rasa penasaran.Apa yang Liam siapkan? Apakah dia merencanakan sesuatu yang spesial?Begitu sampai di depan rumah, Alexa sempat tertegun. Lampu-lampu taman menyala lembut, membentuk jalur menuju pintu depan. Ada

    Last Updated : 2025-04-05
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Garis yang tak terlihat

    Alexa duduk di tepi ranjang, jari-jarinya saling bertaut. Hening mengambang di antara mereka, hanya suara detik jam yang terasa terlalu keras malam itu. “Alexa… kamu mau punya anak?” Pertanyaan itu menggantung di udara, membuat dada Alexa terasa sesak. Ia menghela napas sebelum menjawab, jujur, tanpa topeng. “Aku gak tahu, Kak…” gumamnya. “Aku bingung.” Liam menunduk. “Aku juga.” Tapi kemudian, Liam memutar tubuhnya, menghadap penuh ke Alexa. Matanya menatap dalam, tulus namun penuh resah. “Tapi… aku bisa memberimu anak,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan rahasia. “Lagi pula, hubungan kita… sudah cukup jauh, Lex. Kita bukan cuma sekadar dekat—kita sudah saling menyentuh hati dan tubuh.” Alexa menoleh, matanya bergetar. “Bisa saja… saat ini, di dalam perutmu… sudah tumbuh benihku. Kita melakukannya bukan sekali dua kali, tapi sering.” Kata-kata it

    Last Updated : 2025-04-05
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Menatap bayangannya sendiri

    Alexa masih terbaring di tempat tidur, menatap kosong ke langit-langit. Kepalanya penuh, pikirannya bercampur aduk antara lega dan kehilangan yang tak bisa dijelaskan.Ia mendengar langkah kaki mendekat, lalu suara Liam yang lembut.“Lex…”Alexa menutup matanya, berharap bisa mengabaikannya. Tapi Liam tidak pergi. Sebaliknya, ia duduk di tepi tempat tidur, menunggu dengan kesabaran yang selalu membuat Alexa merasa rapuh.“Aku tahu kamu gak mau bicara,” ucap Liam pelan. “Tapi kamu juga gak harus pura-pura kuat di depanku.”Alexa menggigit bibirnya, menahan emosi yang hampir tumpah lagi.Liam menghela napas sebelum bergerak, menarik selimut ke atas tubuh Alexa dengan gerakan lembut. “Aku gak bisa ngubah apa yang kamu rasain sekarang, tapi aku bisa ada di sini. Dan kalau kamu butuh sesuatu, apa pun… katakan.”Alexa tetap diam. Tapi kehangatan dari sikap Liam merembes ke dalam hatinya.Beberapa detik berlalu, l

    Last Updated : 2025-04-05
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kebohongan yang kian dalam

    pagi harinya, tanpa sadar, langkah kakinya membawanya ke Kamar Liam. Begitu pintu terbuka, Liam menatapnya dengan alis sedikit berkerut. “Lex? Pagi-pagi gini…” Alexa tidak menjawab. Ia hanya berdiri di depan pintu, menatap Liam dengan mata yang menyimpan terlalu banyak hal yang ingin dikatakan. Liam menghela napas, lalu menyingkir untuk memberinya jalan. “Masuk.” Begitu masuk, Alexa langsung duduk di sofa. Ruangan itu terasa lebih hangat dari Kamrnya sendiri. Bukan karena suhu, tapi karena kehadiran Liam. Liam duduk di sebelahnya, menatapnya dengan tenang. “Apa yang lagi kamu pikirin?” Alexa menatapnya balik. “Banyak,” jawabnya lirih. Hening sejenak sebelum ia melanjutkan, “Aku pikir aku masih mencintai Gavin… aku pikir aku bertahan karena aku yakin kami bisa kembali seperti dulu.” Alexa menghela napas. “Tapi sekarang aku sadar… mungkin aku hanya takut sendirian.”

    Last Updated : 2025-04-06
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kebahagiaan semu

    Hari pemeriksaan akhirnya tiba. Alexa duduk di kursi penumpang, tangannya mengepal di atas pahanya. Gavin mengemudi dengan santai, sesekali melirik ke arahnya. “Kamu gugup?” tanyanya dengan nada lembut. Alexa tersenyum tipis. “Mungkin sedikit.” “Tenang aja. Apa pun hasilnya, aku akan terima,” ucap Gavin, menggenggam tangannya sebentar sebelum kembali fokus menyetir. Kata-katanya terasa seperti tamparan. Alexa menunduk, menahan gejolak perasaan yang berkecamuk. Saat mereka tiba di klinik, Gavin langsung membantu Alexa turun dari mobil. Perasaan sesak di dada Alexa semakin kuat. Liam yang seharusnya ada di sini, bukan Gavin. Setelah menunggu beberapa saat, nama Alexa dipanggil. Mereka masuk ke dalam ruangan dokter, dan pemeriksaan pun dimulai. Dokter tersenyum hangat. “Selamat, Bu Alexa. Usia kandungan Anda sudah menginjak 10 minggu.” Jantung Alexa nyaris

    Last Updated : 2025-04-06
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Ketakutan dan Harapan

    Hari Sabtu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Udara pagi yang segar menemani suasana penuh antusiasme di rumah Alexa dan Gavin. Orang tua Gavin, yaitu Baskara dan Inara, yang tinggal di Yogyakarta, telah tiba pagi ini. Mereka melakukan perjalanan darat menggunakan mobil yang dikendarai langsung oleh Baskara.Sekitar pukul sembilan pagi, Alexa mendengar suara ketukan pintu dari arah depan. Dengan langkah cepat, ia menuju pintu dan membukanya. Wajahnya langsung berbinar melihat kedatangan mereka."Ayah, Ibu, sudah sampai? Aku kira baru akan tiba sore nanti," kata Alexa sambil tersenyum lebar.Inara menjawab dengan nada riang, "Kami berangkat lebih awal. Ayahmu tidak sabar ingin bertemu calon cucu kita," "Ayo masuk, Ayah, Ibu. Aku siapkan minum dulu, ya."Baskara memimpin langkah mereka masuk ke ruang tamu. Inara menepuk-nepuk pundak Alexa sambil berkata, "Rumah kalian terasa hangat sekali. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali kami ke sini.""Iya, Bu. Kami juga sudah menunggu

    Last Updated : 2025-04-08
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Hampir Ketahuan

    Suara ketukan pintu membuat Alexa dan Liam tersentak kaget.“Alexa, kamu ada di dalam? Ibu masuk, ya?” Suara lembut Inara terdengar dari luar.“Bentar, Bu,” jawab Alexa panik sambil buru-buru bangkit dari tempat tidurnya.Liam, yang juga terkejut, langsung mencari tempat untuk bersembunyi. Dengan cepat, ia merangkak ke bawah tempat tidur. Setelah memastikan Liam sudah tersembunyi, Alexa mengatur napasnya yang berdebar kencang dan membuka pintu.Ternyata, di balik pintu itu, berdiri Inara dengan senyum hangatnya.“Maaf ya, Alexa. Ibu ganggu istirahatmu,” ujar Inara.“Gak apa-apa kok, Bu,” jawab Alexa, berusaha terlihat tenang.“Ibu beli ini di jalan tadi, untuk kamu,” kata Inara sambil menyerahkan kantong plastik putih ke tangan Alexa.“Vitamin yang bagus untuk ibu hamil. Jangan lupa diminum, ya,” lanjutnya dengan nada penuh perhatian.“Iya, Bu. Terima kasih banyak,” jawab Alexa dengan senyum canggung.“Ibu ke kamar lagi, ya. Kamu istirahat saja,” kata Inara sebelum melangkah pergi.Al

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Malam bersama Liam

    Pov AlexaSetelah menerima pesan dari Gavin, Alexa hanya bisa termenung di kamar. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak terjawab.“Padahal sekarang hari libur,” gumamnya pelan sambil menatap layar ponsel di tangannya. “Pekerjaan apa sih, Vin, sampai kamu nggak pulang malam ini?”Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Suara pintu kamar yang terbuka pelan membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Ia segera menoleh, mengira Gavin sudah pulang. Namun, yang muncul di ambang pintu justru Liam.“Kak Liam?” tanya Alexa. “Gavin belum pulang?” tanya Liam, memecah keheningan malam.Alexa mengangguk sambil menghela napas. “Iya, Kak. Katanya ada pekerjaan mendadak,” jawabnya pelan, nada suaranya terdengar lelah dan sedikit ragu.“Kalian kan sekantor. Apa Kak Liam tahu pekerjaan apa yang dimaksud Gavin?” tanyanya.Alexa menatap Liam, seolah berharap menemukan jawaban yang bisa menenangkan hatinya. Namun, Liam hanya menggeleng pelan. “Aku nggak tahu, Lex,” ucapnya dengan na

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Rahasia Gavin

    Pov GavinGavin duduk di dalam mobil, matanya menatap jalanan yang berlalu begitu cepat di depannya. Ia merasakan kegelisahan yang terus menghantui sejak pagi tadi. Dengan tergesa-gesa, ia menghentikan mobilnya di depan rumah dan segera keluar.Pintu rumah dibuka dengan cepat, langkah Gavin terdengar berat namun penuh kecemasan. “Amara! Di mana Zain?” serunya, suaranya penuh kekhawatiran.Amara muncul dari ruang tengah, wajahnya terlihat lelah dan cemas. “Zain di sini, Gavin. Dia masih panas,” jawabnya sambil menggendong bayi mereka yang baru berusia satu bulan.Gavin mendekat, melihat Zain yang terbaring lemah di pelukan ibunya. Wajah kecil itu terlihat pucat, matanya setengah tertutup. Gavin perlahan mengulurkan tangan, membelai kepala Zain dengan lembut.“Zain…” panggilnya pelan, seolah tak ingin mengganggu kenyamanan anaknya. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, meski hatinya terasa mencelos melihat kondisi putranya.Amara memandang Gavin, lalu berkata, “Kita harus segera bawa

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Ikatan yang tak terucap

    Inara, Baskara, Gavin, Liam, dan Alexa berkumpul di ruang tamu. Di sudut ruangan, koper milik Inara dan Baskara sudah siap untuk dibawa. Suasana terasa sedikit hening, seakan semua orang merasa berat untuk berpisah.“Ibu sama Ayah pamit pulang ya, Alexa,” ujar Inara dengan nada lembut. Ia mendekati Alexa, menunduk, lalu menyentuh perut menantunya dengan penuh kasih. “Nenek pamit dulu, ya. Nanti nenek kapan-kapan ke sini lagi.”Alexa tersenyum tipis, matanya mulai berkaca-kaca. “Padahal Alexa senang banget ada Ibu sama Ayah di sini. Jadi ada teman ngobrol dan nggak kesepian.”Inara melirik tajam ke arah Gavin, matanya menyorotkan teguran. “Tuh, denger ucapan istri kamu, Gavin. Dia itu kesepian di rumah sendirian. Apa kamu nggak kasihan?”Gavin menghela napas panjang, mencoba membela diri. “Kan aku kerja, Bu. Bukannya sengaja ninggalin Alexa sendirian.”Inara mendesah, mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh sindiran. “Alasan terus. Kalau kamu memang sibuk kerja, setidaknya pikirin jug

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Pintu yang terkunci

    Malam telah tiba ketika Gavin akhirnya pulang ke rumah, sekitar lima menit setelah Liam tiba lebih dulu. Suasana di ruang makan terlihat sibuk. Inara sedang mengatur hidangan di meja makan, sementara Baskara membantu istrinya dengan membawa piring tambahan.Di dapur, Alexa yang terlihat sedikit lebih segar setelah istirahat turun dari tangga dan langsung menghampiri Inara."Bu, aku bantu, ya?" ujar Alexa lembut, menawarkan diri.Inara menoleh dan menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak usah, Alexa. Kamu masih perlu banyak istirahat. Duduk saja, biar Ibu yang urus semuanya."Alexa ragu sejenak, tapi akhirnya menurut. Ia melangkah pelan ke meja makan dan duduk di kursi yang biasa ia tempati. Liam yang sedang menuangkan air ke gelas menoleh ke arah Alexa.“Kamu udah mendingan, Alexa?” tanyanya penuh perhatian.Alexa mengangguk kecil. "Udah lebih baik, Kak. Makasih." Tak lama kemudian, Gavin masuk ke ruang makan, meletakkan tas kerjanya di sudut ruangan. Matanya sekilas menyapu suasana d

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kecurigaan Inara

    Liam keluar dari kamar Alexa dengan langkah pelan, memastikan pintu tertutup rapat tanpa suara. Sesaat ia berdiri di depan pintu, menarik napas panjang untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Kemudian, ia menuruni tangga menuju dapur, di mana aroma masakan memenuhi udara.Inara terlihat baru saja selesai memasak. Ia menoleh ketika mendengar langkah kaki Liam mendekat. "Gimana Alexa?" tanyanya dengan nada lembut, meski wajahnya jelas memancarkan kekhawatiran.Liam membuka kulkas, mengambil segelas air putih, lalu meneguknya perlahan untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering. "Dia sudah tidur, Bu," jawabnya singkat.Inara mengangguk pelan, tapi ekspresinya berubah menjadi serius. "Seharusnya suaminya yang jaga dia, Liam. Kenapa malah kamu yang repot? Bukannya kamu juga punya kehidupan sendiri?"Liam terdiam sejenak, menggenggam erat gelas yang ada di tangannya. Pandangannya menatap kosong ke arah dapur sebelum akhirnya ia menjawab. "Itu juga gak sengaja, Bu. Aku ketemu Alexa di

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Perhatian Liam

    Alexa dibaringkan di ranjang pemeriksaan, sementara Liam berdiri di sampingnya dengan ekspresi khawatir. Dokter, seorang pria paruh baya dengan kacamata bulat, mulai memeriksa tekanan darah Alexa dengan teliti.“Bagaimana, Dok?” tanya Liam, suaranya terdengar cemas.Dokter menatap Alexa yang tampak pucat sebelum menjawab, “Kondisinya cukup stabil sekarang, tapi tekanan darahnya sedikit rendah. Ibu Alexa, apa Anda sering merasa pusing atau lemas belakangan ini?”Alexa mengangguk pelan. “Iya, Dok. Beberapa hari terakhir, saya sering merasa pusing. Tapi saya pikir itu hanya kelelahan biasa.”Dokter mengangguk, mencatat sesuatu di buku catatannya. “Ini bisa jadi karena tekanan darah rendah yang dipengaruhi oleh stres atau kurangnya asupan nutrisi. Mengingat Anda sedang hamil, hal ini perlu mendapat perhatian khusus. Saya akan memberi resep vitamin tambahan untuk membantu menjaga stamina Anda. Dan, tolong hindari stres, ya.”Liam menyela, “Jadi, tidak ada yang serius, Dok?”“Tidak ada yang

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Antara dua hati

    Saat aku tiba di parkiran mobil, aku terdiam sejenak, memandangi setir dengan pikiran yang berputar-putar. Udara terasa berat, dan aku menarik napas panjang untuk mencoba menenangkan diri. Tanpa sadar, langkah seseorang mendekat dan suara familiar memecah keheningan.“Alexa, kamu di sini?” suara itu membuatku terkejut. Aku menoleh dan melihat Liam berdiri di dekat mobilku, wajahnya penuh perhatian.“Oh, Kak Liam,” ucapku sambil mencoba tersenyum kecil. Aku menegakkan tubuh, berusaha terlihat tenang meski dalam hati masih bergejolak.“Kamu melamun?” tanyanya lembut, alisnya sedikit terangkat.“Tidak, hanya saja…” suaraku menggantung. Aku tidak tahu harus menjelaskan apa.Liam berjalan mendekat, matanya menatapku dengan sorot serius. “Ada apa? Bicara saja padaku. Kamu tahu aku selalu ada kalau kamu butuh seseorang untuk mendengar,” katanya, suaranya penuh perhatian yang tulus.Aku mengeluarkan lipstik itu dari tas dan menggenggamnya erat. "Aku menemukan ini di saku Gavin, Kak," ucapku p

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayangan di balik lipstik 2

    Alexa tiba di kantor Gavin, para pegawai yang sudah mengetahui bahwa dia adalah istri atasan mereka segera menyambutnya dengan hangat."Selamat siang, Ibu Alexa," sapa salah satu resepsionis dengan senyum ramah begitu aku melangkah masuk ke lobi.Aku membalas senyuman itu dengan anggukan kecil. "Selamat siang. Gavin ada di kantornya, kan?" tanyaku, mencoba terdengar tenang meskipun pikiranku sedang kalut."Benar, Ibu. Pak Gavin sedang ada di ruangannya. Apakah perlu saya hubungi terlebih dahulu untuk memastikan beliau tidak sibuk?" tanya resepsionis itu dengan nada sopan.Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu, terima kasih. Saya langsung ke sana saja."Dengan langkah tegap, aku berjalan melewati lorong kantor yang terasa begitu sepi. Beberapa pegawai yang berpapasan denganku menyapa dengan ramah, dan aku berusaha membalas mereka meski senyumku terasa berat.Setibanya di depan pintu ruangan Gavin, aku berhenti sejenak. Dadaku terasa sesak, dan tanganku gemetar saat hendak mengetuk pintu.

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayangan di balik lipstik

    Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuh dengan handuk, lalu mengenakan pakaian santai. Pikiran tentang lipstik itu terus menghantui, tapi aku memutuskan untuk menyimpannya dalam hati, setidaknya untuk sementara waktu. Aku harus terlihat normal di depan ibu.Aku menuruni tangga perlahan, merasa sedikit bersalah karena ini kali pertama ayah dan ibu mertuaku menginap di rumah, tapi aku malah kesiangan dan tidak sempat menyiapkan sarapan. Saat aku sampai di dapur, pemandangan itu langsung membuat hatiku terasa hangat.Ayah mertua, Basakra, duduk di kursi ruang tengah dengan koran di tangannya, sementara ibu mertua, Inara, sibuk mencuci piring di wastafel. Ibu membalikkan badan dan menatapku.“Kamu sudah selesai mandi?” tanya Inara dengan senyum lembut.Aku mengangguk, tersenyum kecil, dan merasa sedikit canggung. “Iya, Bu. Maaf, ini pertama kalinya kalian menginap di sini, tapi aku malah kesiangan dan tidak menyiapkan sarapan untuk Ayah dan Ibu.”Inara menggeleng pelan, menatapku de

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status