Axel memandang rumah mungil yang ditinggali Aura. Ingin Axel langsung merangsek masuk ke dalam sana dan menumpahkan kerinduannya pada Aura, tapi akal sehatnya menghalangi. Axel sadar kalau Aura butuh waktu. Jika dirinya langsung muncul, bisa saja Aura kembali kabur entah kemana! Axel menyeruput kopi. Ya, sama seperti Clay kemarin, Axel juga ‘mengintai’ rumah Aura melalui café yang ada tepat di seberang rumah Aura! Tanpa bosan Axel duduk di sana meski Aura sama sekali tidak keluar rumah, tapi tidak masalah yang penting Axel sudah tau dimana Aura tinggal! Dengan begitu mereka selangkah lebih dekat kan?Malam yang semakin larut tidak menyurutkan niat Axel hingga Clay dan Damian datang, mungkin hendak menyeret Axel pulang. Jika tidak mungkin saja Axel bermalam di café yang memang buka selama 24 jam ini! Namun saat itu juga mata tajam Axel menangkap satu sosok yang membuat amarahnya kembali muncul di permukaan. Lionel Kim! Untuk apa pria itu datang malam-malam ke rumah Aura? Tidak taukah
Aura mengernyit heran saat bel rumahnya ditekan dengan tidak sabar! Siapa lagi yang datang? Lionel? Tidak mungkin! Pria itu selalu sabar! Tidak pernah bar bar seperti ini!Aura membuka pintu dan terkesiap kaget saat melihat siapa pria yang berdiri tegak di depan pintu rumahnya, Axel Xavier!Aura mengerjapkan mata, takut salah lihat. Apa benar pria yang berdiri di hadapannya adalah Axel Xavier? Atau hanya halusinasinya semata karena Aura terlalu merindukan pria itu? Tapi berapa kalipun Aura mengerjap, Axel masih tetap berdiri tegak di depannya! Terlihat garang, penuh amarah! Bagaikan mimpi, tapi nyata!Tanpa permisi Axel mendorong Aura masuk ke dalam rumah. Perlahan, Axel tidak ingin Aura dan bayinya sampai terluka. Meski emosi sedang merasuki hatinya, tapi Axel sadar akan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya!“Kamu…”“Kenapa? Kaget karena aku bisa menemukanmu?” sela Axel tajam.Aura diam. Tidak menyangkal. Dirinya memang kaget! Siapa yang tidak kaget jika pria yang ingin dihin
“Jerman? Untuk apa Axel pergi ke Jerman?” tanya Charles curiga.“Sepertinya tuan muda ingin kembali keliling dunia seperti sebelum mengenal nona Aura, Tuan,” balas Benny meski sedikit ragu dengan jawabannya sendiri.“Ya bisa jadi, tapi apakah itu artinya Axel sudah melupakan Aura?” lirih Charles.Meski mendengar pertanyaan tuan besarnya, tapi Benny tidak bisa menjawab, merasa tidak yakin. Melihat dari gelagat Axel kemarin, rasanya tidak mungkin tuan mudanya bisa melupakan Aura secepat itu. Tapi ternyata hanya berjarak 2 minggu, tuan mudanya sudah kembali menjelajah alias berpindah negara! Sungguh tidak bisa ditebak!“Mungkinkah itu salah satu cara yang tuan muda Axel lakukan untuk melupakan nona Aura? Bisa saja kan?” jawab Benny pada akhirnya meski dengan nada menggantung yang seperti balik bertanya, tidak yakin.“Ya, mungkin saja! Lalu kenapa Axel menyuruh kedua orang itu kembali?” gerutu Charles.“Ahh, mendengar pengakuan mereka, tuan muda Axel tidak ingin memboyong mereka karena se
Charles terpekur di dalam kamar besarnya. Sibuk memikirkan Axel. Apa putranya itu sungguh tinggal di Berlin untuk bersenang-senang seperti dulu? Apa mungkin Axel melupakan Aura secepat itu? Entah kenapa Charles merasa ragu. Mengingat Axel begitu keukeuh meninggalkan keluarga Xavier demi Aura, rasanya mustahil jika putranya menyerah begitu saja! Pasti ada yang tidak beres! Dan hal itu membuat Charles tidak bisa tidur! Otaknya sibuk berpikir! Sibuk menganalisis!Sampai akhirnya Charles menyerah dan segera menghubungi Benny, meski sadar malam sudah begitu larut, tapi dirinya tidak mungkin diam saja melihat hal yang dirasanya aneh sedang terjadi di depan mata kan? Charles harus segera membuktikan kecurigaannya. Tidak ada waktu untuk menundanya!“Benny, maaf mengganggu waktu istirahat kamu selarut ini,” prolog Charles tidak enak hati saat teleponnya diangkat pada dering keempat.Meski Benny adalah asistennya, tapi Charles sadar kalau Benny juga berhak memiliki waktu istirahat pribadi, tid
Benny menghubungi salah seorang yang selalu dirinya bisa andalkan untuk mencari informasi, begitu juga kali ini. Bukankah semalam Charles meminta Benny untuk menyelidiki apa yang dilakukan Axel? Maka sekarang inilah yang dirinya lakukan! “Selidiki apa saja yang tuan muda lakukan di Berlin. Laporkan padaku secepat mungkin.”“Baik!”Benny meremas kedua tangannya dengan gelisah. Feelingnya mengatakan ini semua ada kaitannya dengan Aura, tapi sebelum ada bukti pasti, Benny tidak ingin gegabah. Lebih baik diam daripada mengumbarnya. ‘Jika benar tuan muda Axel bertemu dengan nona Aura di Berlin, berarti nona Aura sudah melanggar janji. Aku yakin tuan besar pasti akan murka!’ batin Benny khawatir.‘Semoga saja kekhawatiranku tidak terbukti!’ batin Benny lagi, meski ragu. Dirinya berharap tidak ada lagi perdebatan antara tuan besar dan tuan mudanya hanya karena seorang wanita bernama Aura!*** Sementara itu di apartemen, Axel sibuk menggerutu hingga Clay hanya bisa mendesah malas, bahkan
Lionel mengerjap. Memastikan apa yang didengarnya barusan memang nyata. Apa Aura serius? Atau Lionel masih di alam mimpi? Lionel menampar pipinya sendiri dan meringis pelan. Sakit. Ini berarti nyata! “Kamu serius, Aura?” tanya Lionel memastikan. Tidak ingin salah dengar untuk hal sepenting ini.“Ya, aku serius! Aku ingin kita menikah secepatnya.”Lionel mengangguk, lupa kalau Aura tidak bisa melihatnya.“Baiklah, aku akan mengurusnya segera.”“Aku tidak ingin pernikahan yang mewah. Kamu mengerti maksudku kan? Aku hanya tidak ingin kehidupan pribadiku kembali menjadi konsumsi publik,” lirih Aura menyatakan keengganannya. Ya, sejak dulu Aura memang tidak ingin kehidupan pribadinya terekspos, skandal dengan Axel adalah pengecualian! “Aku paham maksudmu. Kalau begitu apa tidak masalah jika kita menikah hanya dengan kehadiran orangtua dan saksi?” tanya Lionel memastikan.“Tidak masalah! Justru itu yang aku inginkan.”“Baiklah, aku akan mengurusnya besok.”“Hmm… thanks, Lio. Maaf karena
Ji Hwan mengernyit saat melihat nomor Lionel tertera di layar ponselnya. Sebersit pikiran buruk masuk ke dalam otak Ji Hwan, berpikir terjadi sesuatu yang buruk pada Aura. Tidak heran kalau hatinya langsung didera rasa panik!“Halo? Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Ae Ra?”“Apa? Oh tidak. Tidak. Bukan itu. Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu.”Jawaban Lionel membuat Ji Hwan sedikit lega, setidaknya Aura baik-baik saja.“Mengenai apa?”“Aku ingin kamu dan Young Seo datang ke acara pernikahan kami sebagai saksi.”Ji Hwan mengerjap. Takut salah dengar.“Pernikahan? Saksi? Apa maksudmu?”Ji Hwan sadar kalau pertanyaannya terkesan bodoh, tapi biarkan saja. Yang penting Ji Hwan perlu kepastian. Memastikan kalau dugaannya tidak salah! “Aku akan menikah dengan Aura bulan ini. Jadi aku harap kamu bisa hadir sebagai saksi. Apalagi Aura sudah menganggapmu sebagai kakaknya sendiri.”Hening beberapa saat sebelum suasana berganti dengan pekik kekagetan Ji Hwan. Pekik kaget yang bercampur dengan
Aura menoleh kaget mendengar tebakan Axel. Tidak tau kalau sebenarnya Axel sudah mengetahui semuanya dari Damian saat pria itu mengantarkan sup ke rumah Aura dan mendengar seluruh perbincangan Aura dengan orangtuanya. ‘Bagaimana bisa Axel menebak setepat itu?’ batin Aura kaget.“Kenapa? Kaget karena tebakanku tepat? Itukan alasanmu pergi meninggalkanku?”Aura membuang muka, enggan menatap wajah Axel. Tatapan pria itu terlihat sangat mengintimidasi membuat Aura takut salah bicara lagi!“Jawab pertanyaanku, Aura!”“Aku tidak akan menjawab apapun!”“Baiklah, tidak masalah jika kamu tidak mau menjawab, tapi aku pastikan satu hal, Papa Charles tidak akan pernah bisa merebut hak asuh anak ini dari tanganmu. Kenapa? Karena aku tidak akan membiarkannya! Lagipula aku sudah memilih dirimu dibandingkan keluarga Xavier, jadi bisa dibilang aku sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan Papa Charles! Jika hak asuh itu jatuh ke tangan keluarga Xavier, bukankah itu berarti aku juga tidak bisa menem
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j