Lionel mengerjap. Memastikan apa yang didengarnya barusan memang nyata. Apa Aura serius? Atau Lionel masih di alam mimpi? Lionel menampar pipinya sendiri dan meringis pelan. Sakit. Ini berarti nyata! “Kamu serius, Aura?” tanya Lionel memastikan. Tidak ingin salah dengar untuk hal sepenting ini.“Ya, aku serius! Aku ingin kita menikah secepatnya.”Lionel mengangguk, lupa kalau Aura tidak bisa melihatnya.“Baiklah, aku akan mengurusnya segera.”“Aku tidak ingin pernikahan yang mewah. Kamu mengerti maksudku kan? Aku hanya tidak ingin kehidupan pribadiku kembali menjadi konsumsi publik,” lirih Aura menyatakan keengganannya. Ya, sejak dulu Aura memang tidak ingin kehidupan pribadinya terekspos, skandal dengan Axel adalah pengecualian! “Aku paham maksudmu. Kalau begitu apa tidak masalah jika kita menikah hanya dengan kehadiran orangtua dan saksi?” tanya Lionel memastikan.“Tidak masalah! Justru itu yang aku inginkan.”“Baiklah, aku akan mengurusnya besok.”“Hmm… thanks, Lio. Maaf karena
Ji Hwan mengernyit saat melihat nomor Lionel tertera di layar ponselnya. Sebersit pikiran buruk masuk ke dalam otak Ji Hwan, berpikir terjadi sesuatu yang buruk pada Aura. Tidak heran kalau hatinya langsung didera rasa panik!“Halo? Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Ae Ra?”“Apa? Oh tidak. Tidak. Bukan itu. Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu.”Jawaban Lionel membuat Ji Hwan sedikit lega, setidaknya Aura baik-baik saja.“Mengenai apa?”“Aku ingin kamu dan Young Seo datang ke acara pernikahan kami sebagai saksi.”Ji Hwan mengerjap. Takut salah dengar.“Pernikahan? Saksi? Apa maksudmu?”Ji Hwan sadar kalau pertanyaannya terkesan bodoh, tapi biarkan saja. Yang penting Ji Hwan perlu kepastian. Memastikan kalau dugaannya tidak salah! “Aku akan menikah dengan Aura bulan ini. Jadi aku harap kamu bisa hadir sebagai saksi. Apalagi Aura sudah menganggapmu sebagai kakaknya sendiri.”Hening beberapa saat sebelum suasana berganti dengan pekik kekagetan Ji Hwan. Pekik kaget yang bercampur dengan
Aura menoleh kaget mendengar tebakan Axel. Tidak tau kalau sebenarnya Axel sudah mengetahui semuanya dari Damian saat pria itu mengantarkan sup ke rumah Aura dan mendengar seluruh perbincangan Aura dengan orangtuanya. ‘Bagaimana bisa Axel menebak setepat itu?’ batin Aura kaget.“Kenapa? Kaget karena tebakanku tepat? Itukan alasanmu pergi meninggalkanku?”Aura membuang muka, enggan menatap wajah Axel. Tatapan pria itu terlihat sangat mengintimidasi membuat Aura takut salah bicara lagi!“Jawab pertanyaanku, Aura!”“Aku tidak akan menjawab apapun!”“Baiklah, tidak masalah jika kamu tidak mau menjawab, tapi aku pastikan satu hal, Papa Charles tidak akan pernah bisa merebut hak asuh anak ini dari tanganmu. Kenapa? Karena aku tidak akan membiarkannya! Lagipula aku sudah memilih dirimu dibandingkan keluarga Xavier, jadi bisa dibilang aku sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan Papa Charles! Jika hak asuh itu jatuh ke tangan keluarga Xavier, bukankah itu berarti aku juga tidak bisa menem
Axel kembali dengan wajah kusut membuat Clay heran. Kenapa sahabatnya jadi ajaib begini kelakuannya sejak mengenal Aura? Bukankah tadi pagi masih bersiul riang? Tapi kenapa sekarang malah seperti orang terkena vonis hukuman gantung begini? Ada masalah apalagi antara Axel dengan Aura?“Ada apa, Bro?” tanya Clay hati-hati.“Aura.”Clay memutar bola matanya dengan gemas. Dugaannya benarkan! Lagi-lagi berhubungan dengan Aura! Kenapa hubungan mereka begitu sulit sih? Kali ini ada masalah apalagi?“Kenapa lagi?” tanya Clay habis sabar, campur penasaran.“Dia mau merit sama Lionel.” Clay mengangkat alis. Merasa heran. Menunggu kelanjutan kalimat yang lain, tapi nihil. Setelah mengatakan hal itu Axel malah diam! “Terus masalahnya dimana?” tanya Clay polos. Axel menatap Clay dengan sengit.“Lo masih nanya ‘terus masalahnya dimana’? Apa gue nggak salah dengar? Ya terus, gue nggak terimalah!” balas Axel ketus.“Ya kalau nggak terima lo kan bisa bujuk Aura dengan segala macam cara! Itu keahlian
Charles mengamati sekelilingnya yang terasa asing. Tempat yang belum pernah didatanginya. Entah dimana. Charles tidak bisa menebaknya. Dirinya berjalan pelan, memperhatikan kiri kanannya, berharap menemukan petunjuk. Tapi nihil!Hingga satu suara yang dirindukannya sejak lama kembali hadir menerpa telinganya. “Charles!” Charles menoleh kaget, menajamkan penglihatan. Memastikan kalau dirinya tidak salah lihat ataupun dengar. Yang memanggilnya ternyata adalah benar Alena, istrinya! “Alena?” lirih Charles, tidak percaya kalau setelah belasan tahun dirinya bisa kembali melihat wanita yang dicintainya. Berbicara secara langsung, bahkan bisa melihat senyuman Alena yang selalu menyejukkan hatinya! “Maafkan aku karena harus pergi meninggalkanmu lebih dulu. Aku…”Charles menggeleng, membuat Alena terdiam.“Jangan meminta maaf padaku. Kamu sama sekali tidak salah, Sayang.”“Pasti berat mengurus Axel seorang diri. Maafkan aku,” lirih Alena lagi, merasa bersalah karena harus meninggalkan kelu
Lionel menggenggam tangan Aura dengan wajah sumringah, setelah mengantongi izin dari orangtua Aura, kini Lionel bisa lega. Meski tadi dirinya sempat merasa gugup, apalagi orangtua Aura tidak langsung memberinya izin, malah mengajukan beberapa pertanyaan. Meyakinkan hati kalau Lionel bisa menerima Aura sepenuhnya. Keheningan yang sempat hadir meski hanya beberapa detik terasa begitu mencekam bagi Lionel. Namun untungnya pada akhirnya orangtua Aura memberi restu! Lionel akhirnya bisa menikahi Aura tanpa dihalangi siapapun. Restu dari kedua orangtua mereka, orangtuanya dan orangtua Aura, sudah dikantongi. Aura pun sudah setuju. Hilang sudah beban di hatinya. Lega, itulah yang Lionel rasakan.Sekarang yang harus Lionel lakukan adalah mempersiapkan pernikahannya dengan sebaik mungkin, meski Aura tidak menginginkan pesta besar, bukan berarti asal-asalan kan? Ini adalah moment special, sekali seumur hidup, jadi Lionel harus memastikan kalau Aura tidak akan pernah melupakan moment ini!Lione
Aura duduk berhadapan dengan Axel. Setelah memesan minuman secara kilat, bahkan tidak melihat buku menu, Aura langsung ke pokok pembicaraan. Waktunya terbatas, hanya 10 menit jadi Aura tidak bisa berputar-putar!“Aku tau kamu tidak akan pernah bisa merestui pernikahanku dengan Lionel, tapi ini adalah jalan terbaik untukku dan juga bayi ini. Aku yakin kamu sudah tau perjanjian apa yang ada di antara aku dan Papa Charles, menilik dari dugaanmu kemarin, aku yakin kamu sudah tau semuanya. Itu artinya kamu juga tau kalau kita tidak mungkin bersama. Meski kamu bilang bukan lagi bagian dari keluarga Xavier, tapi hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Kenapa? Karena hubungan darah tidak bisa diputuskan semudah itu. Dan aku tidak ingin hubunganmu dengan Papa Charles merenggang hanya karena aku.”Aura terdiam sejenak, memikirkan kalimat yang dirasa tepat.“Aku mohon, jangan halangi rencana pernikahan kami. Aku hanya ingin bayi ini terlahir di keluarga yang hangat dan bisa menerima kehadirannya
Axel pulang ke apartemen dengan lunglai, wajahnya terlihat seperti habis dirampok. Ya, bukankah Lionel baru saja ‘merampok’ Aura dari tangannya? Tidak heran kalau Axel terlihat begitu menyedihkan. Merelakan cinta pertama ternyata menyakitkan! Clay yang melihat kepulangan Axel hanya bisa mengernyit, hanya bisa bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi pada Axel hingga sahabatnya sefrustasi ini?“Kenapa lagi, Bro?”“Aura.”Hanya itu. Aura. Tapi tidak ada kelanjutannya. Clay ingin bertanya, tapi melihat raut wajah Axel yang begitu muram rasanya lebih baik diam. Axel pasti akan bercerita jika sudah waktunya. Lagipula Clay sadar Axel perlu waktu.Clay baru saja kembali dari dapur dengan secangkir kopi di tangan saat suara lirih Axel kembali terdengar. Begitu lemah, seperti tidak memiliki harapan hidup.“Gue udah merelakan Aura menikah sama Lionel.”Kopi menyembur begitu saja dari mulut Clay. Kaget dengan pengakuan pria itu. Axel mendelik kesal. Sudah lagi patah hati, disembur pula! Apes!
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j