'Maksudmu kau tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan?' batin Sarah namun menahan mulutnya. "Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, sebelum aku dan Theo-" "Tidak usah. Lakukan saja apa yang harus kalian lakukan. Aku baik-baik saja," potong Sarah lalu segera meninggalkan pemakaman. Dia tidak sanggup mendengar kata-kata Mona selanjutnya. Mereka mau menikah atau melakukan apapun, itu bukan urusannya lagi. Untuk apa bersusah payah menjelaskan hal yang sudah jelas akan menyakiti Sarah bagaimanapun caranya dijelaskan. Sarah tidak pulang ke rumah. Dia pergi mengunjungi kuburan kedua orangtuanya dan Grace. Sarah membeli tiga buket bunga sebelum masuk ke pemakaman. "Ma, Pa, apa kabar?" sapa Sarah sambil membersihkan rumput-rumput tinggi yang tumbuh di sisi kuburan kedua orangtuanya. "Hidupku terasa sangat melelahkan. terutama karena kalian tidak ada di sisiku, Pa, Ma." Sarah meletakkan dua buket bunga disana. Lalu menatap nisan yang beruliskan nama kedua orangtuanya. "Kalau aku
"Maksudmu?" tanya Sarah panik.Apa ini yang dia maksud dengan bertanggung jawab? Apakah Theo akan tinggal di sana bersama Mona dan kedua anaknya? Sarah tidak bisa membayangkan mereka tinggal bersama sebagai keluarga. Dia banyak membaca buku dan menonton film, dimana cinta bisa bertumbuh diantara pria dan wanita yang sering bersama. Apalagi ada anak-anak di antara mereka."Seseorang harus tinggal bersama Mona dan anak-anak di negara asing itu, sampai mereka terbiasa.""Jadi maksudmu kau akan pindah kesana bersama Mona dan anak-anaknya?" tanya Sarah dengan mata membesar."Tidak, bukan aku," jawab Theo tegas.Sarah langsung membuang napas lega, dia merasa tenang karena ternyata Theo tidak akan tinggal bersama Mona. "Lalu siapa yang akan menemani kalian?" tanya Sarah kepada Mona kembali menegang. Dia khawatir jangan-jangan Theo akan memintanya untuk pergi.Sarah tidak ingin hidup di negara asing bersama Mona dan anak-anaknya. Dia tidak akan bersedia, bagaimanapun caranya Theo membujuknya
Theo tiba-tiba tidak bisa lagi menahan tubuhnya dan langsung terjatuh ke lantai. Nadine tersenyum senang karena ibunya benar. Obat itu akan segera bereaksi, jadi dia tidak perlu khawatir.Nadine segera membantu Theo untuk duduk kembali di kursinya. Theo menatap Nadine dengan marah. Dia sadar tapi sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dia berusaha keras untuk menggerakkan tubuhnya tapi sama sekali tidak berhasil. Theo bahkan tidak dapat menggerakkan mulutnya."Jangan khawatir tuan. Anda hanya akan lumpuh untuk sementara. Aku minta maaf karena harus bertindak sejauh ini. Tapi hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan masa depan saya," ucap Nadine sambil memperbaiki posisi duduk Theo, sampai sesuai dengan yang dia inginkan.Dia lalu berdiri di hadapan Theo dengan senyum senang karena sepertinya rencananya berhasil."Ibuku memang ahli strategi yang hebat. Dan aku adalah eksekutor yang luar biasa. Anda pasti bahagia apabila memiliki istri dan ibu mertua seperti kami. Sayangn
"Apa? Tidak ada gambarnya? Apa maksudnya tidak ada gambar?" tanya Theo panik. Itu adalah satu-satunya alat bukti yang dapat menyelamatkan Theo. Kalau itu tidak ada maka dia tidak punya pilihan lain kecuali memberikan 10 milyar yang diminta Nadine."Sepertinya seseorang merusaknya, Tuan." "Merusaknya? Apakah para petugas di ruang pengawasan tidak menyadari kalau kameranya rusak?" tanya Theo marah."Sepertinya tidak, Tuan.""Brengsek! Kapan kameranya rusak?" bentak Theo yang tidak percaya dengan kinerja para pegawainya."Gambar terakhir yang terekam adalah gambar tadi pagi, Tuan," jawab asisten Theo ketakutan."Siapa yang terakhir masuk ke ruanganku sebelum kameranya rusak?""Saya ... saya tidak memeriksanya, Tuan.""Pergi dan periksa sekarang!" perintah Theo dengan nada tinggi.Di saat-saat seperti ini, Theo benar-benar membutuhkan Derick. Asistennya yang satu itu benar-benar tahu apa yang harus diperbuat. Theo selalu merasa bahwa Derick bisa membaca pikirannya. Selain itu, Derick ju
"Ada apa?" tanya Sarah penasaran melihat wajah Theo yang berseri-seri."Ayo, ikut aku kembali ke kantor," ajak Theo sambil menarik tangan Sarah.Theo segera menghentikan taksi dan memberitahu alamat tujuannya."Apa kau tidak mau memberitahuku, ada apa?" tanya Sarah sekali lagi."Nanti juga kau akan tahu," jawab Theo sambil mencubit pipi Sarah dengan lembut.Setibanya di kantor Theo langsung menghubungi asistennya dan memintanya menemui Theo di ruangannya."Panggilkan kepala pengawas keamanan gedung ini!" perintah Theo kepada asistennya."Tapi tuan, hari ini dia tidak bertugas-""Suruh dia datang ke kantor sekarang!" bentak Theo yang kesal mendengar jawaban asistennya."Baik, Tuan," jawab asisten Theo sambil berlari keluar.Sarah hanya duduk di sofa tamu, memperhatikan Theo yang tampak sangat bersemangat sekaligus emosional."Dia benar-benar berbeda dengan Derick," guman Theo sambil menatap Sarah."Mana ada orang yang sama di dunia ini. Kalau kau tidak bisa hidup tanpa Derick sebaiknya
"Nadine, bagaimana ini?" bisik Angel yang juga terkejut melihat rekaman yang ditunjukkan asisten Theo."Itu pasti rekaman palsu!" teriak Nadine panik, meski dia tahu rekaman itu asli."Kalau begitu mari kita buktikan di kantor polisi," ajak Theo santai."Kan ... kantor polisi? Tuan Theo saya rasa anda tidak perlu bertindak sejauh itu," ucap Angel dengan gugup."Kenapa tidak? Kalian sudah menjebak dan mengancam saya. Itu adalah tindak pidana!" bentak Theo yang sudah tidak tahan lagi."Sarah, Sarah, aku mohon bujuklah Tuan Theo untuk tidak memperpanjang masalah ini. Kami tidak bermaksud seperti itu," mohon Angel kepada Sarah yang langsung menyingkirkan tangan Angel.Sementara Nadine hanya berdiri dengan tegang. Dia tidak tahu harus bertindak apa. Semua rencananya sudah sempurna. Dia sudah merusak kamera pengawas dan bersandiwara di hadapan seluruh rekan kantornya. Siapa yang tahu kalau ada kamera pengawas lain di ruangan Theo? Itu benar-benar mengacaukan semuanya."Ayo mama, kita pergi
"Ada apa? Kenapa kau tampak marah?" tanya Theo bingung.Dia hanya berusaha membuat Sarah yakin kalau dia akan selalu ada di sisi Sarah apapun pilihan Sarah. Kalau Sarah tidak mau menikah, maka Theo akan mendukungnya meski dia sangat menginginkan Sarah menjadi istrinya."Ayo kita sapa Frank dan Claudia lalu pulang," sahut Sarah tidak menjawab pertanyaan Theo.Sarah tahu Theo tidak mau menikah, tetapi mengapa dia harus sesenang itu hidup tanpa ikatan dengan Sarah. Apakah Sarah tampak seperti wanita yang tidak perlu diperjuangkan, dijaga dan dimiliki selamanya.Sarah benar-benar marah dan kali ini dia tidak dapat menyembunyikannya."Baik, kalau itu maumu," jawab Theo yang masih bingung.Mereka berjalan ke arah pengantin tanpa memperhatikan apa yang sedang terjadi. Sarah dan Theo kaget karena tiba-tiba sebuah buket bunga muncul dari langit dan jatuh tepat di dada Sarah. Secara otomatis Sarah menangkapnya. Seluruh ruangan bertepuk tangan sambil tertawa bahagia.Sarah menatap Theo heran dan
Theo yang sebenarnya tidak suka Sarah bekerja dengan orang dewasa, tidak bisa berbuat apa-apa ketika Sarah ingin melakukannya. Dia tidak punya alasan yang masuk akal selain tidak suka Sarah berinteraksi dengan pria lain. Membayangkannya membuat Theo cemburu dan kesal. Tapi Sarah akan menganggap dia picik jika terus memaksanya untuk menolak pekerjaan yang berhubungan dengan orang dewasa. Karena itu Theo akhirnya tidak punya pilihan selain menerima dengan pikiran terbuka. Lagipula Sarah sama sekali tidak meminta izinnya, dia hanya memberitahu Theo bahwa dia menerima pekerjaan mengajar di salah satu instansi pemerintahan.Sarah memberitahu Theo bahwa dia hanya akan mengajar sampai sebelum jam makan siang. Karena itu, Theo ingin memberikan kejutan dengan mendatangi tempat Sarah mengajar dan mengajaknya makan siang.Theo sengaja menunggu di luar gedung, dia tahu Sarah harus keluar dari pintu depan karena dia akan naik taksi. Dia ingin mengejutkan kekasihnya itu di hari pertama dia kembali