Mata Lysia yang lentik itu membola, dia tercengang mendengar apa yang telah diucapkan oleh pria dihadapannya ini. Tentu saja, ini adalah pilihan yang teramat sulit untuk seorang gadis yang bernama Lysia.
"What?" Lysia tidak percaya dengan apa yang dia dengar.Sedangkan Ivander, malah terlihat santai sambil bermain dengan para wanita yang ada di sampingnya."Itu adalah kedua pilihan yang bisa kau ambil! Menjadi istriku atau menjadi jal*ng?" Ivander kembali mengucapkan kedua pilihan itu sambil menyeringai.Lysia dengan susah payah menelan salivanya, dia tertegun dengan berbagai pikiran yang membuat otaknya sakit."Tidak adakah cara lain–""Cukup! Jangan banyak bicara lagi! Lebih baik kau pilih salah satu diantara itu," bentak Ivander sambil menggebrak meja.Lysia menjadi begitu gugup, tubuhnya bergetar dan berusaha untuk dia tahan. Andai bisa, rasanya saat ini dia ingin menjerit dan menangis dengan apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa dia menjadi jalang? Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria Monster? Keputusan apa yang harus Lysia ambil? Pikir Lysia merasa buntu.Kalau Lysia memilih menikah, berarti dia harus terjerat bersama Ivander selamanya. Namun, jika dia harus memilih untuk menjadi jal*ng dia harus melayani berbagai macam pria hidung belang, tapi pasti akan ada celah untuk lari dari itu nantinya.'Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?' dalam batin Lysia.Ivander menatap tajam wajah Lysia yang terlihat begitu ayu, namun menjadi pucat pasi."Sudahlah, biar aku putuskan." Ivander menyeringai sambil berbalik membelakangi Lysia dengan satu gelas wine di genggaman tangannya.Lysia bangkit dari tempat duduknya dan langsung berucap tajam dan penuh keyakinan. "Aku memilih untuk berada di rumah bordil ini," jawab Lysia serius, dia akhirnya memutuskan untuk bekerja di rumah bordil ini.Ivander terkejut, dia tidak menyangka kalau pilihan gadis itu malah menjadi jalang. Namun, ya sudahlah kalau memang itu pilihannya maka Ivander akan membiarkannya. Yang terpenting Lysia tidak akan membiarkan dia merugi.Ivander bertepuk tangan, "pilihan yang bagus, dengan begitu kau akan sangat berguna."Lysia menatap lurus pada wajah Ivander yang terlihat begitu bersemangat.Ivander menaikan tangannya memberikan isyarat kepada Breta untuk menghampiri dia."Breta, kau punya anak baru. Segera promosikan dia," ucap Ivander kepada Breta yang menjadi mami di rumah bordil miliknya."Siap, Bos," jawab Breta yang memang dari tadi berada di samping Ivander.Lysia tertegun melihat Ivander yang langsung pergi dari tempatnya."Dasar pria baj!Ngan," gerutu Lysia menatap penuh amarah punggung Ivander yang berjalan menjauh.Breta langsung mendekati Lysia dan menggenggam bagian sikunya."Ikut denganku, kita ganti kostum mu," ajak Breta menarik Lysia untuk mengikuti dia."Ti-tidak," sahut Lysia spontan.Memang saat ini Lysia mengenakan pakaian sederhana yang terbuat dari kaos dan celana jeans biasa. Sedangkan Breta ingin agar Lysia memakai pakaian terbuka untuk dia potret semenarik mungkin dan berniat untuk menjualnya kepada pelanggan yang royal."Kau sudah menjadi anak dirumah ini, jadi kau tidak bisa menolak. Kau sendiri kan yang memilih untuk menjual diri. Pilihan itu begitu bodoh bagiku. Menikah dengan Bos Ivander itu adalah hal yang mustahil, seharusnya kau memilih menikah dengannya." Monolog Breta, tersenyum miris kepada Lysia.Lysia hanya mendengus, dia memang memilih untuk berada di rumah bordil ini. Namun, bukan untuk menjual diri, melainkan untuk bisa lari dari cengkraman tangan Ivander. Lysia sudah memikirkan caranya.Melarikan diri dari Ivander begitu sulit, namun jika dia berada jauh dari pria jahanam itu. Mungkin akan ada celah untuk melarikan diri di tempat ini. Sehingga Lysia memutuskan untuk tinggal di rumah bordil, bukan untuk menjual diri melainkan melakukan percobaan melarikan diri.***Di sebuah kamar Ivander tengah menghubungi seorang anak buahnya yang tengah bertugas menjaga rumah Bordil. Dan menyuruh mereka untuk menjaga Lysia dengan ketat."Kau lihat saja nanti gadis payah. Memangnya aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran picik itu, cih!" gumam Ivander sambil menatap layar ponselnya.Sudah Ivander perkirakan apa yang ada di dalam pikiran gadis baik seperti Lysia. Jadi, dia menyuruh semua anak buahnya untuk mengawasi Lysia.Di tempat lain, Lysia dipaksa mengenakan pakaian mini dengan Rok sejengkal dan atasan yang memperlihatkan dua buah gundukan di dadanya."Berposelah semenarik mungkin, Lysia!" bentak Breta yang sedang memegang sebuah kamera.Lysia yang sedang berdiri kaku dengan tangan yang menyilang di kedua dadanya itu merasa sangat canggung. Serta dia sangat kesal karena terus dipaksa untuk berpose oleh Breta."Bisakah jangan di foto," pinta Lysia. Dia memilih untuk menjadi jal*Ng hanya untuk melarikan diri. Jangan sampai di foto-foto seperti ini, nanti kalau sampai tersebar bagaimana?"Kamu adalah anak baru yang masih bersegel. Mami, sudah mendapatkan pelanggan yang bersedia membayar mahal untuk kamu yang perawan. Dia pelanggan tetap disini dan meminta fotomu," sahut Breta bersungut-sungut.Rose– wanita jal*ng yang sudah lama bekerja di tempat ini langsung memasuki ruangan potret. Dia memandang kesal wajah Lysia yang dipaksa tersenyum oleh Breta.'wajahnya memang cantik, ditambah dia masih muda. Menyebalkan! Jangan sampai dia menjadi anak kesayangannya mami,' dalam batin Rose iri."Ada apa Rose? Apakah kau tidak ada pelanggan malam ini?" tanya Breta melirik Rose yang masih diambang pintu."Ada, Mi. Seperti biasa setiap malam aku tidak pernah nganggur, namun aku ingin melihat bagaimana rupa anak baru ini," jawab Rose sombong.Sedangkan Lysia dia pun malah langsung berlari untuk bersembunyi di kamar mandi."Hey mau kemana?" teriak Breta kepada Lysia."Perutku mual, maaf!" teriak Lysia setelah menutup pintu, ada kesempatan untuk pergi saat Breta berbicara dengan Rose.Lysia akhirnya meneteskan air mata, dia sedih dengan apa yang telah ia rasakan. Dia mulai kembali mengingat kedua orang tuanya."Mama, Papa, tolong aku," lirih Lysia menangis.Setelah beberapa saat akhirnya Breta menggedor pintu kamar mandi."Hey, Lysia. Apakah kamu ketiduran disana hah? Ayo cepat buka pintunya. Lagi apa kamu di dalam lama-lama?" teriak Breta.Lysia yang masih menangis akhirnya mendongak menatap ke arah pintu."Aku … aku …."Lysia nampak bingung hendak menjawab apa."Hey, Lysia. Kamu jangan mencoba untuk memperlambat waktu. Pak Kusumo pelangganmu akan datang sebentar lagi. Jadi, aku mohon segeralah persiapkan dirimu!" perintah Breta.Lysia menggusar rambutnya kasar, lalu dia pun membuka pintu dan menghadap Breta yang masih berkacak pinggang."Apa-apaan ini? Kau begitu kusut dan matamu bengkak. Sebentar lagi Pak Kusumo datang, masa iya kamu akan menemuinya dengan penampilan seperti ini?" kesal Breta.'apakah aku harus menyerah dan memilih menikah dengan Ivander?' dalam batin Lysia tidak mau menemui pelanggan yang dikatakan oleh Breta. Namun, ini baru beberapa jam saja, jadi masih wajar kalau belum menemukan celah untuk kabur.Hufth …."Lysia apa kau dengar aku?" tanya Breta.Lysia tersadar dari lamunannya dan menatap Breta."Ini foto Pak Kusumo, segera rapikan makeup mu dan sisir rambutmu supaya rapih. Jangan terlihat seperti orang sakit seperti ini, pakai parfum yang wangi agar dia senang. Semua alat make-up ada di bawah laci sana."Lysia menatap tangan Breta yang menunjuk ke arah laci. Namun, netranya menangkap pria tua berkumis, mempunyai perut buncit tengah memasuki kamarnya."Hallo … Mami Breta!!!"DeghLysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini. Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum. 'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta. "Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain. Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatap
"Aku akan keluar menemani pelanganku. Dia sudah membayar mahal agar bisa aku temani. Jadi, tolong jangan menghalangi," terang Lysia dengan tangan yang menggandeng lengan Pak Kusumo. Pak Kusumo pun tersenyum dan mencolek dagu Lysia, "ya, kami akan pergi bersenang-senang diluar. Kenapa kalian menghalangi kami? Kalian tahu sendiri bahwa saya sering kemari dan membawa setiap wanita keluar masuk dari sini kan?" "Ya saya tahu kalau Anda pelanggan setia disini. Akan tetapi, masalahnya Nona Lysia tidak bisa keluar dari sini sama sekali," tahan penjaga itu. "Apakah saya harus membayar lagi? Padahal saya sudah membayar double agar bisa mengajaknya keluar," tanya Pak Kusumo kepada para penjaga yang masih menghalangi jalannya dan Lysia.Sedangkan Lysia, ia sedang merasa geram. Rupanya Ivander benar-benar sangat menjaganya dengan ketat, sampai -sampai dia tidak bisa menemani pelanggan untuk keluar. Padahal Ini adalah salah satu kesempatan emas agar bisa keluar dari sini, dengan menggunakan Pak
Pak Kusumo merasa kesal karena sudah lama menunggu di dalam toko perhiasan. Namun, Lysia belum kunjung datang menemuinya. "Kemana gadis itu? Kenapa sampai sekarang belum juga muncul?" geram Pak Kusumo. Padahal dia sudah menyiapkan beberapa pilihan perhiasan saset yang akan ditujukan kepada Lysia. Sayangnya sudah setengah jam menunggu Lysia masih belum juga menunjukan batang hidungnya."Pak, jadinya mau yang mana? Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami," terang penjaga toko dengan ramah. "Sebentar, saya sedang menunggu seseorang," balas Pak Kusumo dengan datar. Sebenarnya penjaga toko sudah merasa kelelahan dan sebentar lagi, toko akan ditutup karena sudah mulai larut malam. Namun, Pak Kusumo masih saja terus memilah dan memilih perhiasan yang dikatakan akan dibeli. Namun, belum kunjung juga dibeli dan terus mengatakan sedang menunggu seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, penjaga toko pun tidak punya pilihan lain selain mempercepat transaksi agar bisa segera menu
Ivander tersenyum puas melihat ketegangan di dalam wajah Lysia. "Apakah kau menyerah, Felysia Kirania?" tanya Ivander tersenyum smrik. Lysia, memang dia merasa cemas karena tidak mau melayani Pak Kusumo. Lysia pun langsung mencoba untuk menampar Ivander, tapi secepat kilat Ivander menyambar tangannya. Sehingga Lysia tidak bisa menggapai wajah Ivander. "Apa yang kau lakukan?" tanya Ivander kesal. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" gerutu Lysia. "Semua karena hutang ayahmu!" gertak Ivander, "jangan pernah berbuat macam-macam! Ingat itu!" tekan Ivander.***"Kamu baru pulang Ivan?" tanya Kylie maminya Ivander. Ivander pun melangkah dengan wajah kusutnya langsung menghampiri sang mama yang terlihat sedang menunggunya di ruang makan. "Mah, seperti biasa Ivan selalu sibuk," jawab Ivander lembut, menyembunyikan perasaan lelahnya."Kau selalu menghabiskan waktumu dengan bekerja. Kapan kau akan memberikan cucu untuk mama?" tanya Kylie. Ivander terdiam sejenak dengan beban pikiran yang r
"Aku tahu kalau kau memancingku untuk datang karena ingin menghabisi ku dengan mengatakan bahwa kau sudah berhasil menghabisi anak buah musuh!" Ivander menatap ke arah Davidson yang ada di belakangnya. Lalu, dia langsung bergerak cepat untuk menodongkan senjata api itu di kepala Davidson. "Memangnya aku tidak tahu kalau kau juga berkhianat?" tekan Ivander dengan rahang yang menegas dan tatapan membunuh. Pemimpin klan mafia Grabhy tercengang, mereka tidak menyangka kalau Davidson akan tertangkap. "Kenapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Dricho pemimpin klan Grabhy dengan Senjata yang juga ditodongkan ke arah Ivander dengan jarak tiga meter. "Dia memang sudah sangat aku percayai. Namun, dia tidak bisa berkhianat dalam waktu yang lama. Karena …." Ivander pun kembali menodongkan senjatanya kepada Dricho. Situasinya mencengkam sekarang, Davidson dan Ivander dikelilingi oleh anak buah klan Grabhy dengan senjata yang menuju kepada mereka. "David! Kau berani berkhianat? Nyawa kekasihmu da
Setelah beberapa saat, Ivander dan Davidson itu sampai di tempat kumuh dan gubuk kecil. Mereka berdua menuruni mobil bersama. Ivander selalu tampil elegan dengan jas hitam yang masih melekat di tubuhnya. Walaupun tadi dia sudah membantai pemimpin klan Grabhy yaitu Dricho. Pakaiannya masih terlihat bersih dan rapi. Davidson dan Ivander pun berjalan menuju anak buah mereka yang diperintahkan untuk menjaga Lysia. Jake – anak buah Ivander, terlihat gemetar. Dia cemas dengan wajah pucatnya ketika melihat Ivander yang berjalan menghampiri. Pasalnya Lysia tawanan Ivander itu sudah hilang entah kemana dan mereka tidak tahu itu. Sebentar lagi pasti dia sedang dalam bahaya karena tidak bisa menjaga Lysia dengan baik."Tuan, anu … anu …," Jake bingung harus mengungkapkan kebenaran tentang Lysia yang hilang. Dia bingung serta takut, tadi saat dia membuka mata tiba-tiba Lysia tidak ada dan hal itu membuat dia takut setengah mati. Mereka tahu bagaimana seorang Ivander bertindak dengan ganasnya j
Ivander langsung saja segera membereskan pekerjaannya saat ini. Dia segera menutup Laptop dan memakai jas yang tersimpan di kursi kebesarannya. Dia berdiri tegak sambil melihat arloji di tangan.Tiba-tiba saja Davidson muncul. "Tuan, rupanya Bu Kylie ingin Anda menemuinya," terang David. Padahal Ivander berencana untuk melihat bagaimana keadaan Lysia dan melakukan sesuatu kepadanya. Namun, mamanya malah ingin menemui dia. Apa yang ingin mamanya sampaikan sebenarnya? "Baiklah, aku akan menemuinya." Ivander menjawab dengan dingin. Lalu, dia merogoh saku untuk mengambil ponsel, rupanya ponselnya mati. Pantas saja mamanya tidak menghubungi dia, dan malah menghubungi David.***Lysia bercermin, dia mengenakan dress santai berwarna merah. Mengekspos bagian lengan dan betisnya. Sambil menyisir dia memperhatikan bayangan garis berwarna merah di setiap lengannya. "Tidak aku sangka akan bertemu orang semacam iblis. Dia bahkan tega menyiksa seorang wanita seperti aku!" gerutu Lysia. Bi Surti
"Mengapa kau datang kemari?" tanya Lysia geram. Sama sekali tidak tau kalau tempat ini adalah milik Ivander Brxian Dxel. Ivander tiba-tiba saja berlutut dan menatap wajah Lysia yang mengenakan make-up polos.Sungguh ini mengejutkan seorang Felysia Kirania, dia tidak menyangka bahwa seorang mafia seperti Ivander akan bersimpuh seperti ini. Ivander sungguh merasa muak dengan apa yang telah Davidson katakan. Ivander melakukan ini atas tips dari David agar Lysia mau menikah dengannya. Ini adalah trik yang pertama. "Apa yang kau lakukan?" tanya Lysia dengan mata yang membola. Ivander menekan giginya kuat-kuat dan berusaha untuk tersenyum. Padahal dia tidak pernah melakukan ini terhadap wanita, karena baginya wanita itu hanya budak pemuas nafsu saja. "Kau harus mau menikah denganku," jawab Ivander dingin. Senyap …. Lysia tidak menyangka kalau Ivander akan melamarnya dengan baik. Namun, ucapannya terlihat dipaksakan. "Kau sedang bersandiwara," sahut Lysia berusaha untuk mundur. Dia ta
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s