"Jangan lakukan ini aku mohon," Isak Lysia. Ini adalah satu-satunya harta yang paling berharga, tidak bisa jika dia harus menyerahkannya kepada pria yang dia benci. Lysia punya pendirian tangguh yaitu, tidak akan menyerahkan mahkota berharga selain kepada suaminya sendiri. Ivander tidak menghiraukan dan langsung saja membuka kancing kemejanya satu persatu. Lysia langsung mendorong tubuh Ivander, membuat Ivander terkejut dan langsung mencekal kuat kakinya Lysia "Bisakah kau tenang? Kau akan tahu betapa nikmatnya surga dunia," jawab Ivander dengan seringai menakutkan. Lysia memejamkan mata, sungguh hal ini membuatnya merinding ketakutan. Tenaganya yang lemah tidak mungkin bisa untuk melawan hasr*t pria yang sudah meletup-letup. Bagaimana sekarang? Apakah semuanya akan berakhir? Ivander mencekal erat kedua tangan Lysia sambil men!ndh tubuh itu. Tidak peduli dengan teriakan Lysia yang terus menolak. Keringat bercampur dengan hasr*t yang sudah membuncah. Ivander sungguh akan melakuka
Pagi ini Axel dengan sang istri sudah begitu rapi dengan koper yang siap di bawa. Sedangkan Ivander mencoba untuk menahan kepergiannya."Ma, Pa, kalian beneran akan pergi? Bukannya papa baru datang kemarin? Setidaknya, tinggalan sebentar lagi," ucap Ivander. Kylie menghela nafas, apa boleh buat? Dia tidak bisa menentang keputusan suaminya yang akan kembali pergi ke luar negeri untuk mengerjakan beberapa tugas. Walaupun sebenarnya dia masih ingin bersama dengan sang putra. Namun, itu rupanya tidak bisa terjadi."Ya, karena ini mendesak. Jadi, kami akan pergi. Lagipula mama tidak bisa terus jauh dari papa kamu. Sehingga mama akan ikut dia," jawab Kylie tersenyum lembut. Wanita paruh baya itu masih terlihat begitu cantik, mengenakan pakaian elegan nan mahal. Dia mengelus lengan sang suami yang berada di sampingnya.Axel pun menoleh ke arah sang anak yang terlihat gagah mengenakan setelan jas berwarna navy, berdiri tegap sambil menatap sendu ke arahnya. "Kelompok klan Hvner, menginginka
Ivander menyeringai, dia menatap wajah polos Lysia dan akhirnya pikirannya langsung berkelana. Melihat wajahnya yang cantik, lengkungan alis yang sempurna dan bibir tipis itu membuat hasratnya sebagai seorang pria langsung saja berkelana. Bahkan saat ini bahu dan dada Lysia masih terekspos dan membuat aliran darahnya berdesir hebat. Sekarang, wanita di hadapannya ini tidak bisa untuk mengelak lagi, dia harus menerima tawaran itu mau tidak mau. Lysia pun mengelap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Mendongak dan akhirnya memutuskan untuk. "Aku akan menikah denganmu," terang Lysia dan berhasil membuat Ivander merasa angkuh. "Cih, rupanya kau sekarang ingin menikah denganku. Bukannya kau yang selalu menolaknya selama ini? Bahkan sampai rela menjadi–" terang Ivan"Sudah cukup hentikan!" Lysia kembali menumpahkan air matanya, demi apa dia sampai rela menikah dengan Ivander. Dengan semua pertimbangan dan pemikiran yang ada di dalam otaknya. Akhirnya inilah keputusan terakhir Lysia.
Ivan tersenyum lembut, "Cecilia, untuk apa kamu mengatakan itu? Ini hidupku? Kamu itu hanya pemuas hasratku saja," tekan Ivander. Cecilia mengerucutkan bibirnya, "Ya, tapi setelah kau menikah maka kau akan lupa padaku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Cecilia. Cecilia adalah wanita yang sangat mendambakan cinta Ivander, dia sangat menginginkan Ivander agar bisa berada dalam genggamannya. Sayangnya setelah dia memberikan apa yang Ivander mau, masih belum bisa membuat pria tangguh itu dimiliki olehnya. Bahkan walaupun sering bergumul panas, rupanya Ivander masih tidak bisa untuk menerima dia. Sekarang pria itu malah memutuskan untuk menikah dengan wanita yang entah siapa. Sungguh Cecilia kecewa, tapi tidak bisa berbuat banyak. Karena memang dia tahu sendiri bahwa Ivander tidak bisa di tentang."Aku suka kepadamu karena kau tidak banyak menuntut. Namun, ada apa ini? Bukankah dari awal kita tidak mempunyai hubungan istimewa? Hubungan kita itu hanya sebatas teman yang saling meng
Lysia melirik wajah Ivander. Tidak sengaja dia pun akhirnya bersitatap dengan mata hazel milik pria tangguh di depannya ini. Pesona Ivander memanglah tidak main-main. Dia terlihat mempesona dengan rahang tegas dan hidung mancungnya. Tatapan yang membius, bahkan bisa membuat Lysia betah menatap wajah pria yang dibencinya. Lysia pun tersadar dan langsung saja memunggungi Ivander. Tidak berniat untuk menjawab, bahkan hendak pergi dari kamarnya kini. Namun, secara mendadak Ivander langsung saja meraih tangannya dan mencekalnya dengan erat."Kau berani menghindar?" kesal Ivander, posisi mereka kini saling menatap dengan tatapan yang sama-sama tajam. "Kau tidak perlu memintaku bersikap baik. Aku pasti akan menghormati orang yang lebih tua dariku." Ivander pun mendorong pelan tubuh Lysia hingga Lysia mundur beberapa langkah. "Baiklah … besok adalah hari pernikahan kita! Jadi, persiapkan dirimu." Setelah mengatakan itu, Ivander pun langsung saja pergi meninggalkan Lysia. Lysia menghela
Ivander menanyakan tentang perasaan Lysia? Mimpi apa Lysia sampai-sampai pria kejam ini perhatian padanya? Ataukah dia yang salah dengar? "Maksudnya?" tanya Lysia, tidak mengerti.Ivander berdecak, tatapannya lurus ke depan. Namun, dia sesekali mencuri pandang ke samping dan melirik Lysia yang terlihat kesal. "Apakah kau marah?" tanya Ivander dengan nada serius yang mengintimidasi. Lysia menggerutu dalam hati, 'masih bertanya aku marah? Aku marah untuk semua yang kau lakukan.'"Katakanlah, jangan mengutukku dalam hatimu," sahut Ivander tersenyum kecut. Lysia tersentak, lalu dia kembali membuang muka ke arah samping. "Untuk apa aku marah. Ini–"Cekittt …. Tiba-tiba saja mobil Ivander mengerem mendadak dan membuat Lysia terjedot depan mobil. "Ist, ada apa ini?" tanya Lysia tidak mengerti. "Tidak ada," jawab Ivander. Kondisi kembali hening, lalu Ivander pun kembali melajukan mobilnya. Setelah beberapa saat akhirnya mereka berdua sampai di pemakaman. Lysia pun langsung saja menu
Waktu sudah berjalan. Semalaman Lysia bahkan sulit untuk tidur gara-gara kepikiran dengan pernikahan dia. Kring … kring …. Alarm berdering membuyarkan lamunan Lysia yang sedang bengong di atas ranjang. "Hufth … siapa yang pasang alarm?" gumam Lysia melihat jam weker di atas nakas. Lysia pun langsung meraihnya dan mematikannya. Lysia berpikir, mungkin Ivander yang tidak ingin dia bangun terlambat karena akan siap-siap. "Pria itu sampai seantusias ini?" gerutu Lysia, kembali menyimpan jam weker itu di tempatnya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, Lysia pun langsung saja melangkah ke arah kamar mandi. "Oh Tuhan … lingkar mataku hitam," gumam Lysia saat tidak sengaja melewati cermin. Bukan karena ingin terlihat cantik hari ini, sehingga Lysia panik dengan lingkar matanya. Namun, Lysia ingat apa yang dikatakan Ivander semalam, "kalau kau sampai tidak tidur dan membuat matamu bengkak. Berarti kau sangat antusias dengan pernikahan ini."Lysia langsung membasuh wajahnya, dia tida
Cecilia menatap Lysia dengan hina, merasa dirinya yang paling layak untuk Ivander. Dia pun enggan melepaskan tangannya yang sedang mencekal erat tangan Ivander. "Honey, aku ada hadiah pernikahan untukmu," jelas Cecilia dengan genit. Dia menyodorkan sebuah hadiah kecil yang sudah disimpan di dalam tas sebelumnya.Ivander tersenyum, "terima kasih, Cecilia."Lysia menatap hadiah itu, dia tidak peduli dan hanya bisa berdiam diri. Pernikahan ini akan indah jika Lysia menikahi pria yang dia suka. Sayangnya itu semua tidak terjadi dan yang paling Lysia cemaskan adalah saat malam pengantin. Ivander langsung saja turun dari pelaminan bersama dengan Cecilia. Dia meninggalkan Lysia sendiri di kursi pengantin. Ivander menemui orang tuanya yang sedang menikmati acara dan berbicara dengan tamu penting. "Selamat Tuan Ivander Dxel," ucap salah satu tamu yang juga berpengaruh di kota Larkspur. Ivander tersenyum dan menjabat tangan Pak Gustoni Chord.Tatapan Kylie tidak suka, dia melihat Cecilia
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s