Lysia ingin sekali rasanya berlari pergi untuk menghentikan aksi yang menyeramkan yang dilakukan oleh Ivander. Namun, nyalinya sudah lenyap.
Lysia tidak bisa melakukan apapun dan menyaksikan penyiksaan yang terus dilakukan oleh Ivander membuat dia lemah dan ketakutan.Sedangkan Ivander, dia terus saja memukul, merobek dan mencabik tubuh pria yang ada di hadapannya itu, lalu menjambak dan mematahkan lehernya di hadapan Lysia.Ivander meraih sebuah pedang samurai yang sudah disediakan oleh anak buahnya. Saat ini sudah berada di tahap penghabisan. Ivander akan mengakhiri nyawa orang yang sudah mengkhianati dia."Aku peringatkan ini, Lysia. Jangan pernah mencoba untuk lari dariku agar kau tidak bernasib sama seperti dia." ancam Ivander.Mata Lysia membola, dia terus saja menelan salivanya dengan susah payah. Melihat Ivander yang memegang senjata pedang samurai itu membuat Lysia tahu apa yang akan dilakukan oleh Ivander.Lysia mulai melangkah mundur, perlahan tapi pasti, dia tidak ingin melihat hal yang lebih mengerikan lagi dari yang tadi.Lysia pun langsung membalikan badan dan langsung berlari dari tempatnya kini. Dia tidak ingin melihat pedang samurai yang dipegang oleh Ivander dilayangkan kepada leher orang itu.Lysia menangkup telinga sambil berlari dan menangis, terus saja terputar akan jeritan dan tangisan pria yang disiksa oleh Ivander dan hal itu membuat Lysia menderita. Lysia begitu syok karena baru mengetahui kalau Ivander orang yang sudah membelinya itu adalah seorang Mafia kejam berhati batu."Arhm."Gedabrugh ….Lysia tidak sengaja tersandung dan akhirnya terjatuh. Saat ini dia sedang berada di luar dan merasa tidak berdaya. Selama hidupnya Lysia tidak pernah melihat kekerasan sama sekali. Akan tetapi, semenjak kedua orang tuanya tiada meninggalkan dia, sekarang mulai muncul cobaan-cobaan besar yang datang menghampiri hidup Lysia.Lysia pun mulai duduk di atas rumput hijau dan merengkuh lututnya sendiri, "papa begitu kejam. Kenapa papa menjual putrinya sendiri kepada pria mafia? Dia sangat menyeramkan dan terlihat seperti monster."Lysia terus menangis dan meratapi dirinya. Bahkan rasanya dia tidak sanggup lagi untuk berkata-kata dengan apa yang telah terjadi.Sepuluh menit dia menangis ….Ivander datang sambil membenarkan pakaiannya. Dia membenarkan kerah kemeja dan memposisikan diri di samping Lysia.Lysia yang menyadari keberadaan pria itu rasanya ingin lari dan muntah melihat wajahnya. Namun, dia merasa tidak berdaya dan jadi takut untuk bertindak."Ayo kita pergi," ajak Ivander dengan dinginnya. Dia sama sekali tidak memperdulikan bagaimana perasaan Lysia saat ini.Satu ….Dua ….Tidak ada jawaban, akhirnya membuat Ivander melihat ke arah Lysia yang rupanya sudah tergeletak di sampingnya."Baru menyaksikan itu rupanya kau sudah pingsan," gumam Ivander.***Ivander menatap wajah Lysia yang sedang berbaring di atas ranjang. Rupanya gadis ini sampai pingsan satu hari gara-gara kejadian kemarin."Rupanya mentalnya begitu lemah."Ivander menggelengkan kepalanya, sambil terus menatap lekat wajah Lysia yang mungil itu.Bulu mata Lysia terlihat begitu lentik, hidungnya yang mancung dan bibir tipis itu membuat Ivander bergairah."Papa …," gumam Lysia menangis dan meraung memanggil kata papa.Ivander yang baru saja akan terduduk, langsung kembali mengecek kondisi Lysia. Namun, rupanya Lysia masih belum sadar dan kemungkinan sedang mengigau."Papa kejam menjual putrimu sendiri kepada seorang mafia …. Lysia takut Pa …," jerit Lysia di alam bawah sadarnya dan bisa didengar oleh Ivander.Ivander pun kembali menyelimuti tubuh Lysia, entah mengapa ada perasaan bersalah juga karena telah mempertontonkan kekejamannya.Ivander menatap ke arah kursi dan duduk di sana. Membaca koran sambil menunggu kesadaran Lysia.Setelah beberapa jam berlalu …."Lysia, akhirnya kau bangun juga," ucap Ivander yang melihat Lysia mencoba untuk duduk."Minum, nih!" suruh Ivander menyodorkan sebuah gelas yang berisikan air susu."Kau belum sarapan, jadi makan ini." Ivander juga menyodorkan sebuah roti dengan selai coklat.Lysia terdiam seribu bahasa, dia tidak berani untuk melihat wajah Ivander."Ayo habiskan cepat makananmu, setelah ini kita akan pergi ke suatu tempat."Lysia mengunyah makanan yang rasanya tidak enak itu. Mendengar ucapan dari Ivander semakin membuat selera makannya lenyap. Sungguh dia takut kalau Ivander akan melakukan hal yang mengerikan seperti kemarin.Lysia sudah rapi mengenakan pakaian yang sudah disiapkan untuknya.Ivander langsung meraih tangan Lysia yang saat ini berada disampingnya."Mau kemana kita?" tanya Lysia.Sekuat tenaga akhirnya Lysia menghancurkan rasa takutnya. Kalau dia terlihat lemah maka dia yakin akan dimanfaatkan oleh pria itu. Jadi, dia pun bersikeras untuk selalu berani kepada seorang mafia dingin ini.Ivander menatap wajah Lysia, rupanya wanita ini mempunyai sikap yang keras."Ikut saja!" jawab Ivander dan langsung melangkah ke arah lift.Lysia langsung melangkah mengikuti Ivander, lalu pada saat Ivander hendak memasuki sebuah lift. Lysia langsung menarik tangannya, sehingga sampai tidak tertahan dan mereka berdua malah terjatuh. Mengakibatkan tubuh Lysia tertindih tubuh Ivander.Lysia langsung mendorong tubuh Ivander dengan keras."Ish, kau yang menarikku, tapi kau yang mendorongku," kesal Ivander.Lysia memutar bola matanya malas, jujur dia jijik sekali telah bersentuhan dengan tubuh pria itu."Saya tidak akan pernah mau menikah denganmu. Apalagi saya sudah menyaksikan sendiri betapa kejamnya dirimu." tangguh Lysia melipat tangan di dada."O'ow bukannya takut terhadapku kau malah tetap bersikap keras. Hebat … hebat …," ucap Ivander sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya."Aku tidak takut kalau kau membunuhku. Bunuh saja aku daripada aku harus menikah denganmu," ujar Lysia."Kalau aku membunuhmu maka aku akan mengalami kerugian yang teramat besar," sahut Ivander sambil memikirkan sesuatu.Lysia menatap tajam mata Ivander yang sedang berpikir."Kalau begitu lepaskan aku. Maka aku akan berusaha untuk membayar hutang papaku. Dengan aset dan apa yang keluarga Willsom punya. Pasti aku bisa melunasi hutang papa, dan sisanya aku akan menyicil."Ivander semakin tertawa keras dan terbahak-bahak. Hal itu membuat Lysia merasa keheranan dan kesal."Percaya diri sekali, kau. Aset yang dimiliki oleh keluarga Willsom sudah habis dipakai taruhan olehnya. Kalau kau tidak percaya, bisa kau cek sendiri. Hubungi pengacamu cepat!" suruh Ivander.Lysia terkesiap mendengar itu, masa iya aset yang dimiliki keluarganya habis?Ivander pun langsung menyerahkan ponsel miliknya untuk menghubungi pengacara keluarga Willsom.Lysia menelan salivanya yang begitu seret. Sudah tidak ada harapan lagi setelah menghubungi pihak pengacara keluarga Willsom tentang aset yang dimiliki. Rupanya ucapan dari Ivander ini semua benar, kalau aset yang ada itu sudah habis alias lenyap. Teka-teki ini banyak sekali, apa yang sudah ayahnya perbuat selama ini? Kenapa bisa semua kekayaan bisa lenyap begitu saja?***Suara dengungan musik terdengar, Lysia memasuki sebuah tempat yang isinya begitu banyak sekali wanita berpakaian minim.Lysia melihat ke sekelilingnya dan sungguh dia kebingungan sekali karena Ivander membawanya ke tempat yang belum pernah dia injak ini.Pada saat berjalan memasuki tempat ini, Lysia melihat ada seorang wanita yang sedang berciuman tanpa ada rasa malu di dekat pillar."Ya ampun, kenapa dia membawaku ke tempat seperti ini?" gumam Lysia sambil membuang tatapannya. Karena risih melihat orang lain yang sedang berciuman.Ivander dan Lysia pun terus melangkah dan langsung menduduki kursi yang ada di dalam tempat ini."Untuk apa kamu membawa kukemari?" tanya Lysia menatap Ivander.Semenjak datang ke tempat ini, banyak sekali wanita yang merengkuh memberi hormat kepada Ivander. Sedangkan Ivander sendiri hanya menanggapinya dengan santai dengan hisapan nikotin yang terselip di bibirnya."Tentu saja agar kau bisa melunasi hutang kau padaku," jawab Ivander dengan santai dan membuang kepulan asap di dalam bibirnya."Bagaimana caranya?" tanya Lysia, "yang penting aku tidak menikah denganmu." Lysia tidak sabar ingin pergi dari Ivander.Lysia begitu geli melihat banyaknya wanita yang melayani Ivander. Mulai dari menuangkan wine ke dalam gelas yang Ivander pegang dan memijat pundak pria itu."Rasanya muak sekali berada di tempat ini. Tolong katakan bagaimana caraku membayar hutang itu? Asalkan aku tidak menikah denganmu," ucap Lysia."Ya, ya, ya, ucapan itu tidak perlu terus menerus kau ulangi. Yang jelas saat ini aku sudah mempunyai cara agar kau yang keras ini bisa membayar hutang itu," terang Ivander dengan sebuah wine yang ada di tangannya.Lysia begitu penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Ivander dan berharap kalau memang benar ada cara lain untuk melunasi hutang itu selain menikah dengannya."Ayo katakanlah! Jangan membuatku menunggu.""Dengarkan ini baik-baik. Aku memberimu dua pilihan terakhir untuk itu. Yang pertama, singkirkan egomu dan menikah denganku. Atau kau harus menjual dirimu di rumah bordil milikku ini."Mata Lysia yang lentik itu membola, dia tercengang mendengar apa yang telah diucapkan oleh pria dihadapannya ini. Tentu saja, ini adalah pilihan yang teramat sulit untuk seorang gadis yang bernama Lysia. "What?" Lysia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sedangkan Ivander, malah terlihat santai sambil bermain dengan para wanita yang ada di sampingnya. "Itu adalah kedua pilihan yang bisa kau ambil! Menjadi istriku atau menjadi jal*ng?" Ivander kembali mengucapkan kedua pilihan itu sambil menyeringai. Lysia dengan susah payah menelan salivanya, dia tertegun dengan berbagai pikiran yang membuat otaknya sakit. "Tidak adakah cara lain–""Cukup! Jangan banyak bicara lagi! Lebih baik kau pilih salah satu diantara itu," bentak Ivander sambil menggebrak meja.Lysia menjadi begitu gugup, tubuhnya bergetar dan berusaha untuk dia tahan. Andai bisa, rasanya saat ini dia ingin menjerit dan menangis dengan apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa dia menjadi jalang? Bagaimana mungkin dia men
Lysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini. Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum. 'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta. "Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain. Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatap
"Aku akan keluar menemani pelanganku. Dia sudah membayar mahal agar bisa aku temani. Jadi, tolong jangan menghalangi," terang Lysia dengan tangan yang menggandeng lengan Pak Kusumo. Pak Kusumo pun tersenyum dan mencolek dagu Lysia, "ya, kami akan pergi bersenang-senang diluar. Kenapa kalian menghalangi kami? Kalian tahu sendiri bahwa saya sering kemari dan membawa setiap wanita keluar masuk dari sini kan?" "Ya saya tahu kalau Anda pelanggan setia disini. Akan tetapi, masalahnya Nona Lysia tidak bisa keluar dari sini sama sekali," tahan penjaga itu. "Apakah saya harus membayar lagi? Padahal saya sudah membayar double agar bisa mengajaknya keluar," tanya Pak Kusumo kepada para penjaga yang masih menghalangi jalannya dan Lysia.Sedangkan Lysia, ia sedang merasa geram. Rupanya Ivander benar-benar sangat menjaganya dengan ketat, sampai -sampai dia tidak bisa menemani pelanggan untuk keluar. Padahal Ini adalah salah satu kesempatan emas agar bisa keluar dari sini, dengan menggunakan Pak
Pak Kusumo merasa kesal karena sudah lama menunggu di dalam toko perhiasan. Namun, Lysia belum kunjung datang menemuinya. "Kemana gadis itu? Kenapa sampai sekarang belum juga muncul?" geram Pak Kusumo. Padahal dia sudah menyiapkan beberapa pilihan perhiasan saset yang akan ditujukan kepada Lysia. Sayangnya sudah setengah jam menunggu Lysia masih belum juga menunjukan batang hidungnya."Pak, jadinya mau yang mana? Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami," terang penjaga toko dengan ramah. "Sebentar, saya sedang menunggu seseorang," balas Pak Kusumo dengan datar. Sebenarnya penjaga toko sudah merasa kelelahan dan sebentar lagi, toko akan ditutup karena sudah mulai larut malam. Namun, Pak Kusumo masih saja terus memilah dan memilih perhiasan yang dikatakan akan dibeli. Namun, belum kunjung juga dibeli dan terus mengatakan sedang menunggu seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, penjaga toko pun tidak punya pilihan lain selain mempercepat transaksi agar bisa segera menu
Ivander tersenyum puas melihat ketegangan di dalam wajah Lysia. "Apakah kau menyerah, Felysia Kirania?" tanya Ivander tersenyum smrik. Lysia, memang dia merasa cemas karena tidak mau melayani Pak Kusumo. Lysia pun langsung mencoba untuk menampar Ivander, tapi secepat kilat Ivander menyambar tangannya. Sehingga Lysia tidak bisa menggapai wajah Ivander. "Apa yang kau lakukan?" tanya Ivander kesal. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" gerutu Lysia. "Semua karena hutang ayahmu!" gertak Ivander, "jangan pernah berbuat macam-macam! Ingat itu!" tekan Ivander.***"Kamu baru pulang Ivan?" tanya Kylie maminya Ivander. Ivander pun melangkah dengan wajah kusutnya langsung menghampiri sang mama yang terlihat sedang menunggunya di ruang makan. "Mah, seperti biasa Ivan selalu sibuk," jawab Ivander lembut, menyembunyikan perasaan lelahnya."Kau selalu menghabiskan waktumu dengan bekerja. Kapan kau akan memberikan cucu untuk mama?" tanya Kylie. Ivander terdiam sejenak dengan beban pikiran yang r
"Aku tahu kalau kau memancingku untuk datang karena ingin menghabisi ku dengan mengatakan bahwa kau sudah berhasil menghabisi anak buah musuh!" Ivander menatap ke arah Davidson yang ada di belakangnya. Lalu, dia langsung bergerak cepat untuk menodongkan senjata api itu di kepala Davidson. "Memangnya aku tidak tahu kalau kau juga berkhianat?" tekan Ivander dengan rahang yang menegas dan tatapan membunuh. Pemimpin klan mafia Grabhy tercengang, mereka tidak menyangka kalau Davidson akan tertangkap. "Kenapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Dricho pemimpin klan Grabhy dengan Senjata yang juga ditodongkan ke arah Ivander dengan jarak tiga meter. "Dia memang sudah sangat aku percayai. Namun, dia tidak bisa berkhianat dalam waktu yang lama. Karena …." Ivander pun kembali menodongkan senjatanya kepada Dricho. Situasinya mencengkam sekarang, Davidson dan Ivander dikelilingi oleh anak buah klan Grabhy dengan senjata yang menuju kepada mereka. "David! Kau berani berkhianat? Nyawa kekasihmu da
Setelah beberapa saat, Ivander dan Davidson itu sampai di tempat kumuh dan gubuk kecil. Mereka berdua menuruni mobil bersama. Ivander selalu tampil elegan dengan jas hitam yang masih melekat di tubuhnya. Walaupun tadi dia sudah membantai pemimpin klan Grabhy yaitu Dricho. Pakaiannya masih terlihat bersih dan rapi. Davidson dan Ivander pun berjalan menuju anak buah mereka yang diperintahkan untuk menjaga Lysia. Jake – anak buah Ivander, terlihat gemetar. Dia cemas dengan wajah pucatnya ketika melihat Ivander yang berjalan menghampiri. Pasalnya Lysia tawanan Ivander itu sudah hilang entah kemana dan mereka tidak tahu itu. Sebentar lagi pasti dia sedang dalam bahaya karena tidak bisa menjaga Lysia dengan baik."Tuan, anu … anu …," Jake bingung harus mengungkapkan kebenaran tentang Lysia yang hilang. Dia bingung serta takut, tadi saat dia membuka mata tiba-tiba Lysia tidak ada dan hal itu membuat dia takut setengah mati. Mereka tahu bagaimana seorang Ivander bertindak dengan ganasnya j
Ivander langsung saja segera membereskan pekerjaannya saat ini. Dia segera menutup Laptop dan memakai jas yang tersimpan di kursi kebesarannya. Dia berdiri tegak sambil melihat arloji di tangan.Tiba-tiba saja Davidson muncul. "Tuan, rupanya Bu Kylie ingin Anda menemuinya," terang David. Padahal Ivander berencana untuk melihat bagaimana keadaan Lysia dan melakukan sesuatu kepadanya. Namun, mamanya malah ingin menemui dia. Apa yang ingin mamanya sampaikan sebenarnya? "Baiklah, aku akan menemuinya." Ivander menjawab dengan dingin. Lalu, dia merogoh saku untuk mengambil ponsel, rupanya ponselnya mati. Pantas saja mamanya tidak menghubungi dia, dan malah menghubungi David.***Lysia bercermin, dia mengenakan dress santai berwarna merah. Mengekspos bagian lengan dan betisnya. Sambil menyisir dia memperhatikan bayangan garis berwarna merah di setiap lengannya. "Tidak aku sangka akan bertemu orang semacam iblis. Dia bahkan tega menyiksa seorang wanita seperti aku!" gerutu Lysia. Bi Surti
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s