"Menikah apanya? Kenal juga tidak," balas Lysia mendelik kesal, "Siapa anda yang seenaknya mengatakan hal itu?" bentak Lysia kepada Ivander.
Ivander mulai kesal dengan sikap gadis yang jual mahal ini. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari perempuan yang ditemuinya.Ivander pun yang kesal langsung kembali ke arah kursi dan terduduk disana dan menumpangkan kaki sambil menyalakan batang nikotin yang ada di sebelahnya.Ivander menatap tubuh Lysia yang masih berdiri ditempat. Mengurut rahang saat melihat lekukan tubuh Lysia dengan tatapan misterius. Sehingga membuat Lysia merasa risih dan tidak nyaman, dan dengan refleks Lysia pun langsung mencoba menutupi lekuk tubuhnya dengan map yang ada di atas meja.Ivander tersenyum smrik, "Kedua orang tuamu sudah menjualmu untukku, jadi persiapkan diri untuk menjadi istriku!"Lysia terkesiap. Bagai tersambar petir di siang bolong membuat Lysia membeku untuk sesaat."Tidak!" Bantah Lysia, "anda tolong ya jangan macam-macam! Jangan asal kalau bicara," balas Lysia tidak bisa percaya.Dengan kaku Lysia pun kembali menyimpan map ke atas meja setelah melihat mata Ivander yang tidak melihatnya."Kami itu keluarga yang berkecukupan, tidak pernah saya mendengar tentang kekurangan di keluarga Willsom, jadi jangan membual," terang Lysia. "Keluarga Willsom itu adalah keluarga terpandang di Kota Larkspur, mana ada acara hutang menghutang."Lysia terus saja menekan dan membantah bahwa keluarganya mempunyai hutang kepada pria ini. Yang Lysia sendiripun tidak tahu siapa dia."Kamu mungkin hanya mengambil kesempatan saja akan kepergian mama dan papaku, ya kan?" sangka Lysia.Prak ….Ivander langsung saja membanting satu gelas bir yang ada di genggaman tangannya."Sial … rupanya putri yang mereka jual ini begitu tangguh. Sampai-sampai kita harus menggosokkan bukti itu ke wajahnya kalau begini!" Ivander pun kesal dan berniat untuk menunjukan bukti tentang hutang dan sertifikat tentang perjanjiannya dengan keluarga Willsom itu.Ivander mengacungkan satu tangan, menunjuk kepada seorang kaki tangannya untuk segera menyiapkan apa yang dia minta."Tolong jangan macam-macam, ya! Saya bisa menghancurkan kamu," ancaman Lysia.Lysia tidak tahu lagi harus bagaimana, sehingga dia pun malah langsung mengancam pria itu. Dia yakin bahwa pria itu tahu bagaimana terpandangnya keluarga Willsom."Cih, kau yang membual rupanya. Keluarga Willsom memang terpandang, tapi dia bukan keluarga yang paling terpandang. Tingkatnya masih rendah dibanding dengan keluarga Brxian."Brxian– keluarga terpandang nomor satu di kota Larkspur.Lysia terdiam, mana mungkin pria ini juga termasuk kedalam keluarga Brxian? Tapi kalau melihat dari sikap dan keadaanya. Itu mungkin saja karena dia terlihat begitu garang dan sangar."Cih, akhirnya kau berhenti berceloteh. Pasti kau tahu bagaimana berpengaruhnya keluarga Brxian ini, bukan?"Lysia meremas roknya sendiri, sungguh dia mulai gugup mendengar nama keluarga Brxian. Namun, dia masih yakin bahwa keluarganya tidak mungkin memiliki hutang kepada pria yang ada di hadapannya ini. Sebelum Lysia melihat sendiri bukti tentang hutang dan kesepakatan apa itu, maka dia tidak akan bisa percaya.Setelah beberapa saat, seseorang membawa map penting dan memberikannya kepada Ivander.Srpk ….Ivander yang sudah menggenggam bukti lembaran yang ada beberapa itu langsung melemparkannya kepada wajah Lysia."Bacalah dengan seksama isi dari kertas itu. Disana sudah dinyatakan bahwa dirimu itu … telah menjadi milikku seutuhnya. Pak Broto papamu itu telah tega menjual putrinya sendiri demi kepentingan dia," tekan Ivander.Lysia meraih kertas yang berserakan di dekatnya. Keringatnya mulai membasahi tubuh, tangan Lysia pun gemetar saat membaca surat-surat itu."Disana sudah tertera sebuah tanda tangan Pak Broto, juga sudah cap resmi bahwa Pak Broto menyerahkan putrinya jika dia tidak bisa melunasi hutangnya padaku."Ivander menatap puas kepada gadis yang dari tadi sok tangguh itu. Rasanya sangat memuaskan ketika melihat Lysia diam dan terlihat gemetaran.Lysia terus saja membuka lembaran demi lembaran yang ada di genggaman tangannya saat ini."Demi membentuk keluarga Willsom yang terpandang itu, dia rela untuk menjual harga diri putrinya sendiri." Ivander tertawa lepas dan begitu puas melihat wajah Lysia yang pucat pasi."Tidak! Itu tidak mungkin!" teriak Lysia masih tidak yakin kalau keluarga dia melakukan semua ini kepada dia."Persiapkan dirimu karena sekarang dirimu sudah menjadi wanitaku," ucap Ivander. Lalu, langsung pergi meninggalkan ruangan.Sedangkan Lysia masih terpaku di tempat dan mencoba untuk bolak-balik membaca isi dari kertas yang ada di genggaman tangannya."Mana mungkin papa rela mempertaruhkan diriku? Menjual putri satu-satunya di keluarga Willsom?" lirih Lysia.Disana tertulis jika hutang yang bernilai sepuluh juta dolar itu tidak terbayar, maka Felysia Kirania akan menjadi milik Ivander Brxian Dxel.'Aset yang papa punya … ya, pasti ada aset yang tersisa. Aku harus membayar hutang papa itu dan mencicil sisanya,' dalam batin Lysia bertekad untuk membayar hutang yang ditinggalkan oleh papanya. Sehingga ada kemungkinan bahwa dia bisa bebaskan dari pria yang terlihat sangar itu.Lysia pun langsung beranjak dan berdiri. Namun, semua anak buah Ivander langsung menahan kedua tangannya."Apa-apaan ini? Lepaskan!" ucap Lysia berontak dengan kertas yang ada digenggaman."Anda mau kemana? Sekarang anda harus kami tahan." tahan anak buah Ivander."Sialan, lepaskan. Saya akan membayar semua hutang itu kepada bos kalian. Jadi, lepaskan saya!" teriak Lysia.Semua anak buah Ivander tidak mau untuk melepaskan Lysia karena mereka ditugaskan untuk menjaga gadis ini."Tidak bisa!"Akhirnya Lysia tidak bisa berbuat apapun dan tidak bisa melawan para pria bertubuh kekar ini. Dia pun langsung dibawa juga diseret ke sebuah kamar dan dikurung disana.Tubuh Lysia langsung di dorong dari ambang pintu, dan langsung dikunci dari luar oleh para penjaga.Lysia mencoba untuk menggedor pintu yang sudah dikunci."Buka pintunya! Kalau seperti ini bagaimana saya bisa melunasi hutang-hutang itu?" teriak Lysia.Usaha Lysia untuk bisa keluar dengan teriakan itu sia-sia, tidak ada yang mau mendengar teriakannya dan membukakan pintu.Perlahan tubuh Lysia pun langsung turun ke bawah lantai. Tubuhnya ambruk dan mulai menumpahkan air matanya kembali."Mana mungkin papa melakukan ini?"Lysia masih tidak bisa menyangka dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Lysia terus saja menangisi apa yang sudah ayahnya tega lakukan."Rasanya begitu tega papa kepada Lysia … papa tega menjual putrinya sendiri," Isak Lysia."Apakah alasan Papa yang sebenarnya? Perasaan keuangan di keluarga Willsom itu stabil. Mungkinkah papa memang sudah bangkrut dan menyembunyikan itu?""Arghhh … apa yang sudah terjadi Tuhan?" Lysia memukul lantai sambil meneteskan air mata, "Kepada siapa lagi aku harus menanyakan semua ini? Kenapa bisa begini? Apa alasan papa sampai-sampai menjual putrinya sendiri?"Lysia pun memeluk tubuhnya sendiri, sungguh tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh papanya. Namun, apa alasan dari apa yang diperbuat itu? Lysia harus mencari tahu semuanya.Rasa kecewa, rasa penasaran bercampur menjadi satu. Setelah perasaan yang perih karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Sekarang Lysia malah dihadapi dengan masalah seperti ini.Lysia yang sedang merenung tiba-tiba melihat para maid yang masuk ke dalam kamarnya."Silahkan dipakai ini, Nona," ucap maid tersebut dan meninggalkan Lysia yang masih terduduk di bawah ranjang. Lysia menatap sebuah gaun pernikahan yang berwarna putih dengan balutan mutiara indah. Menatap itu rasanya begitu kesal dan menjengkelkan karena dia tidak mau menikah dengan pria yang bernama Ivander. "Ayo berdiri biar saya bantu," ucap maid ingin membantu Lysia mengenakan pakaian itu. "Pergi saja, saya bisa bersiap sendiri." tolak Lysia. "Tapi … nanti Pak Ivander akan marah, kalau anda terlambat Nona.""Tidak akan, saya bisa memakaikannya sendiri kalian pergilah dari sini!" Setelah maid yang menyimpan pakaiannya itu pergi. Lysia langsung saja berdiri dan menginjak gaun pengantin yang telah disediakan untuknya. "Dasar sialan, aku sama sekali tidak akan pernah mau untuk mengenakan pakaian ini."Lysia pun merobek, mencabik dan menginjak-injak dress indah itu. Dia begitu kesal setengah mati
Lysia ingin sekali rasanya berlari pergi untuk menghentikan aksi yang menyeramkan yang dilakukan oleh Ivander. Namun, nyalinya sudah lenyap.Lysia tidak bisa melakukan apapun dan menyaksikan penyiksaan yang terus dilakukan oleh Ivander membuat dia lemah dan ketakutan.Sedangkan Ivander, dia terus saja memukul, merobek dan mencabik tubuh pria yang ada di hadapannya itu, lalu menjambak dan mematahkan lehernya di hadapan Lysia. Ivander meraih sebuah pedang samurai yang sudah disediakan oleh anak buahnya. Saat ini sudah berada di tahap penghabisan. Ivander akan mengakhiri nyawa orang yang sudah mengkhianati dia. "Aku peringatkan ini, Lysia. Jangan pernah mencoba untuk lari dariku agar kau tidak bernasib sama seperti dia." ancam Ivander.Mata Lysia membola, dia terus saja menelan salivanya dengan susah payah. Melihat Ivander yang memegang senjata pedang samurai itu membuat Lysia tahu apa yang akan dilakukan oleh Ivander.Lysia mulai melangkah mundur, perlahan tapi pasti, dia tidak ingin
Mata Lysia yang lentik itu membola, dia tercengang mendengar apa yang telah diucapkan oleh pria dihadapannya ini. Tentu saja, ini adalah pilihan yang teramat sulit untuk seorang gadis yang bernama Lysia. "What?" Lysia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sedangkan Ivander, malah terlihat santai sambil bermain dengan para wanita yang ada di sampingnya. "Itu adalah kedua pilihan yang bisa kau ambil! Menjadi istriku atau menjadi jal*ng?" Ivander kembali mengucapkan kedua pilihan itu sambil menyeringai. Lysia dengan susah payah menelan salivanya, dia tertegun dengan berbagai pikiran yang membuat otaknya sakit. "Tidak adakah cara lain–""Cukup! Jangan banyak bicara lagi! Lebih baik kau pilih salah satu diantara itu," bentak Ivander sambil menggebrak meja.Lysia menjadi begitu gugup, tubuhnya bergetar dan berusaha untuk dia tahan. Andai bisa, rasanya saat ini dia ingin menjerit dan menangis dengan apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa dia menjadi jalang? Bagaimana mungkin dia men
Lysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini. Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum. 'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta. "Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain. Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatap
"Aku akan keluar menemani pelanganku. Dia sudah membayar mahal agar bisa aku temani. Jadi, tolong jangan menghalangi," terang Lysia dengan tangan yang menggandeng lengan Pak Kusumo. Pak Kusumo pun tersenyum dan mencolek dagu Lysia, "ya, kami akan pergi bersenang-senang diluar. Kenapa kalian menghalangi kami? Kalian tahu sendiri bahwa saya sering kemari dan membawa setiap wanita keluar masuk dari sini kan?" "Ya saya tahu kalau Anda pelanggan setia disini. Akan tetapi, masalahnya Nona Lysia tidak bisa keluar dari sini sama sekali," tahan penjaga itu. "Apakah saya harus membayar lagi? Padahal saya sudah membayar double agar bisa mengajaknya keluar," tanya Pak Kusumo kepada para penjaga yang masih menghalangi jalannya dan Lysia.Sedangkan Lysia, ia sedang merasa geram. Rupanya Ivander benar-benar sangat menjaganya dengan ketat, sampai -sampai dia tidak bisa menemani pelanggan untuk keluar. Padahal Ini adalah salah satu kesempatan emas agar bisa keluar dari sini, dengan menggunakan Pak
Pak Kusumo merasa kesal karena sudah lama menunggu di dalam toko perhiasan. Namun, Lysia belum kunjung datang menemuinya. "Kemana gadis itu? Kenapa sampai sekarang belum juga muncul?" geram Pak Kusumo. Padahal dia sudah menyiapkan beberapa pilihan perhiasan saset yang akan ditujukan kepada Lysia. Sayangnya sudah setengah jam menunggu Lysia masih belum juga menunjukan batang hidungnya."Pak, jadinya mau yang mana? Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami," terang penjaga toko dengan ramah. "Sebentar, saya sedang menunggu seseorang," balas Pak Kusumo dengan datar. Sebenarnya penjaga toko sudah merasa kelelahan dan sebentar lagi, toko akan ditutup karena sudah mulai larut malam. Namun, Pak Kusumo masih saja terus memilah dan memilih perhiasan yang dikatakan akan dibeli. Namun, belum kunjung juga dibeli dan terus mengatakan sedang menunggu seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, penjaga toko pun tidak punya pilihan lain selain mempercepat transaksi agar bisa segera menu
Ivander tersenyum puas melihat ketegangan di dalam wajah Lysia. "Apakah kau menyerah, Felysia Kirania?" tanya Ivander tersenyum smrik. Lysia, memang dia merasa cemas karena tidak mau melayani Pak Kusumo. Lysia pun langsung mencoba untuk menampar Ivander, tapi secepat kilat Ivander menyambar tangannya. Sehingga Lysia tidak bisa menggapai wajah Ivander. "Apa yang kau lakukan?" tanya Ivander kesal. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" gerutu Lysia. "Semua karena hutang ayahmu!" gertak Ivander, "jangan pernah berbuat macam-macam! Ingat itu!" tekan Ivander.***"Kamu baru pulang Ivan?" tanya Kylie maminya Ivander. Ivander pun melangkah dengan wajah kusutnya langsung menghampiri sang mama yang terlihat sedang menunggunya di ruang makan. "Mah, seperti biasa Ivan selalu sibuk," jawab Ivander lembut, menyembunyikan perasaan lelahnya."Kau selalu menghabiskan waktumu dengan bekerja. Kapan kau akan memberikan cucu untuk mama?" tanya Kylie. Ivander terdiam sejenak dengan beban pikiran yang r
"Aku tahu kalau kau memancingku untuk datang karena ingin menghabisi ku dengan mengatakan bahwa kau sudah berhasil menghabisi anak buah musuh!" Ivander menatap ke arah Davidson yang ada di belakangnya. Lalu, dia langsung bergerak cepat untuk menodongkan senjata api itu di kepala Davidson. "Memangnya aku tidak tahu kalau kau juga berkhianat?" tekan Ivander dengan rahang yang menegas dan tatapan membunuh. Pemimpin klan mafia Grabhy tercengang, mereka tidak menyangka kalau Davidson akan tertangkap. "Kenapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Dricho pemimpin klan Grabhy dengan Senjata yang juga ditodongkan ke arah Ivander dengan jarak tiga meter. "Dia memang sudah sangat aku percayai. Namun, dia tidak bisa berkhianat dalam waktu yang lama. Karena …." Ivander pun kembali menodongkan senjatanya kepada Dricho. Situasinya mencengkam sekarang, Davidson dan Ivander dikelilingi oleh anak buah klan Grabhy dengan senjata yang menuju kepada mereka. "David! Kau berani berkhianat? Nyawa kekasihmu da
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s