Lysia menatap tajam Ivander, "percaya diri sekali kau? Bahkan aku sangat membencimu. Bagaimana bisa aku bermain hati?" balas Lysia sengit. Ivander geram, tubuhnya yang sispek dan sempurna itu langsung memanas. Dia tidak percaya jika ketampanannya yang begitu menawan, sampai tidak bisa menjerat hati wanita yang sudah menjadi istrinya kini. "Apakah kau serius dengan ucapanmu itu?" tanya Ivander dengan seringai menakutkan. "Tentu saja! Aku tidak mungkin mencintaimu. Mungkin saja kau yang akan jatuh hati padaku," kata Lysia menantang. Ivander mendengus, "Andai kau tahu bagaimana sikap para gadis jika melihat diriku, dengan usiaku yang sudah matang dan jabatanku yang bukan main-main. Semua pasti langsung jatuh cinta padaku." Lysia berdecih, "itu adalah para wanita genit yang tidak tahu bagaimana buruknya seorang Ivander yang mereka impikan itu! Andai dia tahu bagaimana seorang Ivander yang berbahaya ini melakukan aksi gilanya. Maka tidak akan ada wanita yang mau denganmu!" Ivander m
Cecilia begitu berseri-seri pagi ini. Dia mengenakan dress selutut dengan motif floral untuk menemani Ivander meeting sebentar lagi. Dia begitu bahagia karena bisa merenggut malam pengantin Felysia Kirania, juga begitu bahagia karena akan menemani Ivander menuju perusahaan. "Aku memang cantik, juga menarik. Tidak akan ada orang yang bisa menandingi ku," gumam Cecilia dengan senyuman indah di bibirnya.Lalu, dia pun melangkah dengan cantik menuju ke arah kamar Ivander di sebelahnya. Cecilia sudah berada di depan pintu, lalu dia pun mendorong pintu tersebut sehingga mulai terbuka. Mata Cecilia membulat tajam, dia tidak mengerti dengan apa yang sudah dia lihat. Permainan itu membuat hatinya mulai terluka, Cecilia langsung saja kembali menutup pintu dengan pelan agar Ivander yang ada di dalam sana tidak menyadari keberadaannya. "Sial! Apa yang sudah terjadi? Kenapa bisa mereka sampai melakukan itu?" Cecilia begitu geram, dia menggerutu dan merasa kesal. Tidak pernah terbayangkan olehn
Ivander sampai di hotel grand Glxy. Dia terburu-buru langsung saja turun dari sana dan melangkah dengan cepat. Memang hari ini masih masuk ke masa inapnya dan hotel grand Glxy belum dibuka kembali. Sehingga Ivander pun bisa masuk tanpa melihat banyak orang tamu. Ivander langsung saja pergi ke dalam kamar pengantinnya. Kamar itu masih terlihat berantakan seperti saat dia meninggalkannya. "Lysia!" teriak Ivander mulai melangkah memasuki kamar. Netranya menelisik setiap sudut ruangan, bahkan akhirnya pandangan berhenti kepada sprei yang terlihat begitu kotor dengan noda merah yang sudah mulai mengering. Ivander langsung saja berteriak-teriak untuk memanggil nama Lysia. Dia pun langsung melangkah ke arah kamar mandi yang pintunya masih tertutup dengan rapi. Ivander begitu terkejut karena rupanya pintu kamar mandi terkunci dari dalam. "Lysia? Apakah kau berada di dalam?" teriak Ivander mulai menggedor-gedor pintu menggunakan tangannya. Ivander yang terus rusuh dan berteriak, tapi tid
Pria ini!!! Pria ini benar-benar membuat Lysia merasa jengkel."Kau terus saja mengatakan itu. Aku tidak pikun dan tahu akan hal itu," balas Lysia dengan suara seraknya karena sedang sakit.Ivander tersenyum smirk, "Kalau begitu. Jaga dirimu jangan buat ulah seperti ini." ***Sudah dua hari Lysia dirawat di rumah sakit, sekarang waktunya dia pulang ke rumah mewah milik Ivander Brxian Dxel.Ivander tidak menemaninya pulang, melainkan menyuruh Alex untuk menemani Lysia. Lysia masih duduk di bibir ranjang memperhatikan Alex yang sedang berbenah mengemasi pakaiannya ke dalam koper. "Ayo, Nyonya kita pulang," ajak Alex penuh hormat. Lysia pun turun dan melangkah keluar kamar. Alex terus saja mengekori Lysia dari belakang dan menjaganya dengan baik. Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil mewah. Lysia tidak banyak berbicara begitu pula dengan Alex.Alex begitu fokus mengemudi sedangkan Lysia terus menatap ke arah luar jendela. Hatinya tiba-tiba terasa teriris ketika orang
Lysia sedang beristirahat tidur. Malam ini dia tidur sendiri karena Ivander yang memang belum pulang juga. Tiba-tiba saja, dia merasakan sesuatu yang sedang menggerayangi tubuhnya. Membuat Lysia terusik dan terbangun dari tidur lelapnya. Lysia menoleh ke arah samping dan belakang. Rupanya tidak ada apapun, mungkinkah barusan itu hanyalah mimpi dan itu hanya perasaannya saja? "Mimpi apa aku ini?" gumam Lysia. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Lysia melihat Alex yang berwajah merah itu bernafas dengan ngos-ngosan. "Nyonya … ada hal buruk yang sudah terjadi," terang Alex. Lysia mengerutkan kening dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. "Ada apa?" tanya Lysia. "Tuan Ivander terluka," jelas Alex dengan wajah yang memerah. Lysia terkejut, tapi dia senang dengan kabar ini. "Oh, baiklah kalau begitu," jawab Lysia mencoba menenangkan diri. Padahal dirinya ingin jingkrak-jingkrak, kalau bisa ia berharap Ivander akan lenyap. "Tuan ada di bawah, saya harap Nyonya temui dia sekara
Lysia langsung menutup pintu dan kembali ke dalam kamarnya. Dia mengurung diri di dalam dan menangis tersendu-sendu. "Ivander monster! Brengseknya dia bajingan." Lysia jijik dengan pria seperti Ivander dan berharap bisa lari dari keadaan ini suatu saat nanti. Di kamar sebelah ….Ivander langsung mendorong tubuh Cecilia saat berhasil melakukan pelepasan. "Sudah cukup, sekarang kau bantu aku untuk mandi!" suruh Ivander. Cecilia tersenyum, dia bahagia karena bisa terus bersama dengan Ivander dan melayaninya walaupun pria yang dia suka ini sudah menikah. Akan tetapi, rupanya Ivander benar-benar tidak melupakannya."Sayang, aku akan melakukan apapun untukmu," jawab Cecilia dan langsung memapah Ivander untuk berjalan ke dalam kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja ponsel Cecilia berdering. Dia pun berhenti sejenak dan meminta izin kepada Ivander untuk mengangkat ponselnya yang berdering. "Honey, ada panggilan mendadak. Aku akan mengangkatnya dulu," jelas Cecilia. Ivander mengangguk dan
Suasana di meja makan begitu mencengkam. Ivander berada di kursi pemimpin, sedangkan Lysia di sampingnya. Juga Cecilie berada di sisi yang lainnya. "Honey, aku akan menyuapimu," ucap Cecilia. Ivander diam saja melihat reaksi Lysia yang hanya diam dan tidak merespon apapun ketikan Cecilia mengatakan hal itu. Bi Surti berdiri di belakang Cecilia dan berharap kalau Lysia akan bersuara dan menawarkan diri untuk menyuapi suaminya karena sedang terluka. "Cecilia, pergilah!" usir Ivander, dia mulai bosan dengan Cecilia. Cecilia merasa kesal dan malu, kenapa Ivander harus mengusirnya dihadapan Lysia? Yang berarti hal itu membuktikan bahwa Ivander memilih wanita itu. Sungguh Cecilia rasanya ingin menusukan pisau yang ada di atas piringnya kepada Lysia yang berwajah datar. Bi Surti tersenyum ketika mendengar itu dan berharap Ivander bisa membuka hati kepada Lysia. Lysia pun mulai menyendok makanan dan hal itu malah membuatnya dibentak oleh Ivander. "Kau … kau tidak boleh makan sebelum s
Lysia tertidur dengan pulas, dia memimpikan orang tuanya dan melihatnya dengan air mata. Terlihat bahwa orang tuanya menangis dan ingin mengungkapkan sesuatu. Namun, mereka langsung menghilang begitu saja. "Papa … Mama." Lysia berteriak untuk memanggil kedua orang tuanya. Bahkan teriakannya itu sampai membangunkan dirinya sendiri. Lysia terduduk dan langsung memeluk lututnya yang mulai bergetar. Dia sungguh merindukan orang tuanya yang telah tiada itu. Namun, tiba-tiba saja Lysia melihat Ivander yang langsung membuka pintu dengan kasar. Brak!!! Lysia terkejut dan melihatnya dengan takut. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja. Ivander melangkah dengan gagah, tatapannya lurus dan tajam memandangi wajah Lysia yang polos tanpa make-up. Namun, terlihat begitu bersinar dan membangkitkan gairah dalam diri Ivander. "Lysia," ucap Ivander langsung saja membuka jas yang melekat di tubuhnya. Dia tidak sabar untuk melakukannya lagi. Lysia mencoba untuk menghindar dan akan langsung beranj