"Baiklah. Kak Dimas, jangan khawatir. Aku nggak akan memberi tahu kakakku tentang hal ini," setuju Andi.Andi tanpa sadar jadi mengagumi Dimas. Tampaknya pria ini sudah melakukan banyak upaya di belakang untuk memastikan agar kakaknya bisa menjalani kehidupan yang lebih berada. Fakta bahwa Dimas bisa menjadi konsultan teknik di Grup Angkasa menunjukkan bahwa pria ini punya kemampuan."Kompetisi akan segera dimulai. Ayo kita pergi ke sana." Dimas mengingatkan, lalu kembali ke lokasi kompetisi bersama Andi.Menjelang Tahun Baru, toko makanan penutup Amel juga cukup sibuk karena ada makin banyak pesanan dari pelanggan."Bos, bisakah kalian membuat kue seperti ini?" tanya seorang wanita muda. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto pada Amel.Amel melihat foto itu. Dia menemukan bahwa kue itu tidak sulit untuk dibuat, hanya saja dekorasinya sedikit rumit."Bisa, tapi dekorasinya agak rumit. Jadi, akan memakan waktu sekitar dua jam.""Kalau begitu, aku mau pesan kue ini. Be
"Jangan khawatir, aku akan memperhatikan istirahatku. Kamu cepat kembalilah ke lokasi konstruksi." Dimas dan Amel berpisah dengan enggan, seolah-olah mereka tidak akan pernah bertemu lagi setelah mereka berpisah.Dimas berbalik, berjalan ke pintu selangkah demi selangkah, lalu berkata, "Sayang, aku benar-benar harus pergi. Jangan lupa untuk merindukanku sore ini.""Cepat pergi." Amel tersenyum tak berdaya sambil menggelengkan kepalanya. Terkadang dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi pria ini.Ketika dirinya menghadapi kesulitan, Dimas bisa mengendalikannya dengan memberikannya rasa aman. Namun, Dimas biasanya juga bertingkah seperti anak kecil di depannya.Tidak lama setelah Dimas pergi, Amel mengunggah lowongan pekerjaan untuk merekrut seorang koki di sebuah website rekrutmen. Selain itu, dia juga menggantungkan pengumuman lowongan pekerjaan di pintu toko.Kemudian, Amel kembali lagi ke dapur. Setelah menyelesaikan dan mengemas kuenya, Amel mulai menyiapkan pesanan st
"Nyonya, aku mengemas stroberi mousse ini untukmu segera setelah siap. Karena alasan pribadimu, semua jadi seperti ini. Aku ...." Amel disela oleh wanita itu sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya."Apa maksudmu? Siapa suruh kamu mengemasnya seperti ini? Kalau kamu mengemasnya dengan lebih sederhana, aku bisa membukanya dengan mudah, kuenya juga nggak akan jadi seperti ini. Sudahlah, aku juga nggak mau membuang waktu di sini lagi. Aku akan membawa kue ini, tapi aku nggak akan membayar untuk stroberi mousse ini." Wanita itu langsung memindai kode QR untuk membayar harga sepotong kue."Nyonya, kamu sendiri yang merusak kue stroberi mousse ini. Kami juga punya kamera pengawas di toko. Kalau rusak seperti ini, kami nggak bisa menjualnya lagi. Begini saja, aku akan memberikan harga yang lebih murah untukmu. Kamu bisa membayar 300 ribu saja untuk kue ini, oke?" Amel berharap dalam hatinya bahwa dia bisa menyelesaikan masalah dengan cara ini. Jadi, dia pun mengusulkan ide ini."Kenapa ka
Sekarang Amel sudah mengerti bahwa ini adalah masalah persaingan jahat antar pebisnis. Mereka pasti melihat bahwa bisnis toko makanan penutup miliknya sedikit lebih baik, jadi mereka iri. Kemudian, mereka sengaja datang ke sini untuk membuat masalah.Setelah identitas pria itu terungkap, semua keberanian yang dimilikinya sebelumnya hilang seketika, seolah-olah situasi tegang sebelumnya tidak pernah ada."Memang kenapa kalau aku dari Toko Makanan Penutup Siana? Bahan-bahan di tokomu nggak segar, kenapa aku nggak boleh mengkritikmu?" sangga pria itu yang terdengar kurang percaya diri."Katakan padaku apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan. Kalau kamu nggak mengatakan yang sebenarnya, aku nggak keberatan memukulmu lagi," kata Dimas sambil kembali mengangkat tinjunya."Kamu ... kamu masih ingin memukulku? Aku akan melaporkanmu pada polisi." Pria itu mundur dua langkah karena ketakutan."Kenapa kalian nggak menjalankan toko makanan penutup saja dengan baik? Kenapa malah datang ke tempatku
Yonas langsung merasa canggung dan berkata, "Maaf, kami akan memberikan kompensasi pada kalian atas kerugian yang kami timbulkan.""Nggak perlu, urus saja karyawanmu dengan baik. Kalau sampai terjadi hal seperti ini lagi, kami nggak akan melupakannya begitu saja," ancam Dimas dengan suara keras.Tak mudah bagi Yonas untuk akhirnya bisa berbicara dengan Dimas, dia ingin meninggalkan kesan yang baik di depan Dimas. Lagi pula, jika mereka bisa berhubungan dengan Grup Angkasa, perusahaan mereka juga akan mendapat banyak keuntungan. Namun, saat ini Dimas sedang dalam suasana hati yang tidak baik, jadi Yonas hanya bisa pergi bersama karyawannya.Setelah insiden Kelvin yang salah mengenali orang terakhir kalinya, Amel tidak banyak bertanya lagi."Seberapa mirip sebenarnya kamu dengan bos besar Grup Angkasa? Seseorang salah mengenalimu lagi," tanya Amel sambil terkekeh.Mendengar itu, Dimas akhirnya merasa tenang. Dia baru saja memikirkan alasan apa yang harus dia gunakan untuk menjelaskan sem
"Kamu benar-benar sangat berbakti." Amel merasa tersentuh oleh pemikiran gadis itu.Tanpa diketahui Amel, gadis tersebut sebenarnya adalah koki dari Keluarga Cahyadi. Untuk membantu Amel, Dimas langsung memanggil gadis itu dari Kota Riwana."Sayang, tolong bantu aku mengatur bahan-bahan produksi. Aku bicara dengan Nona Clara dulu di sini."Dimas mengangguk, lalu masuk ke dapur dengan sangat patuh. Clara Amerta tercengang saat melihat semua ini."Nona Clara, toko makanan penutupku baru saja dibuka. Saat ini, kami hanya fokus melakukan bisnis di toko. Ketika bisnis di toko sudah lebih stabil, kita akan memulai bisnis online. Jam kerjanya adalah jam delapan sampai setengah dua belas siang, lalu jang setengah dua siang sampai jam enam sore. Tapi kita perlu menjaga toko secara bergantian sampai pukul 8 malam. Kalau ada kerja lembur, kamu akan mendapat upah lembur. Gaji pokoknya 6 juta. Apakah kamu bisa menerimanya?" tanya Amel dengan cemas. Bagaimanapun juga, Clara bisa mencari pekerjaan di
"Nggak perlu, kamu istirahat saja di sini. Biarkan mereka berdua melatih kemampuan memasak mereka." Amel berpikir bahwa dua orang itu sudah dewasa, sudah waktunya mereka melatih keterampilan memasak mereka.Saat jam sudah mendekati angka sembilan malam, perut Amel keroncongan. Dia melihat ke arah dapur, tapi tampaknya Lidya dan Andi masih belum selesai memasak.Amel tidak punya pilihan selain membuka pintu dapur untuk memeriksa. Dia berkata, "Aku ingin tahu apakah kalian berdua benar-benar tulus mengundang kami makan? Ini sudah hampir jam 9 malam, aku sangat kelaparan."Amel menyentuh perutnya. Dia merasa kelaparan setengah mati."Kak, tunggu sebentar, sebentar lagi selesai. Kamu tunggu saja di luar, terlalu banyak asap di sini," kata Andi sambil mendorong Amel keluar dari dapur.Amel mengangkat bahu ke arah Dimas dengan tak berdaya, lalu bertanya, "Apa kamu lapar?"Dimas menganggukkan kepalanya."Bagaimana kalau kita makan kue dulu untuk menunda lapar? Kita sepertinya nggak akan bisa
Jantung Lidya berdetak makin cepat karena gugup. Sejak Andi pindah ke rumahnya, mereka berdua secara resmi mulai hidup bersama. Piama serta pakaian dalam Andi yang baru dicuci masih ada di tempat tidurnya. Jika Amel melihat semua ini, dia tidak akan bisa memberikan penjelasan yang baik!"Nggak perlu, nggak perlu. Kamarku agak berantakan, aku cari sendiri saja." Begitu Lidya selesai mengatakan itu, Dimas langsung menanggapi terlebih dahulu sebelum Amel bisa mengatakan apa-apa."Akan lebih cepat kalau yang mencari dua orang. Biarkan saja Amel membantumu." Setelah selesai berbicara, Dimas tersenyum penuh arti. Maksud senyuman dan kata-katanya sangatlah jelas.Lidya memelototi Dimas dengan galak. Tidak bisakah pria ini menutup mulutnya saja?"Lidya, aku sudah mengenalmu begitu lama. Apa lagi yang nggak aku ketahui tentangmu? Tapi aku merasa kamu agak aneh hari ini," kata Amel dengan bingung sambil mengerutkan keningnya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan tingkah Lidya hari ini.