Share

Beken 5

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-12 04:09:08

*Happy Reading*

"Ba-cot."

"Bha ... bha ...."

"Bukan Baba, tapi Ba-cot!"

"Bha ... bha ... bha ..."

"Ck, bukan baba, Quen. Tapi ba-cot. Ayo! Kamu pasti bisa! Ba-cot. Ba-cot, Ba--"

Pletak!

"Akh" Aku sontak mengaduh kesakitan saat tiba-tiba sebuah sendok makan melayang ke kepalaku dari arah samping.

"Sakit, bego! Rambut gue abis di blicing ini. Sembarangan aja lo cium sendok bekas makan. Kan kotor!"

Tidak lupa, aku pun memberikan hardikan keras, pada pelaku yang saat ini sudah berkacak pinggang dengan mata melotot. Intan, siapa lagi? Di antara kami bertiga, kan, yang udah jadi emak-emak dia doang.

"Lagi lo rese! Ngajarin anak gue yang ngadi-ngadi!" tukasnya tak kalah sengit.

"Ngadi-ngadi apa, sih? Orang gue cuma ngajarin dia ngomong. Masa gak boleh. Ya Quen?" sahutku santay, kembali melirik Quenee, yang sedang mengoceh tak jelas.

Saat ini, aku memang sedang berkunjung ke tempat Intan, di tengah jadwal kosong hari ini. Mayan, buat nyari hiburan godain Quenee.

"Ya tapi jangan ajarin kata 'Bacot' juga kali, Nur. Dia masih bayi. Ajarin yang baik-baik lah. Jangan ajarin julid," protes Intan lagi.

"Lah, ngapa emang? Kan, biar si Quen bisa balas kalau semisal di julidin Bella." Tentu saja, aku pun tak ingin mengalah begitu saja.

"Hilih, Bella mana ada julidin Quen," bela sang ibu sambung.

"Masa?" cebikku tak percaya.

"Iya, elah. Si Bella mah gak pernah julidin Quenee!" terang Intan tegas.

"Tapi?"

"Ngisengin doang palingan."

Eh, kok bukan Bella banget, ya? Sulit di percaya. Jangan bilang tuh bocah auto tobat karena sekarang punya ade. Takut gak di sayang lagi, gitu.

"Oh ya? Ngisengin gimana?" Tak ayal aku pun jadi kepo dengan pernyataan Intan barusan.

"Ya gitu. Kalau maen cilukba. Sukanya pake bantal, tapi bantalnya tarok di muka adenya sampai megap-megap. Kalau lagi nonton tv terus di tinggal berdua, adenya di pindah posisi, tapi dengan cara di gelindingin. Kalau lagi main berdua, adenya di make up-in pake cryon atau spidol. Kadang dikasih kumis atau jenggot. Di kasih gel rambut bapaknya juga pernah. Sampai rambutnya si Quenee jabrik kek anak punk."

Bwahahahaha ....

Tentu saja, aku pun akhirnya ngakak so hard. Saat Intan akhirnya menuturkan kelakuan anak sambungnya dengan menggebu-gebu.

Sudah kuduga! Si Bella mana bisa anteng, sih? Lah, emaknya yang gede aja di kerjain mulu. Ini lagi adeknya, belum bisa ngapa-ngapain. Habis sudah!

"Terus-terus! Lo omelin, dong? Cubit pantat kek biasanya." Aku pun sangat menantikan keluh kesah Intah selanjutnya.

Ah, aku suka kerusuhan ini!

"Maunya gitu, tapi ... ya lo tahu sendiri si Bella. Mana mempan di omelin. Udah gitu drama of Queen lagi. Lebaynya ningkat sejak punya adek. Bentar-bentar bilang 'Quen mulu nih yang di sayang. Bella enggak!' atau 'Iya, Bella mah sadar diri, cuma orang numpang di keluarga kecil Mama sama papa'. Kan, ngeselin banget itu bocah. Dia yang maksa minta adek dulu, dia pula yang sekarang penuh drama." Intan bercerita panjang lebar, seraya meraih Queen yang sudah merentangkan tangannya minta digendong.

Kali ini aku tidak tertawa ngakak mendengar keluhan Intan. Karena entah kenapa, aku menangkap sendu di matanya. Hingga akhirnya tanya itu pun melintas di kepalaku begitu saja.

"Gak enak ya, Tan. Nikah sama duda punya anak?"

Intan menoleh cepat ke arahku, kemudian menaikan bahunya dengan acuh. "Enggak juga," sahutnya singkat.

"Ada enaknya, ada juga enggaknya. Yah ... namanya juga hidup rumah tangga. Mau itu sama duda atau pun lajang. Pasti ada suka dukanya," terangnya bijak.

"Ya tapi kan, setidaknya kalau sama lajang. Lo gak diribetin sama anak sambung. Gak jadi inceran netizen julid kalau keras dikit sama anak. Gak akan serba salah dalam bersikap saat menghadapi anak kandung dan anak sambung. Atau ... ya yang begitulah pokoknya. Kadang kan, seadil apapun lo bersikap. Pasti ada aja yang ngerasa elo gak adil memperlakukan anak-anak lo. Mentang cuma anak tiri lah, mentang gak ngelahirin. Atau bla ... bla ... bla ... iya kan?"

Entah kenapa selanjutnya aku malah jadi curhat colongan sama Intan. Bukan apa-apa, kalian tahu sendiri kan, saat ini aku juga tengah bermasalah sama seorang duda. Duda anak dua lagi. Maka dari itu, sepertinya aku harus minta petunjuk sang ahli penakluk duda, yang punya pengalama nyata dalam hal itu.

"Elah, Nur. Kalau itu mah nikah sama lajang juga problemnya bakal sama. Jangankan anak sambung sama anak kandung. Sesama anak kandung aja pasti ada rasa iri, iya kan?"

"Nah itu maksud gue! Sesama anak kandung aja suka timbul kecemburuan. Gimana cara ngatasin rasa cemburu antara kandung sama tiri?"

Kenapa aku malah semangat banget ya, bahas ini? Ini bukan berarti Aku gak mulai tertarik sama tawaran si Papah, kan?

"Kasih pengertianlah. Ngapain lagi? Ya kali lo malah baper sendiri dan ngerajuk gak jelas. Itu sih gak akan menyelesaikan apapun." Intan menjawab santai, sambil mencolek-colek pipi gembil anaknya.

"Ya tapi kan pasti susah!"

"Gak akan susah kalau anak sambungnya itu pengertian, dan lo jelasinnya pake hati, bukan emosi. Karena apa yang lahir dari hati, pasti akan sampai ke hati."

Benarkah! Bisakah seperti itu? Tapi ...

"Tapi lo ngapa dah, Nur. Kok tiba-tiba jadi semangat banget bahas duda? Lo lagi deket sama duda, ya?"

Eh?

Tanpa sadar aku pun langsung gelagapan. Karena merasa terciduk dengan ucapan Intan begitu saja.

"Eh, oh. Uhm ... bukan gitu. Gue cuma ...."

Aduh, gimana ini jelasinnya?

"Cuma apa hayo!" Setelahnya, Intan tentu saja mencecarku dengan senyum yang sangat menyebalkan.

Emak-emak rese! Kalau soal bahan ghibah instingnya cepet banget.

"Gak gitu, Tan. Gue kan cuma mau tahu aja. Soalnya, kan di antara kita bertiga. Lo doang yang nikah sama duda. Makanya ya ... gue kepo," jawabku kemudian. Mencoba bersikap biasa aja.

"Lalu, kenapa pula lo kepo? Apa yang mendasari kekepoan lo?"

Eh, apa ya? Apa? Bantuin mikir, woi!

"Gak ada, cuma kepo aja."

"Yakin?"

"Yakinlah!"

"Suer?"

"Suer, Intan! Elah. Ngapa lo jadi nyebelin gini, sih? Jangan rese, deh!" ucapku kemudian, pura-pura kesal sama Intan.

"Bukan resek, Nur. Gue cuma--"

"Asalamualaikum, Bella pulang!"

Aku pun mendesah lega diam-diam, saat mendengar seruan Bella yang sepertinya baru saja pulang sekolah. Huft ... selamat!

"Waalaikumsalam. Jangan lupa cuci kaki sama tangan sebelum masuk rumah ya, Bell?" sahut Intan lantang.

"Iya, iya, ini juga lagi cuci tangan, kok. Eh, kok banyak coklat, mah? Mama abis belanja ya?" Sahutan Bella terdengar dari arah dapur.

"Bukan mama, tapi Tante artis yang bawain. Katanya dari fans." Intan menyahut sambil melirik aku seakan meminta keyakinan atas jawabannya.

Aku pun mengangguk tegas. Mencoba meyakinkan untuk alasan yang memang kubuat saat mengunjungi Intan tadi.

Meski sebenarnya. Itu bukan dari Fans. Melainkan dari Pak Aksa dan Tita, yang sekarang tiap hari tak pernah mengirimiku coklat batangan.

Haahhh .... perkara batangan jadi bikin aku sakit gigi!

Salah sendiri, sih. Waktu itu aku bilangnya coklat batangan, bukan emas batangan. Coba aku pinter dikit, pasti sekarang aku udah jadi wong sugih dadakan. Bener, gak?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ninis Hastuti
tokoh utamanya, namanya Nur atau devia sich?? di percakapan dg intan, koq dipanggil Nur.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 6

    *Happy Reading*"Dev, tangkep!"Aku pun refleks mengangkat tangan, untuk menangkap sesuatu yang dilemparkan Lika, saat baru saja sampai ruangan para model.Hap!Tentu saja berhasil. Karena memang aku lumayan berbakat di bidang tangkap menangkap. Apalagi menangkap kebusukan mantan dan tukang hutang yang mendadak menghilang, ugh ... pokoknya aku paling jago!Ada yang butuh bantuan?"Apa, nih?" Setelah benda itu ada ditanganku, aku pun sontak bertanya. Sebab sesuatu itu dibungkus cantik sekali."Gak tahu. Tapi kalau dilihat dari pengirimnya, paling jatah batangan hari ini."Wew, ternyata masih tentang batangan. Melirik nama pengirim yang tertera, aku pun hanya bisa mendesah panjang, ikut mengaminkan ucapan Lika barusan.Thalita Euginia Alexander. Alias Tita. Siapa lagi memang? Yang paling getol mengirimi aku batangan selain dia. Sampai-sampai orang sekitarku sudah hafal betul kelakuannya itu. Mes

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 7

    *Happy Reading*ARTIS CANTIK N DEVIA MUTIARA TERTANGKAP KAMERA TENGAH BERBUAT MESUM DENGAN SEORANG PEBISNIS SUKSES DI SELA  PEMOTRETAN. APAKAH INI RAHASIA KARIERNYA YANG CEPAT NAIK?"Aarrggg ....Rasanya, aku ingin sekali menjambak rambutku sendiri saat ini, melihat sebuah headline berita gosip di salah satu akun lambe-lambean.Untungnya, aku ingat jika rambutku baru saja keluar dari salon, dan menghabiskan banyak uang untuk perawatannya. Jadinya ... gak aku jambak, lah. Sayang-sayang duit yang udah keluar, dong. Namun, sumpah demi sempak pink petrik yang tidak pernah di ganti. Aku kesel sampai ubun-ubun melihat kabar tersebut. Karena ... ya, sembarangan aja bilang itu rahasia karierku! Lah, ketemu si papa aja aku baru berapa minggu doang, kan? Ah, Netizen mah suka ngadi-ngadi!Rahasia ketenaranku mah bukan si papah. Tetapi doa si Nurbaeti dan Intan yang teraniaya oleh orang dekatnya. Nur oleh titik-titik, baca di nove

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 8

    Beken 8*Happy Reading*"Mama mau, gak? Ini enak lho."Haduh ... anak ini!Aku hanya bisa mengerang kesal diam-diam, saat anak si Paduka Raja memanggilku seperti itu. "Tita, bisa gak, jangan panggil Tante Mama?" pintaku Akhirnya, mencoba meminta belas kasiahannya.Kenapa belas kasihan? Ya, coba aja kalian bayangin. Gak sengaja nomprok Bapaknya aja, gosip yang berseliweran udah kek apaan tahu. Apalagi setelah kedatangan Tita dan dramanya. Rasanya, pengen banget ngungsi ke planet Mars. Nah, coba, apa kalian gak kasian sama aku?"Kenapa gak boleh panggil Mama?" tanya Tita dengan polosnya.Ya, karena gue bukan emak lo, bocah!Pengen banget aku nyaut sambil ngegas poll kayak gitu. Apa daya, Tita bukan Bella yang udah biasa di gas sana-sini. Tita anak sultan yang pasti biasanya diperlakukan manis dan lembut. Auto jantungan nanti dia.Lagipula, aku juga gak tega kali ngegas sama anak seimut

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 9

    Beken 9*Happy Reading*"Nur?""Hm ....""Lagi ngapain sih, Anteng banget di pojokan?""Lagi ngevet."Hah?!Nyonya Ammar pun langsung melirik cepat, saat mendengar jawaban terakhirku barusan. "Ngaco, lo! Ngevet apaan? Gak ada lilinnya gitu," tukasnya kemudian kembali menghitung uang di kasir.Saat ini aku memang tengah berada di toko donat. Usaha pertama yang aku rintis, dengan menggaet Nurbaeti, alias Nyonya Ammar. Sebagai partner usahaku. Yang udah baca Novel Mak Kanjeng mah, pasti tahu hal ini. Yang belum baca, ya ... baca dulu sono. Biar enak kita ghibahnya."Gue kan ngevet milenial, udah gak butuh lilin lagi," sahutku asal, seraya terus fokus pada layar laptop, di mana  dari sana terpampang rentetan kabar berita tentang si Papah. Yups! Sebenarnya aku lagi stalking si Papah. Bukan ngevet seperti yang aku sebutkan tadi pada di Nyonya Ammar. Hust! Diem-diem aja tapi, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 10

    Beken 10*Happy Reading*"Akhirnya kamu menelpon saya juga," sahut pria itu, pada dering kedua panggilan yang aku lakukan.Eh? Maksudnya apa, nih? Dia ... nungguin telpon aku, gitu?Berdehem sejenak, aku pun mencoba bersikap santai, dan menjawab sapaan Pak Aksa."Jadi, Bapak nungguin telpon saya, ceritanya." Bukan mau sombong. Tapi dari sapaan jelas mengartikan hal itu, benar, kan?"Enggak juga."Eh? Kok? Salah, ya, aku?Berusaha tak ingin memikirkan jawaban Pak Aksa yang entah mengarah kemana sekarang, aku pun kembali bersikap santai, seraya meraih cangkir kopi yang mulai dingin.Sebenarnya dulu, aku lebih suka coklat hangat daripada kopi. Tetapi gara-gara sering dikirimin batangan sama Tita. Aku pun jadi gumoh dengan rasa coklat sekarang.Jangankan memakannya. Denger namanya aja auto sakit gigi aku. Sebosen itu aku memang sekarang sama coklat. Khususnya yang batangan."Teru

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 11

    *Happy Reading*"Bagaimana keadaannya?""Tidak ada masalah serius, kok. Selain sedikit memar dibagian belakang dan sikut tangan. Tidak ada yang perlu di khawatirnya.""Anda yakin? Benar tidak ada patah tulang, atau ... mungkin butuh di oprasi?""Astagfirullah ... sumpah ya? Doa Bapak jelek banget!" Akhirnya, setelah sekian lama memilih menyimak obrolan Si Papah dan Dokter pribadinya. Aku pun tidak bisa menahan mulutku untuk bersuara, saat si papah mengucapkan pertanyaan terakhirnya. Bukan apa-apa. Aku cuma takut tuh omongan jadi doa. Soalnya, udah untung ini juga cuma memar katanya, kan? Malah di tawarin operasi. Hih! Kebanyak duit emang dia mah."Bisa diam dulu, Devia. Saya sedang bicara dengan Dokter," ucapnya tegas dan datar. Lah? Tumbenan banget? Biasanya juga sableng. Kenapa dia? Abis keselek donat. Sok serem!"Ya, tapi kan yang lagi kalian bicarakan itu saya, jadi--""Jadi, benar tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 12

    *Happy Reading*"Ternyata kalian tidak terlalu mirip."Hah? Maksudnya?"Tidak terlalu mirip? Sama siapa?" tanya itu pun lolos begitu saja dari bibirku, karena penasaran dengan maksud pernyataan Pak Aksa barusan."Mirip sama Song Hye Kyu lah, sama siapa lagi? Bukannya, selama ini netizen selalu menggaungkan kemiripan kalian?"Wew! Bangke tenan! Aku mah udah nyimak serius, jawaban nih cowok ternyata membagongkan sekali. Huft ... salah aku memang terlalu percaya padanya. Lagipula, siapa suruh dia percaya sama netizen? Pake segala nyamain aku sama jandanya oppa Song jong ki pula. Lah? Aku kan kembarannya Han Soo Hee. Huh! Mainmu kurang jauh, Pak!"Semerdeka Bapak ajalah, saya lelah debat sama Bapak. Dahlah, saya tidur aja." Aku pun memilih mengalah, sebelum kerutan di wajah benar-benar menumpuk akibat debat sama dia. Kok ada ya, cowok modelan begini? Ganteng, sih. Tapi bikin penuaan d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 13

    *Happy Reading*"Mama dia siapa?""Ih, kok kamu ngikutin omongan aku!""Eh, bukan aku, ya. Kamu tuh yang ngikutin!""Kamu!""Kamu!""Kamu!"Stooopppp!!!" Mau tak mau aku pun berseru lantang, karena kesal sekali dengan dua bocah yang saling tunjuk dihadapanku ini.Mana ngomongnya kompakan lagi kek anak kembar. Kan, aku gemes, ya? Kalau beda gender, gue kawinin juga mereka. Biar gelud di ranjang sekalian. Mayan kan, bisa menghasilkan cucu buat Intan dan Pak Aksa."Berisik tahu, Mah! Tuh kan, kita jadi tontonan orang, kan?" Bella berdesis kesal. Lah, Sueb! Gue begini juga gegara elo bacot mulu!"Eh, kok kamu malah marahin Mama, sih? Kan kamu yang mulai duluan." Tita membelaku."Dih, siapa yang mulai duluan? Kamu tuh! Seenaknya aja ngakuin Mama aku jadi Mama kamu," sahut Bella dengan sinis. "Tapi Mama Devia memang bakal jadi Mama aku!" Tita bersikukuh."Baru ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 4

    *Happy Reading*"Ada elu, Nur? Kapan pulang? Betah banget lo di negeri orang? Eh, gue ngomong begini lo masih ngarti, kagak?" celoteh Mak Kanjeng, saat menemukan aku di Rumah Nurbaeti. Nanti sore akan ada acara perayaan ulang tahun Arshaka, anaknya Nurbaeti. Makanya aku ceritanya sedang bantu-bantu di sini, gaes. Mumpung aku sedang di Indonesia. Mendengar celotehan Mak Kanjeng. Aku nyengir saja. Lalu menghampirinya dan mencium punggung tangannya dengan hormat. "Ngerti dong, Mak. Bahasa betawi kan udah mendarah daging di Nur. Yee kan? Lagian Nur kan nikahnya sama orang Indo juga. Jadi sekalipun tinggal di luar negeri. Kami tetep menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian.""Owh ... gitu." Mak Kanjeng bergumam. "Syukur dah kalau gitu. Jadi gue gak usah buka kamus kalau ngomong sama lo. Soalnya gue pan gak ngerti bahas bule. Taunya yess sama no, doang. Eh, sama money dah gue juga tahu."Dasar Mak Kanjeng. Kalau soal cuan aja. Mau pake bahasa apa pun ngerti aja. Dasar emak-emak. "I

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   extra part 3

    *Happy Reading*"Bang, kayaknya kamu harus mulai miara tuyul, deh.""Tuyul? Buat apa?""Buat tambah-tambah penghasilan biar bisa beli pabrik celana dalam. Aku capek loh beli banyak bisa seminggu sekali. Kamu robekin terus," omelku, seraya memungut kain segitiga yang tadi Aaron robek saat percintaan. Menunjukannya pada pria itu yang kini malah tertawa terbahak di tempatnya."Maaf, Sayang." Aaron menarik pinggangku posesif. "Habisnya tadi udah gak tahan." Dia mencium pipiku dengan mesra. Hilih! Alesan saja. Perasaan mau slow motion atau grasak-grusuk motion pun. Tetap aja memang dia mah sukanya robekin celana aku. Bikin aku keabisan semvak mulu!"Turunin CD gak sampai dua jam loh, Bang.""Tetep lama buat aku, Sayang. Namanya udah gak tahan gimana, sih? Aku gak mau buang satu detik pun buat merasakan kamu, sayang.""Hih! Otakmu itu emang isinya nana nina mulu kalau sama aku." Aku mencibirnya dengan kesal."Emang!" Aaron tak menampik. "Kalau liat kamu, otak aku emang auto pengen ngungkep

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*"Ya! Cukup untuk hari ini. Terima kasih dan see u tomorrow."Akhirnya hari ini berakhir. Aku mendesah lega kemudian segera merenggangkan tubuh sejenak demi untuk meredakan lelah yang menggelayuti tubuh. "Dev?" Celine, asistenku menghampiri seraya menyerahkan ponselku. "Aaron sejak tadi menghubungi," beritahunya, kemudian membuka botol kemasan yang dibawanya untukku. Senyumku pun langsung terurai lebar."Thanks, Celine." Aku menerima minuman darinya dengan senang hati, seraya mengecek ponsel. Ada lima panggilan tak terjawab dari Aaron. Sepuluh chat dari orang yang sama. Sisanya spam operator dan chat-chat dari sahabat, keluarga, dan beberapa nomor baru yang ingin memakai jasaku untuk produk mereka. Ya! Sebulan setelah menikah. Aku memang sudah kembali ke depan kamera. Menjadi model seperti sebelumnya, sekaligus menjadi Brand ambasador prodak kecantikan milik Aika. Mengabaikan nomor-nomor yang mencoba menjalin bisnis, yang pastinya sudah mendapat auto replay untuk

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*"Ya ampun. Beneran gak bisa berenti nangis, ya? Udahan kenapa, Yang? Kasian loh mata kamu." Aaron kembali memberikanku sehelai tissu kering, saat lagi-lagi air mataku mengalir tanpa bisa ku tahan. "Aku juga maunya berenti, Bang. Capek tahu, nangis kayak gini terus. Capek juga benerin riasannya. Tapi ... tapi ... mau gimana lagi. Aku masih gak percaya sama semua yang terjadi. Aku terharu parah. Kamu sih, ngasih kejutannya gak kira-kira! Kan aku ... aku ....""Nah? Nah? Kan? Minum dulu, minum dulu." Aaron lalu memberikan aku sebuah minum di botol. "Udah tahu suara hampir ilang. Masih aja ngomel," tambahnya disela kegiatan membantu aku minum lewat sedotan. "Aku gak ngomel, Abang!" Aku melayangkan protes dengan suara yang sebenarnya udah sengau. Kebanyakan nangis tadi bersama Intan dan Nurbaeti. "Lalu?""Menyuarakan kekesalan sama Abang aja.""Lah? Jadi, gak suka nih sama kejutan dari aku?" tuduh Aaron."Sukalah! Ya kali!" Aku menyahut cepat."Terus?""Gak ada terus-ter

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 106

    *Happy Reading*Aku sudah siap! Sudah cantik sekali dengan gaun mahal yang Aika bawa, serta riasan sempurna hasil tangan MUA profesional yang juga Aika bawa. Pokoknya, aku sudah siap muncul menghipnotis semua tamu undangan malam ini. Akan tetapi, sayang mempelaiku tak kunjung datang menjemput. Meski ini sudah tiga jam berlalu sejak kepergiannya. Sang mempelai pria masih belum diketahui rimbanya. Membuat aku harus menunggu dengan hati gusar luar biasa. "Ck, ke mana, sih? Perasaan tadi bilangnya gak nyampe dua jam. Tapi ini kok malah gak muncul-muncul? Mana sekarang gak ada yang aktif lagi nomor-nomornya. Minta diuleg emang nih para pria berbiji."Lihat saja! Bahkan Aika yang awalnya santai, kini mulai emosi dan ngomel-ngomel pada ponselnya. Pun Papa yang sudah tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Sementara para ibu-ibu, terlihat saling merangkul untuk saling menguatkan.Tolong jangan ditanya bagaimana kondisiku. Karena meski tampilanku sudah cetar membahana mengalahkan ratu sejagad.

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 105

    *Happy Reading*Seperti yang sudah-sudah. Setelah puas menangis, aku tertidur. Akan tetapi tidak lama. Karena tiga puluh menit kemudian, bunda membangunkanku dan menyuruh bersiap untuk resepsi pernikahan yang akan segera di mulai. Entahlah. Aku gak tahu lagi harus bilang apa sekarang. Aku bingung harus sedih atau senang menerima pernikahan ini. Di satu sisi, tentu saja aku senang. Akhirnya bisa menikah dan melepas masa lajangku dengan pria sebaik Aaron. Akan tetapi di sisi lainnya. Aku juga sedih karena harus menikah secepat ini, tanpa kehadiran sahabat-sahabatku, juga merasakan euforia pranikah seperti mereka. Dari mulai lamaran, menunggu ijab kabul, dan pusing mengurusi pesta pernikahan. Aku kehilangan semua momen itu. Bagaimana tidak. Seingatku aku hanya pingsan seharian, pas bangun semua udah jadi aja. Rasanya kayak ... gimana, ya? Pokoknya aku gak merasakan euforia apa pun dalam pernikahan ini. Meski aku tahu dan mengerti pasti kenapa harus begini jalannya. Tetap saja, rasanya

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 104

    *Happy Reading*Saat mendengar suara Malvino. Aku refleks mencari pegangan dan meremas tangan Bunda yang kutemukan di pangkuan. Aku takut! Takut sekali!"Coba saja kalau bisa. Gue tunggu!" Berbeda denganku. Sepertinya ancaman Malvino tidak berpengaruh apa pun untuk Aaron. Pria itu menjawab lugas tanpa rasa takut sedikit pun. "Kamu? Siapa kamu? Kenapa ponsel Devia ada pada kamu?" Malvino yang mendengar sahutan ternyata bukan dariku. Tentu saja langsung bertanya dengan penasaran. "Gue suaminya Devia." Aaron masih menjawab dengan santainya. Sementara aku makin gusar di tempatku. Bunda bahkan sampai harus merangkul dan membisikan kata tenang berkali-kali. Karena tanpa sadar tubuhku sudah bergetar hebat mendengar percakapan itu. Sepertinya Malvino sudah membuat aku trauma parah. Bahkan hanya mendengar suaranya saja, aku sudah ketakutan seperti ini. Kepalaku mulai pusing lagi jadinya. "Suami? Jangan bermimpi kamu! Devia itu milik saya! Selamanya akan jadi milik saya!"Tuhan ... pria it

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 103

    *Happy Reading*"Memang itu tujuannya," sahut Aaron tanpa beban."Eh?"A-apa maksud kamu?" Aku bertanya dengan terbata. Sayangnya, bukannya menjelaskan. Aaron malah tersenyum manis dan mengangkat bahu dengan acuh. Membuat aku kesal sekali. Apa-apaan sih dia. "Ron, jangan becanda. Ini bukan hal yang bisa kami jadikan lelucon!" Tak ayal aku pun langsung menghardiknya. "Siapa juga yang sedang becanda? Aku serius, kok.""Lalu, kenapa--""Serahin aja semuanya sama aku. Aku punya cara sendiri buat ngadepin pria brengsek itu."Sayangnya, jawaban Aaron barusan. Meski disuarakan dengan sungguh-sungguh. Tetap saja tidak bisa membuat aku tenang. Karena Aaron tidak tahu seberapa gila si duda sableng itu. "Serahin semuanya sama kamu? Jangan gila, Ron! Kamu gak tahu seberapa nekadnya dia. Khanza, anaknya dan Tita sudah menjadi korbannya. Aku gak mau kamu juga ... ikut jadi korbannya, Ron. Aku ... gak mau." Aku mencoba menyuarakan kekhawatiranku. Tanpa sadar air mataku menetes lagi. Membayangkan

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 102

    *Happy Reading*"Eugh ..." Aku melenguh pelan. Saat ingin membuka mata, tetapi tersita oleh denyut nyeri yang berasal dari kepalaku. Sakit dan pusing sekali. Rasanya benar-benar tidak nyaman. Tak lama, aku merasa sebuah tangan memijat-mijat kepalaku. Menghantarkan rasa hangat yang membuat nyaman.Setelah cukup lama. Aku pun bisa membuka mataku. Bunda lah yang pertama aku lihat dengan senyumnya yang sehangat mentari. Namun, matanya membengkak khas orang baru nangis. Kenapa? Ada apa?"Alhamdulilah, Nur. Akhirnya kamu bangun juga," ucap Bunda. Bangun? Aku emang kenapa? Aku melirik sekitarku, dan baru sadar jika ini bukan di kamarku yang ada di rumah Papa. Ini ... kayaknya di kamar rumah sakit. Lah? Kenapa aku di sini? "Bun, akh--ekhem!" Baru saja aku ingin menyuarakan rasa penasaran dalam diri. Tiba-tiba aku tercekat. Tenggorokanku sakit sekali. Seperti kekeringan dan butuh air segera. Seakan mengerti, bunda dengan cepat meraih gelas berisi air putih di nakas, dan membantuku minum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status