Share

Beken 44

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-08 06:20:12

*Happy Reading*

Dalam keadaan setengah sadar, aku mendengar suara gemuruh di sekitarku. Ramai sekali. Di antaranya suara roda berjalan diiringi suara langkah kaki yang ramai. Juga ucapan saling bersahutan beberapa orang.

"Gunting saja!"

"Bersihkan!"

"Ganti!"

"Potong!"

"Bersihkan!"

"Kita perlu darah tambahan."

Banyak lagi kata yang tak sepenuhnya aku pahami. Namun, yang pasti aku rasakan adalah, rasa kebas dan melayang seperti tak berada dalam dunia nyata.

Tak lama, kesadaranku kembali hilang. Entah berapa lama. Saat muncul lagi, aku mendengar suara tamparan keras, dan seruan marah yang kukenali sebagai suara papa. Pria tua yang sudah meninggalkanku dan mama sekian lama.

"Anda bilang, anda akan menjaganya seperti menjaga hidup anda sendiri. Lalu ini apa? Kenapa Nur bisa sampai berada di situasi ini?"

Ternyata dugaanku benar. Itu memang suara papa. Selain Intan dan nyonya Ammar. Hanya mama dan papa yang biasa memanggil aku dengan panggilan 'Nur'. Karena memang aku tidak suka sebenarnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rafita zaini
Amih kok belum update? aku nungguin looh, sampe kebawa mimpi, klo Amih triple update .........
goodnovel comment avatar
Putri Wulandari
di lanjut atuh mih jgn gantung huhuhu
goodnovel comment avatar
Angela Kim
gak bisa nebak miiih. tapi plis jgn gagal kawiiiin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 45

    *Happy Reading*Setelah dokter menyelesaikan pemeriksaannya. Papa kembali masuk bersama istrinya. Namun, kali ini tanpa Pak Vino. Entahlah, mungkin pria itu sedang ada urusan, atau sudah diusir oleh papa. Aku tidak tahu. "Bagaimana perasaan kamu? Lebih baik?"Papa duduk di dekat tempat tidurku. Sementara istrinya seperti memberi waktu untuk kami berdua untuk bicara, dengan mengambil duduk di sofa yang tak jauh dari pintu.Papa menggenggam tanganku erat dan mengusap kepalaku dengan lembut. Binar matanya memancarkan kasih sayang yang sama seperti dulu. Membuat kerinduanku semakin menjadi. Aku ingin mengangguk sebagai jawaban. Namun, terkendala oleh penyangga leher yang masih harus aku kenakan. Rasanya benar-benar tidak nyaman."Meski masih ngilu, tapi lebih baik dari pas awal siuman."Papa tersenyum lega mendengarkan. Kembali mengusap kepalaku dengan sayang. "Kalau butuh apa-apa. Jangan sungkan untuk panggil papa atau Bunda, ya?"Dari dulu, Papa memang selalu membiasakan aku menyebut

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 46

    *Happy Reading*Melihat wajah papa yang sudah keruh dan menegang, aku mencoba meminta atensinya dengan mengusap tangannya yang ada di atas tanganku. "Pa?""Papa keluar dulu, kalian ngobrol-ngobrollah yang nyaman." Tiba-tiba papa pamit. Beranjak dengan segera dan meninggalkan ruangan.Ego seorang lelaki, kalian mengerti?Melihat itu, istri baru papa pun turut pamit setelah berbasa basi sebentar dengan teman-temanku. Mungkin dia tidak nyaman di sana kalau tidak ada papa. Entahlah, aku tidak mau memikirkannya. "Wah, kayaknya bakal ada season baru, nih. Judulnya, cinta terhalang restu mertua," ceplos Nurbaeti tanpa beban. Duduk di kursi bekas papa dengan nyaman. "Nggaklah. Mana ada author bikin cerita begitu. Itu sih cerita sebelah semua." Intan menimpali, seraya berdiri di sebelahku yang lain, berhadapan dengan Nurbaeti. Sementara suami-suami mereka, dengan setia mengikuti dan berdiri tak jauh di sebelah mereka. "Kali aja author bosen sama genre romcom, terus ganti genre jadi termeh

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 47

    *Happy Reading*Ammar menghela napas panjang dan berat seraya melirik istrinya. Saat akhirnya aku meminta konfirmasi akan info yang Nurbaeti bawa beberapa menit lalu. Aku memang meminta Nurbaeti menelpon Ammar dan menyuruhnya kembali, agak bisa aku introgasi lebih lanjut. Bagaimana pun, aku tidak ingin sampai ketinggalan info penting lagi soal Pak duda. Selama ini, Aku merasa sudah terlalu banyak kecolongan. Mengejar Pak Duda jelas bukan pilihan tepat saat ini. Mengingat kekecewaan Papa yang sudah pasti akan menjauhkan kami. Lebih dari itu. Si papah sendiri memang suka sekali main rahasia-rahasiaan sama aku. Bisa botak aku lama-lama kalau dibikin penasaran terus. Nah, mumpung ada yang bisa aku tanyai. Kenapa gak aku manfaatkan, ya kan?"Sayang, aku kan udah bilang. Jangan beritahu teman-teman kamu dulu perihal hal ini," keluh Ammar masih menatap istrinya. "Ya gimana, ya? Mereka kan sahabat aku, Mas. Mana bisa aku diem aja soal ini." Nurbaeti menyahut enteng. "Apalagi, ini berhubu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 48

    *Happy Reading*Bukan demi Kak Diana, Bukan juga demi Tita. Ternyata, selama ini Pak Vino mendekatiku tidak lain dan tidak bukan hanyalah demi ibunya. Ah, mungkin lebih tepatnya, demi sumsum tulang belakang yang dia butuhkan untuk sang ibu, Gita. Entahlah. Aku tidak tahu dari mana Ammar mendapat data-data selengkap ini. Yang jelas, di amplop yang Ammar berikan. Jelas tertulis hasil test pencocokan sumsum tulang belakangku dan Bu Gita, yang ternyata sedang mencari pendonor sejak setahun yang lalu. Jadi semua kebaikan mereka selama ini palsu? Mungkin saja! Aku sendiri tidak bisa menyimpulkan apa pun saat ini. Yang jelas, semua data yang Ammar berhasil kumpulkan. Semuanya memang mengarah pada kebaikan yang memang menginginkan timbal balik. Lebih dari itu. Gosip yang sedang menimpa Pak Vino sepertinya benar adanya. Karena dari laporan anak buah Ammar. Pak Vino ternyata memang memiliki hubungan spesial dengan aktris tersebut sejak dua tahun yang lalu.Luar biasa, kan? Pria itu ternyata

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 49

    *Happy Reading*"Sudah?"Aku mengangguk kaku, sebagai jawaban atas pertanyaan Papa barusan. Pria paruh baya itu pun lalu tersenyum hangat, sebelum jauhkan sedotan dan gelas yang baru saja aku gunakan. Kemudian meletakkannya di atas nakas. "Ada hal lain lagi yang kamu inginkan?" Papa bertanya kembali dengan perhatian. Namun, kali ini aku jawab dengan gelengan kaku. Gerakan kepalaku memang masih sangat terbatas, akibat penyangga leher yang masih harus aku gunakan. Papa kembali tersenyum, lalu mengusap kepalaku dengan sayang. Duduk di pinggiran tempat tidur dan merapikan selimut yang kugunakan."Pa?""Ya?""Papa gak ngajar?" Tanya itu pun akhirnya lolos, setelah beberapa hari ini aku tahan. Bukan aku tak suka melihat papaku di sini. Tetapi, bukannya papa harusnya sudah kembali mengajar. Sekolah sedang tidak libur panjang, kan?"Papa cuti," ungkap Papa kemudian. "Cuti?""Ya. Papa cuti. Khusus buat nemenin kamu di sini." Papa menjawab tanpa beban. Masih dengan senyum hangatnya. Sayang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 50

    *Happy Reading*"Devia ... jangan menangis. Saya tahu, saya salah. Saya minta maaf," lirih Pak Vino kemudian. Setelah lama tertegun melihat air mataku yang mengalir tanpa bisa aku halau lagi. Konyol! Kalau bukan menangis, lalu aku harus apa? Tertawa? Menertawakan apa? Kebodohanku? Atau, apa?"Saya tidak butuh maaf dari Bapak," sahutku ketus. Kembali mengalihkan tatapan ke sembarang arah. "Lalu saya harus apa? Saya juga--""Pergi!" selaku cepat dengan tegas. "Devia, please ... tidak bisakah kamu memberi saya waktu untuk bicara. Menjelaskan semuanya. Saya juga punya alasan sendiri, Devia. Tolong! Biarkan saya menjelaskan semuanya.""Dan menipu saya lagi?" tukasku sengit. Membuat Pak Vino langsung memejamkan mata dengan erat dan mengerang tertahan. "Devia. Tolong! Saya tahu, saya salah. Saya menipu kamu dan mempermainkan perasaan kamu, tapi--""Terima kasih untuk pengakuannya. Itu lebih dari cukup menjelaskan semuanya." Kembali aku menyela cepat. Tak ingin mendengar alasan apa pun da

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 51

    *Happy reading*"Katakan! Apa maksud dan tujuan kamu sebenarnya mendekati Devia?" Pak Vino semakin mendesak, saat Reyn tak langsung menjawab pertanyaannya.Sementara aku, sudah memutar mata malas entah sejak kapan, melihat sikap si duda yang anoying itu. Dia kenapa, sih? Cemburu? Atas dasar apa?"Hanya bekerja." Reyn akhirnya memberikan jawaban. Masih dengan sikap datarnya."Jangan bohong! Saya tidak akan pernah percaya.""Aku juga tidak butuh anda percaya," balas Reyn acuh.Pak Vino mengerang tertahan menatap Reyn. Kesal dengan sikap pria bule yang tidak bisa dia intimidasi itu. Rasain!"Kalau begitu jangan dekat-dekat dengan Devia!" hardik Pak Vino kemudian dengan garang. "Apa hak anda?" Reyn bertanya dengan tenang. "Saya calon suaminya Devia!" Tidak tahu malu! Masih saja seenaknya mengklaim aku begitu, setelah apa yang sudah dia lakukan. Dasar duda gila!Lihatlah. Reyn saja tersenyum miring mendengar hal itu. Bule berparas ganteng itu lalu menyilangkan tangan di depan dada denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 52

    *Happy Reading*"Reyn, makasih ya, udah bantu usir pria itu." Aku berusaha membuka obrolan. Saat akhirnya tinggal berdua dengan bule kembaran kulkas itu. Tadi, si duda sableng memang sempat ngamuk lagi melihat sikap perhatian Reyn padaku. Namun, bule itu bisa mengatasi dengan apik, bahkan mengusirnya. "Jangan egois! Anda saja bisa dekat bahkan tidur bareng dengan beberapa wanita lain di luar sana. Kenapa Devia harus menjaga hati anda? Sebelum dia benar-benar jadi milik anda. Dia berhak didekati pria mana pun. Khususnya saya, yang memang sudah menjadi bodyguardnya. Kalau memang tidak terima, miliki dia secara hukum dan agama."Paka Vino hanya bisa mengerang tertahan, lagi-lagi tertohok dengan ucapan Reyn. Setelah itu, pergi begitu saja dengan wajah merah luar bias menahan amarah. Okeh, back to saat ini.Reyn melirikku sekilas, sebelum kembali fokus pada layar ponselnya. Meski begitu, dia tetap menjawab, "Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya bekerja." "Bekerja? Jadi ... kamu bene

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 4

    *Happy Reading*"Ada elu, Nur? Kapan pulang? Betah banget lo di negeri orang? Eh, gue ngomong begini lo masih ngarti, kagak?" celoteh Mak Kanjeng, saat menemukan aku di Rumah Nurbaeti. Nanti sore akan ada acara perayaan ulang tahun Arshaka, anaknya Nurbaeti. Makanya aku ceritanya sedang bantu-bantu di sini, gaes. Mumpung aku sedang di Indonesia. Mendengar celotehan Mak Kanjeng. Aku nyengir saja. Lalu menghampirinya dan mencium punggung tangannya dengan hormat. "Ngerti dong, Mak. Bahasa betawi kan udah mendarah daging di Nur. Yee kan? Lagian Nur kan nikahnya sama orang Indo juga. Jadi sekalipun tinggal di luar negeri. Kami tetep menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian.""Owh ... gitu." Mak Kanjeng bergumam. "Syukur dah kalau gitu. Jadi gue gak usah buka kamus kalau ngomong sama lo. Soalnya gue pan gak ngerti bahas bule. Taunya yess sama no, doang. Eh, sama money dah gue juga tahu."Dasar Mak Kanjeng. Kalau soal cuan aja. Mau pake bahasa apa pun ngerti aja. Dasar emak-emak. "I

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   extra part 3

    *Happy Reading*"Bang, kayaknya kamu harus mulai miara tuyul, deh.""Tuyul? Buat apa?""Buat tambah-tambah penghasilan biar bisa beli pabrik celana dalam. Aku capek loh beli banyak bisa seminggu sekali. Kamu robekin terus," omelku, seraya memungut kain segitiga yang tadi Aaron robek saat percintaan. Menunjukannya pada pria itu yang kini malah tertawa terbahak di tempatnya."Maaf, Sayang." Aaron menarik pinggangku posesif. "Habisnya tadi udah gak tahan." Dia mencium pipiku dengan mesra. Hilih! Alesan saja. Perasaan mau slow motion atau grasak-grusuk motion pun. Tetap aja memang dia mah sukanya robekin celana aku. Bikin aku keabisan semvak mulu!"Turunin CD gak sampai dua jam loh, Bang.""Tetep lama buat aku, Sayang. Namanya udah gak tahan gimana, sih? Aku gak mau buang satu detik pun buat merasakan kamu, sayang.""Hih! Otakmu itu emang isinya nana nina mulu kalau sama aku." Aku mencibirnya dengan kesal."Emang!" Aaron tak menampik. "Kalau liat kamu, otak aku emang auto pengen ngungkep

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*"Ya! Cukup untuk hari ini. Terima kasih dan see u tomorrow."Akhirnya hari ini berakhir. Aku mendesah lega kemudian segera merenggangkan tubuh sejenak demi untuk meredakan lelah yang menggelayuti tubuh. "Dev?" Celine, asistenku menghampiri seraya menyerahkan ponselku. "Aaron sejak tadi menghubungi," beritahunya, kemudian membuka botol kemasan yang dibawanya untukku. Senyumku pun langsung terurai lebar."Thanks, Celine." Aku menerima minuman darinya dengan senang hati, seraya mengecek ponsel. Ada lima panggilan tak terjawab dari Aaron. Sepuluh chat dari orang yang sama. Sisanya spam operator dan chat-chat dari sahabat, keluarga, dan beberapa nomor baru yang ingin memakai jasaku untuk produk mereka. Ya! Sebulan setelah menikah. Aku memang sudah kembali ke depan kamera. Menjadi model seperti sebelumnya, sekaligus menjadi Brand ambasador prodak kecantikan milik Aika. Mengabaikan nomor-nomor yang mencoba menjalin bisnis, yang pastinya sudah mendapat auto replay untuk

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*"Ya ampun. Beneran gak bisa berenti nangis, ya? Udahan kenapa, Yang? Kasian loh mata kamu." Aaron kembali memberikanku sehelai tissu kering, saat lagi-lagi air mataku mengalir tanpa bisa ku tahan. "Aku juga maunya berenti, Bang. Capek tahu, nangis kayak gini terus. Capek juga benerin riasannya. Tapi ... tapi ... mau gimana lagi. Aku masih gak percaya sama semua yang terjadi. Aku terharu parah. Kamu sih, ngasih kejutannya gak kira-kira! Kan aku ... aku ....""Nah? Nah? Kan? Minum dulu, minum dulu." Aaron lalu memberikan aku sebuah minum di botol. "Udah tahu suara hampir ilang. Masih aja ngomel," tambahnya disela kegiatan membantu aku minum lewat sedotan. "Aku gak ngomel, Abang!" Aku melayangkan protes dengan suara yang sebenarnya udah sengau. Kebanyakan nangis tadi bersama Intan dan Nurbaeti. "Lalu?""Menyuarakan kekesalan sama Abang aja.""Lah? Jadi, gak suka nih sama kejutan dari aku?" tuduh Aaron."Sukalah! Ya kali!" Aku menyahut cepat."Terus?""Gak ada terus-ter

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 106

    *Happy Reading*Aku sudah siap! Sudah cantik sekali dengan gaun mahal yang Aika bawa, serta riasan sempurna hasil tangan MUA profesional yang juga Aika bawa. Pokoknya, aku sudah siap muncul menghipnotis semua tamu undangan malam ini. Akan tetapi, sayang mempelaiku tak kunjung datang menjemput. Meski ini sudah tiga jam berlalu sejak kepergiannya. Sang mempelai pria masih belum diketahui rimbanya. Membuat aku harus menunggu dengan hati gusar luar biasa. "Ck, ke mana, sih? Perasaan tadi bilangnya gak nyampe dua jam. Tapi ini kok malah gak muncul-muncul? Mana sekarang gak ada yang aktif lagi nomor-nomornya. Minta diuleg emang nih para pria berbiji."Lihat saja! Bahkan Aika yang awalnya santai, kini mulai emosi dan ngomel-ngomel pada ponselnya. Pun Papa yang sudah tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Sementara para ibu-ibu, terlihat saling merangkul untuk saling menguatkan.Tolong jangan ditanya bagaimana kondisiku. Karena meski tampilanku sudah cetar membahana mengalahkan ratu sejagad.

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 105

    *Happy Reading*Seperti yang sudah-sudah. Setelah puas menangis, aku tertidur. Akan tetapi tidak lama. Karena tiga puluh menit kemudian, bunda membangunkanku dan menyuruh bersiap untuk resepsi pernikahan yang akan segera di mulai. Entahlah. Aku gak tahu lagi harus bilang apa sekarang. Aku bingung harus sedih atau senang menerima pernikahan ini. Di satu sisi, tentu saja aku senang. Akhirnya bisa menikah dan melepas masa lajangku dengan pria sebaik Aaron. Akan tetapi di sisi lainnya. Aku juga sedih karena harus menikah secepat ini, tanpa kehadiran sahabat-sahabatku, juga merasakan euforia pranikah seperti mereka. Dari mulai lamaran, menunggu ijab kabul, dan pusing mengurusi pesta pernikahan. Aku kehilangan semua momen itu. Bagaimana tidak. Seingatku aku hanya pingsan seharian, pas bangun semua udah jadi aja. Rasanya kayak ... gimana, ya? Pokoknya aku gak merasakan euforia apa pun dalam pernikahan ini. Meski aku tahu dan mengerti pasti kenapa harus begini jalannya. Tetap saja, rasanya

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 104

    *Happy Reading*Saat mendengar suara Malvino. Aku refleks mencari pegangan dan meremas tangan Bunda yang kutemukan di pangkuan. Aku takut! Takut sekali!"Coba saja kalau bisa. Gue tunggu!" Berbeda denganku. Sepertinya ancaman Malvino tidak berpengaruh apa pun untuk Aaron. Pria itu menjawab lugas tanpa rasa takut sedikit pun. "Kamu? Siapa kamu? Kenapa ponsel Devia ada pada kamu?" Malvino yang mendengar sahutan ternyata bukan dariku. Tentu saja langsung bertanya dengan penasaran. "Gue suaminya Devia." Aaron masih menjawab dengan santainya. Sementara aku makin gusar di tempatku. Bunda bahkan sampai harus merangkul dan membisikan kata tenang berkali-kali. Karena tanpa sadar tubuhku sudah bergetar hebat mendengar percakapan itu. Sepertinya Malvino sudah membuat aku trauma parah. Bahkan hanya mendengar suaranya saja, aku sudah ketakutan seperti ini. Kepalaku mulai pusing lagi jadinya. "Suami? Jangan bermimpi kamu! Devia itu milik saya! Selamanya akan jadi milik saya!"Tuhan ... pria it

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 103

    *Happy Reading*"Memang itu tujuannya," sahut Aaron tanpa beban."Eh?"A-apa maksud kamu?" Aku bertanya dengan terbata. Sayangnya, bukannya menjelaskan. Aaron malah tersenyum manis dan mengangkat bahu dengan acuh. Membuat aku kesal sekali. Apa-apaan sih dia. "Ron, jangan becanda. Ini bukan hal yang bisa kami jadikan lelucon!" Tak ayal aku pun langsung menghardiknya. "Siapa juga yang sedang becanda? Aku serius, kok.""Lalu, kenapa--""Serahin aja semuanya sama aku. Aku punya cara sendiri buat ngadepin pria brengsek itu."Sayangnya, jawaban Aaron barusan. Meski disuarakan dengan sungguh-sungguh. Tetap saja tidak bisa membuat aku tenang. Karena Aaron tidak tahu seberapa gila si duda sableng itu. "Serahin semuanya sama kamu? Jangan gila, Ron! Kamu gak tahu seberapa nekadnya dia. Khanza, anaknya dan Tita sudah menjadi korbannya. Aku gak mau kamu juga ... ikut jadi korbannya, Ron. Aku ... gak mau." Aku mencoba menyuarakan kekhawatiranku. Tanpa sadar air mataku menetes lagi. Membayangkan

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 102

    *Happy Reading*"Eugh ..." Aku melenguh pelan. Saat ingin membuka mata, tetapi tersita oleh denyut nyeri yang berasal dari kepalaku. Sakit dan pusing sekali. Rasanya benar-benar tidak nyaman. Tak lama, aku merasa sebuah tangan memijat-mijat kepalaku. Menghantarkan rasa hangat yang membuat nyaman.Setelah cukup lama. Aku pun bisa membuka mataku. Bunda lah yang pertama aku lihat dengan senyumnya yang sehangat mentari. Namun, matanya membengkak khas orang baru nangis. Kenapa? Ada apa?"Alhamdulilah, Nur. Akhirnya kamu bangun juga," ucap Bunda. Bangun? Aku emang kenapa? Aku melirik sekitarku, dan baru sadar jika ini bukan di kamarku yang ada di rumah Papa. Ini ... kayaknya di kamar rumah sakit. Lah? Kenapa aku di sini? "Bun, akh--ekhem!" Baru saja aku ingin menyuarakan rasa penasaran dalam diri. Tiba-tiba aku tercekat. Tenggorokanku sakit sekali. Seperti kekeringan dan butuh air segera. Seakan mengerti, bunda dengan cepat meraih gelas berisi air putih di nakas, dan membantuku minum

DMCA.com Protection Status