Share

Mengacaukan Sidang

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 22:01:44

Sidang pertama perceraian Elena dan Gio akan dimulai hari ini. Ruang sidang terasa begitu luas dan dingin, temboknya tinggi menjulang dengan pilar-pilar megah yang menciptakan kesan sakral sekaligus menekan.

Elena sudah tiba tiga puluh menit lebih awal, duduk dengan punggung tegak di bangku yang terasa lebih keras dari biasanya.

Tangannya bertaut di pangkuan, jemari saling mencengkeram erat, tetapi wajahnya tetap tenang—sebuah topeng yang telah ia kenakan selama ini.

Hakim, seorang pria paruh baya dengan sorot mata penuh wibawa, akhirnya berbicara, suaranya menggema di ruangan.

"Nyonya Elena yang terhormat. Apakah Anda sudah yakin dengan keputusan Anda untuk bercerai dengan Tuan Gio?"

Elena mengangkat dagunya sedikit lebih tinggi. Matanya menatap lurus ke arah hakim, tanpa keraguan.

"Ya, Yang Mulia," jawabnya, suaranya tegas meskipun dadanya bergetar. "Saya tidak ingin mempertahankan hubungan yang sudah tidak sejalan, terlebih lagi dia telah mengkhianati saya."

Hakim mengangguk-angguk
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
liclk amaat kamu gio
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
ya udah sihhh kalo kamu tau Elena selîngkuh kalo berani ya ceraikan sana jangan sok malah berlaku sebaliknya...
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
gio manggil sayangku utk elena? preettt lah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Polemik sejak Lama

    “Karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah membiarkanmu bersama dengan Karl, Elena!” desis Gio, suaranya serupa angin beracun yang merayapi kulit.Matanya membara, menelusuri setiap lekuk wajah Elena dengan ketajaman obsidian yang dingin.Wanita itu mendengkus, dadanya naik-turun menahan gejolak amarah yang mendidih di balik tulang rusuknya.“Kau benar-benar egois, Gio! Kau selalu memikirkan dirimu sendiri, menempatkan kebahagiaanmu di singgasana tertinggi, sementara aku harus merangkak dalam penderitaan!” Suaranya pecah, menggema seperti kaca yang terhempas ke lantai marmer.“Oh, tentu saja.” Gio tertawa kecil, sebuah tawa yang lebih mirip belati tipis yang mengiris udara di antara mereka.“Aku akan selalu menghalangi hubunganmu dengan Karl. Jangan pernah bermimpi, Elena, karena cinta kalian hanyalah ilusi yang akan kuhancurkan sebelum sempat tumbuh menjadi kenyataan.”Elena menatapnya, pupilnya melebar, seolah mencari sisa-sisa kebijaksanaan dalam tatapan pria itu.Namun, yang d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah tidak Tahan lagi

    Karl menatap Elena dengan mata teduh, seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu dalam benaknya.Kemudian, dengan suara yang tak tergesa-gesa, ia berkata, “Ya. Kami memang satu sekolah dulu.”Elena menahan napas, menunggu kelanjutannya.“Dan, ya, Gio memang tampak tidak menyukaiku. Aku bisa merasakannya dari dulu. Tapi aku membiarkannya, tak pernah meladeninya.”Karl menghela napas, suaranya terdengar datar, tetapi ada sesuatu yang tersembunyi di balik nada bicaranya—sebuah ketenangan yang terasa begitu kontras dengan kekacauan yang ada di kepala Elena.Elena menatap Karl, mempelajari ekspresinya. Pria itu tampak tak terpengaruh, seolah masa lalu yang baru saja terkuak itu bukanlah hal yang penting baginya.Namun, di sisi lain, Elena merasa ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mungkin tak pernah Karl ungkapkan.“Itu sebabnya dia mendekatiku karena dia tahu, aku menyukaimu sejak kuliah. Tapi, dia juga malah mengkhianatiku. Aku tidak mengerti dengan cara pikirnya seperti apa.”Elena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Permainan yang Gio Mulai Sendiri

    Satu bulan yang lalu…Langit senja menggoreskan semburat jingga di balik jendela luas kantor Karl, tetapi atmosfer di dalam ruangan itu justru terasa pekat, penuh ketegangan yang seolah menyesakkan udara.Gio berdiri di hadapan Karl dengan rahang mengatup, matanya menyala penuh amarah yang ditahan.“Aku tidak akan membiarkan Elena jatuh ke pelukanmu, sampai kapan pun!” suaranya terdengar tajam, seperti bilah pisau yang berusaha menusuk pertahanan Karl.Karl, seperti biasa, hanya menanggapinya dengan santai. Ia bersandar di kursinya, tangan bertaut di depan dada, menatap Gio dengan sorot mata tenang yang justru semakin membakar emosi pria itu.“Oh ya?” jawabnya datar, seakan tak terpengaruh oleh amukan Gio.Gio mendengkus, kesal melihat ekspresi tak acuh Karl. “Bukankah kau sendiri yang telah membuka peluang untukku mengambil Elena darimu?” ucapnya, suaranya dipenuhi nada kemenangan, meski samar-samar ada jejak frustrasi di sana.Karl masih tetap tenang. Namun, saat nama Jesika meluncu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Itulah Rencanaku

    “Hi, Gio? Bagaimana sidang ceraimu? Apakah berjalan dengan lancar?” Jesika membuka percakapan dengan suara yang terdengar ringan, tetapi matanya mengabarkan badai yang mengendap di sudut-sudut jiwanya.Gio, yang duduk di balik meja kerja dengan bahu sedikit menegang, mengangkat kepalanya. Tatapannya kelam, sekelam kabut yang menyelimuti fajar yang enggan datang.“Aku akan memperbaiki semuanya dengan Elena,” katanya datar, nyaris tanpa nyawa, seakan kalimat itu bukan miliknya, melainkan sebuah keputusan yang telah diukir takdir di atas batu dingin.Jesika, yang baru saja meletakkan beberapa dokumen di hadapan pria itu, hanya menatapnya sekilas, sekilas saja.“Ya, aku tahu.” Suaranya lirih, tapi bukan karena rapuh—melainkan karena terlalu lelah untuk menyampaikan lebih dari yang seharusnya.Gio mengerutkan kening. Ada sesuatu yang tidak biasa di sana—sebuah nada yang begitu asing hingga terasa mengganggu."Apa maksudmu?" tanyanya, curiga merayapi dadanya seperti bayangan panjang di sore

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Skakmat Federick

    Jesika melangkah memasuki gedung The Union dengan penuh keyakinan, sepatu hak tingginya beradu dengan lantai marmer yang mengilap, menciptakan dentingan halus yang berpadu dengan suara detak jam di dinding.Tangannya menggenggam map berisi CV lamaran, seakan itu adalah kunci menuju masa depannya.Matanya menelusuri koridor megah dengan lampu kristal bergelayut di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang berkilau seperti serpihan bintang.Saat dia akhirnya tiba di depan pintu berukir elegan bertuliskan CEO, hatinya bergetar samar.Jemarinya yang ramping mengetuk permukaan kayu mahoni dengan ritme ragu, seolah mencoba menyesuaikan diri dengan napasnya yang tiba-tiba terasa lebih berat.Namun, yang menyambutnya bukanlah Karl.Seorang pria dengan rahang tegas dan mata sekelam badai berdiri di sana, sorot matanya menusuk seperti belati yang menyusup ke dalam ruang pribadi seseorang tanpa izin.Dingin, berwibawa, dan penuh teka-teki. Jas hitam yang dikenakannya tampak begitu pas, mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Mencoba Menantang Maut

    “Selera Karl terlalu rendah jika menyukai Elena, wanita yang bahkan oleh Gio pun dibuang!” Suara Jesika meluncur tajam seperti belati yang terhunus di udara, sarat dengan ejekan dan kepedihan tersembunyi.Matanya menyala penuh perlawanan, bibirnya menipis dalam kemarahan yang ia tahan sekuat tenaga.Federick, alih-alih tersinggung, justru meledak dalam tawa. Tawa rendah yang menggema di dalam ruangan, bergetar dengan nada mengejek.“Justru Gio salah pilih lawan, Jesika.” Ia mengangkat dagunya, menatap Jesika seolah sedang menikmati kejatuhan lawannya.“Dia telah mengkhianati Elena, dan ternyata Elena memiliki pria dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari Gio.”Ia menyipitkan matanya, membiarkan kata-katanya menancap di benak Jesika sebelum mengakhirinya dengan senyum penuh kemenangan. “See? Jangan berharap kau bisa merebut Karl dari Elena!”Jesika mengepalkan tangannya erat, jemarinya bergetar dalam amarah yang berusaha ia tekan. Rahangnya mengeras, menahan keinginannya untuk melaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Ada Gio di Restoran Elena

    “Kau tidak ingin bangun, hm?”Bisikan Karl meluncur lembut di udara, suaranya sarat dengan kemanjaan dan ketertarikan yang menguar begitu dekat.Jemarinya yang besar dan hangat melingkar di perut Elena, menahan tubuh mungil itu di dalam dekapan paginya.Bibirnya yang sedikit kasar akibat semalaman penuh ciuman mengusik wajah Elena berkali-kali, menelusuri pipinya, kelopak matanya, hingga sudut bibir yang masih tertutup rapat dalam kantuk.Elena menggeliat pelan, tubuhnya seakan tenggelam dalam ranjang yang masih dipenuhi kehangatan sisa semalam.“Eum…” Suara lirihnya lebih mirip desahan malas daripada jawaban.Perlahan, matanya yang kecokelatan membuka, lalu menoleh ke samping, di mana Karl masih terbaring dengan mata mengamati setiap pergerakannya.“Pukul berapa ini?” tanyanya dengan suara serak, lebih mirip gumaman yang terseret di antara kesadarannya yang masih berkabut.Karl tersenyum kecil, jemarinya bermain di helaian rambut Elena yang sedikit berantakan. “Pukul satu siang.”“Wh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anggap Saja Sedang Bulan Madu

    Hening.Elena membeku di tempatnya. Tangannya yang semula hendak meraih parfum di atas meja berhenti di udara.Ada sesuatu dalam nada suara Karl yang membuat dadanya sesak. Sebuah tuduhan, sebuah peringatan, dan yang lebih menyakitkan… kebenaran yang tak ingin ia akui.Karl tetap menatapnya, ekspresinya tak terbaca. Namun, jemarinya yang besar terangkat, perlahan menyentuh bahu Elena sebelum turun ke lengannya.Ia tidak mengatakan apa pun lagi, tapi genggamannya yang sedikit menekan di kulitnya mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini belum selesai.Elena menghela napas panjang, dadanya naik turun dengan berat seakan beban yang menghimpitnya enggan enyah.Tatapannya menerawang, menembus batas ruang dan waktu, seolah berusaha mencari jawaban di balik gemerlap lampu kamar yang samar.“Sampai aku dan Gio resmi berpisah,” suaranya lirih, hampir tenggelam di antara detak jam dinding yang terasa lebih nyaring daripada biasanya.Ia menutup mata sesaat, sebelum bibirnya kembali bergerak, kali ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Cemas Melanda Karl

    Karl menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam, rahangnya mengatup rapat. Setiap detik yang berlalu tanpa balasan dari Elena semakin menambah kecemasannya.“Elena tidak menjawab panggilanku. Dan aku tidak tahu pergi ke rumah sakit mana dia,” ucap Karl, suaranya terdengar geram dan penuh kegelisahan.Federick yang sedang duduk di seberangnya menaikkan alis, wajahnya tampak bingung. “Elena sakit? Sakit apa? Bukankah dia sedang sidang cerai?”“Ya. Thomas bilang padaku jika Elena pamit ke rumah sakit dan tidak bisa ikut dengannya ke kantorku. Tapi, sampai saat ini Elena masih belum menerima panggilan dariku. Ada apa dengannya?”Karl semakin gelisah. Pikirannya penuh dengan skenario buruk yang terus-menerus bermain di kepalanya. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia baik-baik saja? Mengapa tidak ada kabar sedikit pun darinya?Karl mencoba sekali lagi menghubungi Elena, menunggu dengan sabar sambil mendekatkan ponsel ke telinganya. Tapi, panggilan itu tetap berakhir tanpa jawaban.Federic

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Tujuh Minggu

    “Selamat siang, Tuan Karl.”Karl, yang duduk di belakang meja besar dari kayu ek, mengangkat kepalanya dari dokumen yang tengah dibacanya.Matanya menyipit sedikit sebelum bibirnya melengkung tipis, seolah menunggu kabar yang sudah ia duga sebelumnya."Bagaimana sidangnya, Thomas?" tanyanya, nada suaranya santai namun penuh arti.Thomas tersenyum lebar, melangkah lebih dekat dengan keyakinan penuh. "Sudah selesai, Tuan Karl. Seperti yang sudah saya janjikan pada Anda, semuanya beres dalam sehari, bahkan hanya tiga jam." Suaranya mengandung kebanggaan yang tak bisa disembunyikan.Karl menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Thomas dengan tatapan penuh penilaian."Aku tidak percaya jika bukan dari Elena langsung yang memberitahuku, kau tahu?" ujarnya, separuh bergurau.Thomas hanya mengangkat bahunya santai sebelum merogoh map cokelat dari tas kerjanya."Yeah, bahkan saya membawakan salinan akta cerainya untuk Anda," ucapnya seraya meletakkan dokumen itu di atas meja.Karl menatap do

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sidang Putusan

    Elena bergegas menuju pengadilan dengan langkah cepat. Hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi—antara kegelisahan karena sidang yang akan segera dimulai dan rasa penasaran tentang apa yang ingin disampaikan Thomas.Begitu tiba di gedung pengadilan, ia langsung menuju ruang pertemuan yang telah disiapkan. Di sana, Thomas sudah menunggunya, duduk dengan tenang di balik meja yang dipenuhi dokumen-dokumen penting."Halo, Thomas," sapa Elena, mencoba terdengar tegar meskipun hatinya masih sedikit bergetar.Thomas mengangkat kepalanya dan menyambutnya dengan senyum profesional. "Halo, Nona Elena. Silakan duduk dulu."Elena menurut, menarik kursi dan duduk di hadapan pengacara yang dipercaya Karl untuk menangani kasusnya.Ruangan itu terasa begitu sepi, hanya ada mereka berdua—tanda bahwa pembicaraan ini sangat penting dan tidak boleh sembarangan didengar orang lain."Ada apa, Thomas?" tanya Elena, tidak sabar ingin mengetahui alasan Thomas memintanya datang lebih awal.Thomas menatap

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kondisi yang tak Biasanya

    Langkah Federick terdengar mantap saat ia memasuki gedung The Blue Company. Setelan hitamnya rapi, namun ada ketegangan tersirat dalam gerak-geriknya.Ia tidak membuang waktu, langsung menuju ruang kerja Karl yang berada di lantai tertinggi.Di dalam ruangan luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota, Karl tengah duduk di kursinya, jemarinya menari di atas meja, seolah sedang tenggelam dalam pikirannya.Namun, begitu mendengar suara langkah Federick mendekat, ia mengangkat kepalanya.“Ada yang ingin aku sampaikan padamu.”Karl menatap Federick sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai, seolah sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan pria itu.“Kau ingin memberitahuku bahwa Gio datang kembali ke restoran Elena, kan?”Federick menahan ekspresinya, meskipun sedikit terkejut dengan ketajaman insting Karl. Ia mengangguk. “Ya. Dia menyerang Maia secara personal karena tidak ingin memberitahu di mana Elena berada.”Karl menghela napas, matanya menyipit s

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Menyiapkan Rencana

    “Di mana Elena?”Suara Gio menggema di dalam restoran yang mulai sepi. Langkah kakinya terdengar berat saat ia masuk dengan ekspresi penuh amarah dan frustasi.Sudah kesekian kalinya ia datang ke sini, tapi hasilnya tetap sama. Bukan Elena yang ia temui, melainkan Maia—yang kini hanya bisa menghela napas lelah, seolah sudah muak dengan kehadiran pria itu.“Sudah kubilang padamu, Gio,” ucap Maia, suaranya terdengar tegas dan tanpa ragu. “Elena tidak datang ke restoran bahkan sejak dua minggu yang lalu!”Gio memicingkan mata, rahangnya mengencang. “Dan kau pasti tahu ke mana dia pergi, kan?” matanya menatap tajam, penuh kecurigaan.“Aku tahu Karl juga tidak datang ke kantor selama dua minggu ini. Mereka pasti sedang pergi bersama, kan?”Maia tetap berdiri tegak, menatap pria di depannya dengan ekspresi datar. Sudah berapa kali dia harus menghadapi Gio yang keras kepala ini?“Gio,” Maia menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. “Elena sudah tidak mau kembali padamu—”“Karena otaknya sud

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Over Obsessed with You

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit, memberikan kesan elegan dan eksklusif.Alunan musik jazz yang lembut mengisi udara, berpadu dengan aroma steak yang menggoda selera.Di dalam ruang VIP yang tertutup rapat, hanya ada mereka berdua—terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar, seolah hanya mereka yang ada di dunia ini.Elena menyesap anggur merah di gelasnya dengan pelan, matanya sesekali melirik pria di hadapannya yang begitu tenang, seakan tidak ada satu pun masalah yang mampu mengguncang kehidupannya. Karl memang seperti itu—penuh rahasia, penuh misteri."Apa kau tidak takut ada yang melihat kita di sini?" tanyanya, menatap sekeliling dengan sedikit gelisah.Karl hanya menyunggingkan senyum tipis, matanya menatap Elena dengan tatapan percaya diri yang khas. "Aku sengaja memesan ruang VIP agar tidak ada yang melihat kita. Tapi, jika ada yang melihat pun, aku tidak takut."Elena menghela napas. Karl dan ketidakpeduliannya terhadap

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Biar Waktu yang Menjawab

    “Kau berbeda, Elena.” Mata Karl menatap lekat wajah Elena, seolah berusaha menelusuri hingga ke dasar hatinya.Sorot matanya penuh ketulusan, mencoba meyakinkan wanita itu bahwa setiap kata yang terucap lahir dari lubuk hatinya yang paling dalam.Napasnya terdengar berat, seolah menyimpan banyak hal yang ingin diungkapkan namun terhalang oleh waktu."Kau adalah wanita yang mampu membuat semua rencana yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya menjadi hal yang mesti aku pikirkan."Suaranya serak, namun tetap terdengar penuh keyakinan.Jarinya yang kasar menggenggam tangan Elena dengan erat, seakan ingin menyampaikan bahwa ia tidak akan pernah melepaskannya.Ada kehangatan yang meresap, menjalar hingga ke relung hati Elena yang paling rapuh.Elena masih bergeming. Sorot matanya beradu dengan milik Karl, namun bibirnya tetap terkunci.Ia hanya merasakan genggaman dari tangan Karl yang begitu erat, seolah memohon agar ia tetap tinggal. Detak jantungnya berpacu, tak menentu."Aku ingin memili

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Berhasrat Selain Denganmu

    Malam telah tiba. Langit pantai dihiasi bintang-bintang yang redup, sementara gelombang laut memecah keheningan dengan suara lembut yang teratur.Aroma garam bercampur dengan bau minuman alkohol yang tumpah, menguar dari gelas-gelas pesta yang berserakan.Lampu-lampu warna-warni berkilauan, menari-nari di atas pasir, menciptakan ilusi yang kontras dengan kegelapan malam.Musik dari DJ berdentum memekakkan telinga, membuat detak jantung terasa berpacu dengan irama bass yang menghentak.Orang-orang tertawa, menari liar, dan melupakan dunia sejenak dalam euforia pesta yang tak mengenal batas.Namun, di sudut yang agak sepi, di bawah bayang-bayang pohon kelapa yang bergoyang ringan diterpa angin, Elena dan Karl berdiri dalam ruang kecil yang seolah terpisah dari hiruk-pikuk.Hanya ada mereka berdua, terjebak dalam keheningan yang jauh lebih bising daripada suara musik yang memekakkan.Mata Elena menatap Karl, sorotnya tajam tetapi rapuh. Ia menarik napas pelan, tetapi berat—seperti sedang

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Perjalanan yang Menantang

    “Kau mau membawaku ke mana, Karl?” tanya Elena, suaranya sedikit terangkat untuk melawan suara deru mesin speedboat yang membelah permukaan laut biru.Karl menoleh sejenak, matanya yang tajam namun hangat memandang Elena sebelum kembali fokus pada kemudi.“Pergi ke beach club yang tak jauh dari pulau ini,” jawabnya ringan.Elena terdiam. Ia memandangi buih ombak yang terpecah di sisi speedboat, sementara angin membawa aroma asin laut yang khas.Beach club… sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Kesibukannya mengelola restoran miliknya seolah telah menelan seluruh waktunya.Bertahun-tahun ia larut dalam ambisi dan kerja keras hingga melupakan hal sederhana seperti menikmati hidup.Setengah jam berlalu. Perlahan, di hadapan mereka mulai terlihat bangunan berarsitektur tropis dengan atap jerami yang menjulang, diapit oleh deretan pohon kelapa yang menari-nari di bawah belaian angin.Musik chill-out berdentum lembut dari kejauhan, berpadu dengan suara tawa dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status