Home / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Kebiasaan yang Tidak Boleh Ditiru

Share

Kebiasaan yang Tidak Boleh Ditiru

last update Last Updated: 2025-04-24 10:11:36

Ia duduk di balik meja kerja, mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, dan dengan cekatan memasukkan benda kecil itu ke dalam lubang port yang tersembunyi di sisi perangkat.

Seolah sudah mengenal setiap sistem dan perangkat ini lebih dari siapa pun, jari-jarinya bergerak cepat, menekan tuts-tuts keyboard dengan irama yang pasti.

Layar laptop menyala, lalu perlahan menampilkan rekaman hitam putih.

Gambar bergoyang sedikit, namun cukup jelas menampilkan dua sosok pria bertopi yang tampak gugup, berusaha mencongkel pintu belakang restoran dengan alat yang mereka bawa.

Mata Vincent membulat, tubuhnya menegang.

“Sial...” desisnya pelan. “Mereka pasti tahu jalur masuk yang tidak biasa. Gerakan mereka terlalu percaya diri.”

Ia menyipitkan mata, memperbesar gambar, meneliti bentuk tubuh, postur, dan gerak-gerik kedua pria itu. “Aku harus mencari dua pria ini… mungkinkah mereka suruhan Tuan Gio?”

Vincent bersandar sesaat, memejamkan mata, mencoba menghubungkan potongan puzzle yang terserak di da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
semoga cepet sehat kemabli ya Elena semoga kehamilanmu ngga ada masalah yg berarti
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Astagah sabar ya Vincent, bos mu sedang mode senggol bacok karena Elena nya belum sadarkan diri..
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
semoga aja kandungan elena gak apa apa. segini aja udah buat karl murka, apalagi jika hal lebih buruk terjadi sama elena dan bayi nya. bisa bisa karl bakal balas lebih menyakitkan dr yg menimpa elena kepada pelaku.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Masih Ada Urusan

    Tiga pasang mata langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria berseragam lengkap dengan lambang kepolisian menyala di dadanya berdiri dengan sikap formal."Saya kekasihnya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" sahut Karl tanpa ragu, langkahnya maju setengah, memperlihatkan postur tubuhnya yang tegas namun sarat emosi.Petugas itu menoleh, menatap Karl sejenak dengan sorot mata yang memuat banyak hal—beban, dugaan, dan rasa bersalah yang samar. Nada suaranya menjadi lebih rendah, seolah takut mengusik luka yang belum kering."Kami masih mengidentifikasi beberapa barang bukti... sepertinya ini tindak kesengajaan. Hal ini terbukti dengan adanya sidik jari tipis pada tabung gas."Kata-kata itu jatuh seperti palu godam yang menghantam dada. Hening merayap sesaat, hanya suara mesin infus dan langkah perawat di kejauhan yang menjadi latar.Petugas itu menarik napas pelan sebelum pandangannya berpindah, dari Karl lalu pada seorang wanita muda yang berdiri di sisi Federick."Apakah Anda Maia

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Siuman

    Maia mengangguk, meski dalam hatinya ada gemuruh yang tak bisa diurai. Saat Karl melewati Federick, ia menepuk pundaknya pelan.Sebuah isyarat sederhana—mungkin bentuk ucapan terima kasih, atau hanya sekadar penguat diam-diam. Federick membalas dengan anggukan tenang, ekspresinya tetap tak terbaca.Maia menghela napas panjang. Napas itu berat, seperti menarik lepas beban yang selama ini bersarang di dada. Federick langsung menoleh, kerutan tipis muncul di dahinya."Ada apa?" tanyanya pelan, seolah tak ingin memaksa, tapi juga tak bisa diam.Maia tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Tidak. Aku hanya melepaskan beban yang bersemayam saja."Tapi Federick tahu Maia tak pernah berkata setengah hati. Dan dia bukan orang yang akan membiarkan sesuatu tergantung di udara."Katakan saja."Maia menatap sahabatnya, lalu berkata dengan suara yang sedikit bergetar:"Apakah menurutmu hal ini aksi balas dendam Gio pada Elena?"Satu nama. Satu luka lama. Nama yang tak ingin diucapkan, namun terus mengha

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Selalu ada Untukmu

    "Ini bukan salahmu, Karl. Ini murni kecelakaan," ucap Elena lirih namun tegas, suaranya menggema pelan di antara deru mesin pemantau detak jantung yang berdetak stabil.Sorot matanya memohon agar pria di sampingnya itu berhenti mencaci dirinya sendiri. Luka di pelipisnya masih basah oleh perban putih, tapi sorot matanya menunjukkan lebih banyak luka batin ketimbang fisik.Karl, duduk di kursi dekat ranjang, menggeleng keras. Kedua tangannya mengepal, urat-urat di lengannya menegang."Bukan, ini aksi kesengajaan. Pasti ulah Gio yang dendam dengan semua hal," desisnya penuh keyakinan. Suaranya parau, tetapi ada bara api amarah yang tak bisa disembunyikan di sana.Elena mendengus, entah karena kesal atau jenuh dengan nama Gio yang terus mengusik bahkan setelah luka di hatinya mulai mengering.Tatapannya beralih pada dua sosok yang berdiri tak jauh dari tempat tidur."Kalian sepertinya makin mendekat," gumamnya, bibirnya mengulas senyum tipis penuh arti, memecah ketegangan di udara.Maia

    Last Updated : 2025-04-25
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Perbaiki Sikapmu!

    Karl menghela napas panjang, lalu menatap wanita dalam pelukannya dengan lembut. Ia tak ingin Elena terlarut dalam pikiran yang hanya akan menyakiti diri sendiri."Sudahlah, jangan berpikir lagi. Sebaiknya kau fokus pada kesehatanmu... yang nantinya akan membawa dampak pada baby kita," ujarnya, kemudian menunduk dan mengecup lama puncak kepala Elena. Ciuman itu seolah ingin menenangkan badai dalam hati wanitanya.Elena mengangguk kecil, namun masih ada beban yang belum bisa ia lepaskan. "Aku ingin masalah ini segera beres, Karl," katanya dengan suara pelan namun penuh tekad. Ia ingin mengakhiri semua ketidakpastian, semua ancaman, agar bayi mereka bisa lahir dalam kedamaian.Karl tidak langsung menjawab. Wajahnya menyiratkan keraguan, mungkin juga rasa cemas yang tak bisa ia ucapkan.Tapi sebelum ia bisa merespons, suara berat dan penuh wibawa memecah keheningan dari arah pintu kamar."Bagaimana caramu menjaga calon cucuku, Karl?"Seketika Elena membeku. Ia mengenali suara itu secepat

    Last Updated : 2025-04-25
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anakku Pasti akan Bahagia

    Pagi hari yang cerah menyambut dengan sinar lembut yang menembus celah tirai. Udara kamar inap menjadi lebih hangat, dan aroma makanan menyebar perlahan.Wajah Elena terlihat jauh lebih segar. Pucat memang masih tersisa, tapi ada semburat kehidupan yang kembali ke pipinya. Karl duduk di sampingnya, seperti sejak tadi malam, tak pernah benar-benar meninggalkan.Dengan penuh perhatian, Karl menyuapi Elena yang kini bersandar santai di atas bantal besar. Ia menatap wanita itu seolah Elena adalah harta paling berharga yang tak boleh tergores sedikit pun."Makan yang banyak, kau tahu, makanan ini aku sendiri yang buat!" ucap Karl dengan bangga, mengangkat sendok seperti seorang koki profesional yang baru saja menciptakan mahakarya.Elena mengerjap pelan, mengernyit kecil. "Sejak kapan kau bisa masak, Karl?""Sejak kau terbaring di sini," jawab Karl enteng, tersenyum.Namun Elena menyipitkan matanya, seakan tak mudah percaya."Tapi masakan ini... rasanya seperti dari restoranku. Aku tidak p

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 128

    Karl tersenyum hangat. Ia mendekat, mengusap rambut Elena perlahan, lalu menatap matanya dalam-dalam, seakan tak ada lagi siapa pun di ruangan itu selain mereka berdua.“Bersabarlah dulu sebentar, Sayang. Kita selesaikan dulu masalah kebakaran restauran kamu. Satu atau dua bulan ke depan, semua pasti siap. Aku janji.”Elena mengangguk pelan. “Baik.”Mata Karl berbinar, dan ia pun bertanya dengan nada lebih ringan, mencoba mengangkat suasana, “Tema bagaimana yang kau inginkan untuk pernikahan kita nanti?”Elena terdiam beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari Karl dan memutar kepala perlahan ke arah Maia yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.Tatapannya serius, mengiris keheningan dengan nada datar namun jelas, “Maia, bagaimana perkembangan kasus restoran kita?”Maia tersentak kecil. Ia tidak menyangka pertanyaan seberat itu akan muncul saat atmosfer sebelumnya masih hangat membahas pernikahan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menata jawaban, “Pindahan sudah beres… mengena

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 129

    Keduanya berjalan bersisian menuju area parkir. Angin siang menerpa wajah mereka, namun langkah mereka tak goyah. Saat sampai di depan mobil masing-masing, mereka berhenti.Tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang langsung keluar. Hanya diam. Tapi bukan diam kosong.“Apakah Tuan Federick kembali ke rumah sakit?” tanya Vincent seraya menoleh singkat ke arah pria yang tengah membuka pintu mobilnya.“Iya, aku harus menjemput Maia. Dia kutinggalkan begitu saja di sana,” jawab Federick, suaranya terdengar sedikit menyesal.“Baiklah jika begitu, aku harus kembali ke perusahaan dan ke restoran baru milik Nona Elena,” jelas Vincent sambil membenahi jasnya yang sempat kusut.“Baik, jika begitu kita berpisah di sini. Selamat jalan, Vincent. Lancar selalu.”“Begitu juga dengan Anda, Tuan,” sahut Vincent, memberikan sedikit anggukan hormat sebelum Federick menutup pintu mobilnya.Federick pun segera melangkah menuju kendaraan pribadinya, membuka pintu, masuk, dan dalam sekejap mobilnya melaju

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

    Last Updated : 2025-04-27

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 129

    Keduanya berjalan bersisian menuju area parkir. Angin siang menerpa wajah mereka, namun langkah mereka tak goyah. Saat sampai di depan mobil masing-masing, mereka berhenti.Tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang langsung keluar. Hanya diam. Tapi bukan diam kosong.“Apakah Tuan Federick kembali ke rumah sakit?” tanya Vincent seraya menoleh singkat ke arah pria yang tengah membuka pintu mobilnya.“Iya, aku harus menjemput Maia. Dia kutinggalkan begitu saja di sana,” jawab Federick, suaranya terdengar sedikit menyesal.“Baiklah jika begitu, aku harus kembali ke perusahaan dan ke restoran baru milik Nona Elena,” jelas Vincent sambil membenahi jasnya yang sempat kusut.“Baik, jika begitu kita berpisah di sini. Selamat jalan, Vincent. Lancar selalu.”“Begitu juga dengan Anda, Tuan,” sahut Vincent, memberikan sedikit anggukan hormat sebelum Federick menutup pintu mobilnya.Federick pun segera melangkah menuju kendaraan pribadinya, membuka pintu, masuk, dan dalam sekejap mobilnya melaju

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 128

    Karl tersenyum hangat. Ia mendekat, mengusap rambut Elena perlahan, lalu menatap matanya dalam-dalam, seakan tak ada lagi siapa pun di ruangan itu selain mereka berdua.“Bersabarlah dulu sebentar, Sayang. Kita selesaikan dulu masalah kebakaran restauran kamu. Satu atau dua bulan ke depan, semua pasti siap. Aku janji.”Elena mengangguk pelan. “Baik.”Mata Karl berbinar, dan ia pun bertanya dengan nada lebih ringan, mencoba mengangkat suasana, “Tema bagaimana yang kau inginkan untuk pernikahan kita nanti?”Elena terdiam beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari Karl dan memutar kepala perlahan ke arah Maia yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.Tatapannya serius, mengiris keheningan dengan nada datar namun jelas, “Maia, bagaimana perkembangan kasus restoran kita?”Maia tersentak kecil. Ia tidak menyangka pertanyaan seberat itu akan muncul saat atmosfer sebelumnya masih hangat membahas pernikahan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menata jawaban, “Pindahan sudah beres… mengena

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anakku Pasti akan Bahagia

    Pagi hari yang cerah menyambut dengan sinar lembut yang menembus celah tirai. Udara kamar inap menjadi lebih hangat, dan aroma makanan menyebar perlahan.Wajah Elena terlihat jauh lebih segar. Pucat memang masih tersisa, tapi ada semburat kehidupan yang kembali ke pipinya. Karl duduk di sampingnya, seperti sejak tadi malam, tak pernah benar-benar meninggalkan.Dengan penuh perhatian, Karl menyuapi Elena yang kini bersandar santai di atas bantal besar. Ia menatap wanita itu seolah Elena adalah harta paling berharga yang tak boleh tergores sedikit pun."Makan yang banyak, kau tahu, makanan ini aku sendiri yang buat!" ucap Karl dengan bangga, mengangkat sendok seperti seorang koki profesional yang baru saja menciptakan mahakarya.Elena mengerjap pelan, mengernyit kecil. "Sejak kapan kau bisa masak, Karl?""Sejak kau terbaring di sini," jawab Karl enteng, tersenyum.Namun Elena menyipitkan matanya, seakan tak mudah percaya."Tapi masakan ini... rasanya seperti dari restoranku. Aku tidak p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status