Nolan menatap wanita yang ada di depannya. Dia semakin penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada Olivia. Sehingga wanita itu lemah dalam menghadapi Miranda. “Katakan padaku, Angel!” Nolan kembali berkata dengan nada memerintah pada Angel. Dia memang sudah mencari tahu tentang semua hal yang berkaitan dengan Olivia. Namun, hanya satu hal itu saja yang belum bisa diketahui olehnya. “Dia ....” Sebelum Angel melanjutkan kalimatnya, ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya. Dia melihat nama Olivia yang tertera di layar ponselnya. “Halo,” ucap Angel. Setelah dia mengangkat teleponnya. Angel mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia. Matanya berkeliling untuk mencari keberadaan sang sahabat. Dia pun akhirnya tahu di mana posisi sahabatnya itu. “Aku tahu. Kalau begitu aku segera pergi ke sana,” Angel berkata. Lalu dia menutup sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Nolan. “Aku harus pergi. Mungkin sebaiknya kamu cari tahu sendiri apa ya
Nolan mengambil kain yang ada di atas sofa, dia melihat ada noda darah. Dia terdiam sejenak saat melihat itu. “Apakah ini pertama kali baginya?” gumamnya. Tidak begitu lama dia melihat Olivia ke luar dari dalam kamar mandi. Wanita itu mendekat ke arahnya dan menatapnya. “Apakah tadi, Ian?” tanya Olivia pada Nolan. Sembari berjalan mendekat ke arahnya. “Iya. Dia mengatakan jika penerbangan kita dipercepat.” “Kalau begitu aku akan bersiap,” sambung Olivia. Nolan melihat Olivia berjalan mendekat ke arah nakas dan mengambil ponselnya. Lalu menghubungi seseorang. Dia melihat ke arahnya terus dan mendengarnya menyebut nama Angel. “Hari ini aku akan kembali ke Indonesia,” ucap Olivia pada Angel yang ada di ujung telepon. Olivia kembali mendengarkan perkataan sang sahabat. Yang mengatakan jika dirinya tidak bisa kembali ke Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Dia pun menutup sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Nolan. Setelah dia berada di dekat Olivia sembari memeluknya da
"Sedang apa kamu di sini?” tanya Olivia pada orang yang ada di depannya.“Olivia ... aku ....” “Katakan padaku, Angel!” perintah Olivia pada sang sahabat.Dia tidak tahu jika sang sahabat ada di rumah ini. Dia maju dua langkah dan terus menatap sahabatnya. “Mengapa diam? Apakah kamu hanya ingin bicara dengannya saja?!” Olivia kembali bertanya dengan nada sedikit menekan.“Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin merepotkan kamu saja.”Olivia diam dan mendengarkan penjelasan sahabatnya itu. Muncul rasa kecewa di dalam hatinya. Karena sang sahabat lebih memilih meminta bantuan pada Nolan dibandingkan dirinya. “Kalian lanjutkan saja!” Olivia berkata lalu berjalan keluar. “Tunggu, Olivia! Kamu jangan salah paham denganku.” Olivia menepis tangan Angel dan dia mengabaikannya. Dia benar-benar kecewa dengan sahabatnya itu. Dia mempercepat langkahnya dan sudah ada di dalam kamar. Dia menghentikan langkahnya saat sudah ada di dekat meja. Dia melihat tiket penerbangan menuju ke Indone
“Aku tidak mengikutimu,” Pria itu menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Olivia padanya. “Lantas bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini? “Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di sini. Dan kebetulan melihatmu,” jawab pria itu. Olivia memberikan kesempatan pada pria itu untuk menjelaskan semuanya. Sembari melihat anak-anak yang ada di depannya. “Eiji, kamu ada di sini?” tanya Ae-Ri. “Ae-Ri, kamu mengenalnya?” sela Olivia. “Tentu saja.” Olivia pun melihat Ae-Ri duduk di depannya. Dia juga melihat senyum wanita itu saat melihat Eiji. Dia tidak tahu jika mereka berdua saling mengenal. Dia pun memperhatikan mereka berdua yang sedang mengobrol. Sekilas dia melihat Ae-Ri tersipu karena mendengar pujian yang dilayangkan Eiji padanya. “Kalian lanjutkan! Aku harus menemui, Ibu Park,” ucap Olivia. Sembari berdiri lalu berjalan meninggalkan mereka berdua. “Aku ikut denganmu. Ya,” timpal Ae-Ri. Itu membuat Olivia berhenti melangkah. “Tidak perlu. Kamu temani saja dia!” Ol
Olivia melihat dengan kesal Eiji yang terkekeh saat mendengar pertanyaan yang dilayangkan olehnya. Semua itu membuatnya yakin jika pria itu adalah salah satu kekasih gelap sang ibu tiri. “Apa dia berjanji padamu akan hidup bersama setelah menguasai harta ayahku? Jika benar ... kamu pria bodoh karena Miranda hanya mencintai, Nolan,” sindir Olivia. “Hahaha ... kamu pikir aku bodoh? Aku tahu jika Miranda mencintainya. Namun, Apakah kamu tahu rencana pria itu?” “Aku tahu. Dan aku akan mendukungnya karena tujuan kami sama,” timpal Olivia. Sekarang Olivia menyerang balik Eiji dengan mengatakan beberapa hal yang dilakukan oleh Miranda agar bisa kembali bersama Nolan. Dia berusaha memanas-manasi pria itu. Dia merasa senang karena rencananya berhasil. Sehingga Eiji terlihat geram. Akan tetapi, dia masih terus bicara dan tidak memedulikan jika saat ini Nolan sudah cukup kesal. “Sudah cukup!” bisik Nolan. Dengan nada menekan pada Olivia. “Belum. Aku masih belum puas.” “Aku yang sudah
Hingga detik ini Olivia tidak mendapatkan jawaban dari Nolan. Bahkan sekarang dia baru saja mendarat di bandara Jakarta. “Nolan, kita sudah sampai di Jakarta. Bisakah kamu katakan apa yang sedang terjadi?” tanya Olivia pada Nolan. “Masuklah! Kita akan menuju suatu tempat.” Olivia menghela napasnya. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dia pun tidak akan bertanya kembali pada Nolan. Karena sudah pasti dirinya tidak akan mendapatkan jawaban. Selama di dalam perjalanan, dia melihat ke jalanan yang dilewatinya. Namun, dia tertidur saat mobil tidak bisa berjalan dengan lancar karena macet. Hingga akhirnya mobil pun berhenti di tempat yang dituju. “Olivia, bangunlah! Kita sudah tiba,” ucap Nolan dengan lembut.“Kita sudah sampai. Di mana ini?” Olivia sudah terbangun sepenuhnya. Dia melihat ke arah luar dan begitu terkejut. Dia ke luar dari dalam mobil, setelah sang sopir membukakan pintu mobilnya. Dia terpaku dengan yang dilihatnya. Dia tidak mengira akan melihat semua ini.“Mengapa
Olivia meminjam sebuah motor milik salah satu karyawannya. Dia memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk tiba di apartemen yang sudah disediakan oleh Nolan beberapa waktu yang lalu. Dia tidak menyadari jika saat ini ayahnya terus mengikutinya hingga tiba di apartemen. Olivia langsung mengganti pakaiannya dan dia mengambil sebuah kunci motor. “Kali ini aku harus berhasil!” gumam Olivia. Lalu dia mengambil helm dan mengenakannya. Dia berjalan menuju area parkir. Dia mendekati motor yang sudah disimpan oleh Angel saat dirinya berada di Korea. Olivia mengambil ponselnya. Dia membuka sebuah pesan singkat yang diberikan oleh Angel. Sang sahabat memberikan lokasi keberadaannya saat ini. “Ayah, apakah kamu pikir aku tidak tahu.” Dia melihat mobil sang ayah. Akan tetapi, sang ayah tidak bisa mengenalinya. Dia pun langsung menaiki motornya dan menjalankannya ke luar dari area parkir apartemen. Olivia menambahkan kecepatan motornya setelah berada di luar area apartemen. Jalanan s
“Mengapa kamu ingin aku mengganti dokternya?” tanya Nolan pada Angel.“Jangan banyak bertanya dulu! Sekarang yang harus dilakukan adalah menggantinya!” Tidak begitu lama Ian tiba, dia pun mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Nolan dan Angel. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.Ian meminta temannya untuk segera datang ke rumah sakit. Temannya itu merupakan seorang dokter dan merupakan teman Nolan juga. Setelah mengatakan semuanya dia memutuskan sambungan teleponnya.“Aku sudah menghubungi Alex dan dia akan segera ke sini,” sela Ian. Yang membuat Angel dan Nolan terdiam. Tidak berselang lama setelah Ian mengatakan itu, tiba seorang pria dan sudah mengenakan pakaian untuk operasi. Tanpa banyak bicara Alex pun langsung masuk ke ruang operasi.Angel yang melihat itu merasa lega. Akhirnya dia bisa melindungi Olivia dari orang-orang yang ingin melukainya. Dia terus saja menatap ke arah ruang operasi dan berdoa untuk keselamatan Olivia.*** Operasi pun