Olivia melihat ke arah orang yang baru masuk ke dalam ruang perawatan. Dia tersenyum kecut saat melihat orang itu tidak lain adalah ibu tirinya.“Sayang, jangan terlalu keras padanya. Aku tidak apa-apa dan beri dia waktu dan aku yakin dia bisa menerima aku sebagai ibunya,” ucap Miranda. Pada suaminya dengan nada lemah lembut.Olivia merasa ingin muntah mendengar semua perkataan ibu tirinya. Di benaknya berpikir jika saat ini ibu tirinya sedang kesal kepadanya. Karena dirinya berhasil membawa Alin dari sekapannya. “Kamu mau muntah?” tanya Nolan pada Olivia.“Iya.” “Alex, cepat periksa dia!” perintah Nolan. Alex pun mengangguk dan dia memeriksa Olivia. Dia tahu jika semua ini rencana Nolan untuk menghentikan Miranda. “Sebaiknya kamu tetap di sini! Kondisi tubuhmu belum memungkinkan untuk kembali ke rumah,” ucap Alex. “Ayah, dengar? Aku akan tetap di sini. Sebaiknya Ayah dan istrimu pulang saja! Aku tidak ingin diganggu,” Olivia berkata. Setelah mendengar ucapan Alex barusan
Olivia sudah ada di dalam mobil, dia diantar oleh seorang sopir sekaligus pengawal Nolan. Selama di dalam perjalanan dia masih memikirkan siapa orang yang ada di galeri bersama Miranda. Jalanan sedikit padat, sehingga Olivia tiba di galeri cukup lama. Sang sopir menghentikan mobilnya saat sudah ada di depan galeri. “Nona, apakah perlu saya ikut masuk?” tanya sang sopir. Yang mendapatkan perintah untuk melindungi Olivia. “Tidak perlu! Aku bisa menanganinya!” Olivia pun ke luar dari dalam mobil. Dia berjalan masuk ke dalam galerinya. Dia menghentikan langkahnya saat sudah ada di dalam dan melihat ibu tirinya. Dia juga melihat beberapa orang yang mulai menurunkan lukisan yang sudah tertata rapi di dinding. Olivia mendekat ke arah ibu tirinya yang sudah melihat kedatangannya. “Akhirnya kamu keluar dari persembunyianmu. Apakah kamu senang dengan yang sudah aku lakukan?” tanya Miranda. Pada Olivia yang sudah ada di depannya. “Apa ini balasanmu?” “Tentu saja. Kamu sudah menga
Olivia menatap kemarahan Miranda karena Alin membawa salah satu kelemahannya. Dia langsung menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Alin yang akan diserang oleh sang ibu tiri. “Tidak semudah itu kamu bisa melukainya!” tekan Olivia. “Kamu pikir dia akan hidup lebih lama lagi jika ada dalam perlindunganmu?” “Apa maksudmu, Miranda?!” Olivia melihat Miranda terkekeh. Dia tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu pada Alin. Dia melirik ke arah Alin dan dia merasakan ada yang aneh padanya.“Katakan padaku, Alin!” perintah Olivia. Sembari menatapnya dengan penuh penasaran. “Tidak ada apa-apa.” “Sudahlah, Alin. Mengapa kamu tidak mengatakan saja jika hidupmu sudah tidak lama lagi,” sambung Miranda. “Alin ....” “Aku memang akan mati. Namun, sebelum itu aku ingin melihat kehancuran bisnis wanita itu yang di Kalimantan hancur!” jawab Alin.Alin menyerahkan flash drive itu ke tangan Nolan. Dia sudah tahu tentang pria itu dari Angel. Dia pun merasa yakin jik
“Apa kamu sudah tidak waras?! Kau ingin menghabisinya?” tanya seseorang pada Olivia. Sembari memegang tangan Olivia. Olivia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang itu. Rasa amarah di dalam dirinya sudah begitu besar. Sehingga dia berpikir jika dengan mengakhiri Miranda saat ini maka semuanya akan berakhir. “Cukup, Olivia! Sebelum aku kehilangan kesabaranku!” Orang itu kembali berkata dengan nada menekan. Lalu dia menghempaskan Olivia. Olivia terjatuh dan dia melihat sang ayah dengan sorot mata penuh dengan kemarahan. Dia juga melihat Miranda yang menangis tersedu-sedu di dalam pelukan sang ayah. “Bangunlah!” ucap Nolan yang baru saja tiba. Lalu dia membantu Olivia untuk berdiri. Olivia terus menatap sang ayah dan melihat Miranda yang mulai bersandiwara menjadi wanita lemah. Dia begitu jijik melihat ibu tirinya jika ada di depan ayahnya. Dia hendak mendekati mereka berdua tetapi Nolan memegang tangannya. Dia melihat ke arah Nolan yang menggelengkan kepalanya seraya
"Katakanlah!” Olivia kembali berkata dengan nada memaksa.Dia ingin tahu rahasia itu. Agar dia bisa mempercepat semua rencana balas dendamnya. Sehingga dirinya bisa mengakhir semuanya.“Dia ... dia ....”“Katakan dia kenapa?!” Olivia kembali bertanya. Meski dia melihat napas Alin yang sudah tidak baik-baik saja.Alex melihat kondisi Alin yang semakin memburuk. Dia berusaha membantu Alin. Dia juga meminta Olivia untuk menjaga jarak dari Alin.Namun, Olivia tidak ingin karena masih ada yang harus dikatakan oleh Alin. Keegoisan yang ada di dalam dirinya semakin besar karena ada kaitannya dengan Miranda. “Olivia, biarkan Alex bekerja!” Nolan berkata pada Olivia. Dengan sedikit menekan dan menarik tubuhnya ke belakang. Olivia menatap Alin yang terlihat menderita. Dia tidak bisa melihat semua itu. Dirinya pun merasa kembali di saat melihat kematian ibunya. Dia membalikkan tubuhnya dan memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan Nolan.Nolan pun memeluk Olivia. Sembari terus melihat Alex
"Tidak sekarang.” Olivia menolak keinginan Nolan. Dia masih belum bisa melupakan kesedihannya atas kematian Alin. Akan tetapi, Nolan tidak melepaskannya. “Aku akan membuatmu relaks,” sambung Nolan. Lalu dia kembali mencium bibir Olivia. Olivia tidak bisa menolak ciuman Nolan. Dia memejamkan matanya dan menikmatinya. Namun, dia langsung mendorong tubuh Nolan perlahan. Dia berdiri dan berlari ke dalam kamar mandi. Rasa mual yang cukup hebat dirasakan olehnya. Sehingga dia mengeluarkan semua makanan yang masuk ke dalam perutnya. “Ada apa?” tanya Nolan. Setelah dia mengikuti Olivia masuk ke dalam kamar mandi. “Aku tidak tahu.” Olivia kembali merasa mual dan dia muntah. Dia tidak tahu mengapa seperti itu. Akhirnya rasa mualnya terhenti. Dia berdiri tetapi kepalanya mendadak pusing dan tubuhnya terasa lemas. “Olivia!” panggil Nolan. Sembari memegang tubuh Olivia yang hampir terjatuh. Nolan pun langsung menggendong Olivia. Dia membaringkan Olivia di atas ranjang. Dia mengambil
Olivia langsung berlari saat melihat Nolan yang mulai mendekat ke arahnya. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Saat dirinya hendak menutup pintu kamar tidak bisa. Karena Nolan berhasil menyelipkan kaki kanannya. “Kali ini kamu tidak akan aku lepas!” ujar Nolan. Dengan nada sedikit menekan lalu mendorong dengan kuat pintu kamar. “Sungguh?” Olivia kembali menggoda Nolan yang saat ini sudah ada di dalam kamarnya. Dia juga melihat Nolan yang menutup pintu kamar lalu menguncinya. Sekarang dia melihat aura Nolan yang berbeda, sehingga dirinya mulai waspada. ‘Bahaya! Mengapa aku memancingnya?’ Olivia membatin. Dia melihat Nolan yang semakin dekat dan sorot matanya penuh dengan arti ingin memakannya. Dia seperti binatang buas yang hendak menangkap mangsa yang sudah diincarnya sedari tadi. Olivia berjalan mundur dan dia pun hampir terjatuh. Namun, dengan cepat Nolan memegang tangannya lalu menariknya. “Malam ini kamu tidak bisa lepas dariku!” ucap Nolan. Lalu dia menyeringai. “Ti
Olivia membuka matanya saat alarm ponselnya berdering. Dia melihat ke sampingnya ada Nolan yang masih terlelap. Dia menatap pria itu dan menjulurkan tangannya. Lalu menyentuh keningnya dengan lembut. “Apa tidurmu nyenyak semalam?” tanya Olivia. Dengan suara parau.