Hingga detik ini Olivia tidak mendapatkan jawaban dari Nolan. Bahkan sekarang dia baru saja mendarat di bandara Jakarta. “Nolan, kita sudah sampai di Jakarta. Bisakah kamu katakan apa yang sedang terjadi?” tanya Olivia pada Nolan. “Masuklah! Kita akan menuju suatu tempat.” Olivia menghela napasnya. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dia pun tidak akan bertanya kembali pada Nolan. Karena sudah pasti dirinya tidak akan mendapatkan jawaban. Selama di dalam perjalanan, dia melihat ke jalanan yang dilewatinya. Namun, dia tertidur saat mobil tidak bisa berjalan dengan lancar karena macet. Hingga akhirnya mobil pun berhenti di tempat yang dituju. “Olivia, bangunlah! Kita sudah tiba,” ucap Nolan dengan lembut.“Kita sudah sampai. Di mana ini?” Olivia sudah terbangun sepenuhnya. Dia melihat ke arah luar dan begitu terkejut. Dia ke luar dari dalam mobil, setelah sang sopir membukakan pintu mobilnya. Dia terpaku dengan yang dilihatnya. Dia tidak mengira akan melihat semua ini.“Mengapa
Olivia meminjam sebuah motor milik salah satu karyawannya. Dia memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk tiba di apartemen yang sudah disediakan oleh Nolan beberapa waktu yang lalu. Dia tidak menyadari jika saat ini ayahnya terus mengikutinya hingga tiba di apartemen. Olivia langsung mengganti pakaiannya dan dia mengambil sebuah kunci motor. “Kali ini aku harus berhasil!” gumam Olivia. Lalu dia mengambil helm dan mengenakannya. Dia berjalan menuju area parkir. Dia mendekati motor yang sudah disimpan oleh Angel saat dirinya berada di Korea. Olivia mengambil ponselnya. Dia membuka sebuah pesan singkat yang diberikan oleh Angel. Sang sahabat memberikan lokasi keberadaannya saat ini. “Ayah, apakah kamu pikir aku tidak tahu.” Dia melihat mobil sang ayah. Akan tetapi, sang ayah tidak bisa mengenalinya. Dia pun langsung menaiki motornya dan menjalankannya ke luar dari area parkir apartemen. Olivia menambahkan kecepatan motornya setelah berada di luar area apartemen. Jalanan s
“Mengapa kamu ingin aku mengganti dokternya?” tanya Nolan pada Angel.“Jangan banyak bertanya dulu! Sekarang yang harus dilakukan adalah menggantinya!” Tidak begitu lama Ian tiba, dia pun mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Nolan dan Angel. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.Ian meminta temannya untuk segera datang ke rumah sakit. Temannya itu merupakan seorang dokter dan merupakan teman Nolan juga. Setelah mengatakan semuanya dia memutuskan sambungan teleponnya.“Aku sudah menghubungi Alex dan dia akan segera ke sini,” sela Ian. Yang membuat Angel dan Nolan terdiam. Tidak berselang lama setelah Ian mengatakan itu, tiba seorang pria dan sudah mengenakan pakaian untuk operasi. Tanpa banyak bicara Alex pun langsung masuk ke ruang operasi.Angel yang melihat itu merasa lega. Akhirnya dia bisa melindungi Olivia dari orang-orang yang ingin melukainya. Dia terus saja menatap ke arah ruang operasi dan berdoa untuk keselamatan Olivia.*** Operasi pun
Olivia melihat ke arah orang yang baru masuk ke dalam ruang perawatan. Dia tersenyum kecut saat melihat orang itu tidak lain adalah ibu tirinya.“Sayang, jangan terlalu keras padanya. Aku tidak apa-apa dan beri dia waktu dan aku yakin dia bisa menerima aku sebagai ibunya,” ucap Miranda. Pada suaminya dengan nada lemah lembut.Olivia merasa ingin muntah mendengar semua perkataan ibu tirinya. Di benaknya berpikir jika saat ini ibu tirinya sedang kesal kepadanya. Karena dirinya berhasil membawa Alin dari sekapannya. “Kamu mau muntah?” tanya Nolan pada Olivia.“Iya.” “Alex, cepat periksa dia!” perintah Nolan. Alex pun mengangguk dan dia memeriksa Olivia. Dia tahu jika semua ini rencana Nolan untuk menghentikan Miranda. “Sebaiknya kamu tetap di sini! Kondisi tubuhmu belum memungkinkan untuk kembali ke rumah,” ucap Alex. “Ayah, dengar? Aku akan tetap di sini. Sebaiknya Ayah dan istrimu pulang saja! Aku tidak ingin diganggu,” Olivia berkata. Setelah mendengar ucapan Alex barusan
Olivia sudah ada di dalam mobil, dia diantar oleh seorang sopir sekaligus pengawal Nolan. Selama di dalam perjalanan dia masih memikirkan siapa orang yang ada di galeri bersama Miranda. Jalanan sedikit padat, sehingga Olivia tiba di galeri cukup lama. Sang sopir menghentikan mobilnya saat sudah ada di depan galeri. “Nona, apakah perlu saya ikut masuk?” tanya sang sopir. Yang mendapatkan perintah untuk melindungi Olivia. “Tidak perlu! Aku bisa menanganinya!” Olivia pun ke luar dari dalam mobil. Dia berjalan masuk ke dalam galerinya. Dia menghentikan langkahnya saat sudah ada di dalam dan melihat ibu tirinya. Dia juga melihat beberapa orang yang mulai menurunkan lukisan yang sudah tertata rapi di dinding. Olivia mendekat ke arah ibu tirinya yang sudah melihat kedatangannya. “Akhirnya kamu keluar dari persembunyianmu. Apakah kamu senang dengan yang sudah aku lakukan?” tanya Miranda. Pada Olivia yang sudah ada di depannya. “Apa ini balasanmu?” “Tentu saja. Kamu sudah menga
Olivia menatap kemarahan Miranda karena Alin membawa salah satu kelemahannya. Dia langsung menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Alin yang akan diserang oleh sang ibu tiri. “Tidak semudah itu kamu bisa melukainya!” tekan Olivia. “Kamu pikir dia akan hidup lebih lama lagi jika ada dalam perlindunganmu?” “Apa maksudmu, Miranda?!” Olivia melihat Miranda terkekeh. Dia tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu pada Alin. Dia melirik ke arah Alin dan dia merasakan ada yang aneh padanya.“Katakan padaku, Alin!” perintah Olivia. Sembari menatapnya dengan penuh penasaran. “Tidak ada apa-apa.” “Sudahlah, Alin. Mengapa kamu tidak mengatakan saja jika hidupmu sudah tidak lama lagi,” sambung Miranda. “Alin ....” “Aku memang akan mati. Namun, sebelum itu aku ingin melihat kehancuran bisnis wanita itu yang di Kalimantan hancur!” jawab Alin.Alin menyerahkan flash drive itu ke tangan Nolan. Dia sudah tahu tentang pria itu dari Angel. Dia pun merasa yakin jik
“Apa kamu sudah tidak waras?! Kau ingin menghabisinya?” tanya seseorang pada Olivia. Sembari memegang tangan Olivia. Olivia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang itu. Rasa amarah di dalam dirinya sudah begitu besar. Sehingga dia berpikir jika dengan mengakhiri Miranda saat ini maka semuanya akan berakhir. “Cukup, Olivia! Sebelum aku kehilangan kesabaranku!” Orang itu kembali berkata dengan nada menekan. Lalu dia menghempaskan Olivia. Olivia terjatuh dan dia melihat sang ayah dengan sorot mata penuh dengan kemarahan. Dia juga melihat Miranda yang menangis tersedu-sedu di dalam pelukan sang ayah. “Bangunlah!” ucap Nolan yang baru saja tiba. Lalu dia membantu Olivia untuk berdiri. Olivia terus menatap sang ayah dan melihat Miranda yang mulai bersandiwara menjadi wanita lemah. Dia begitu jijik melihat ibu tirinya jika ada di depan ayahnya. Dia hendak mendekati mereka berdua tetapi Nolan memegang tangannya. Dia melihat ke arah Nolan yang menggelengkan kepalanya seraya
"Katakanlah!” Olivia kembali berkata dengan nada memaksa.Dia ingin tahu rahasia itu. Agar dia bisa mempercepat semua rencana balas dendamnya. Sehingga dirinya bisa mengakhir semuanya.“Dia ... dia ....”“Katakan dia kenapa?!” Olivia kembali bertanya. Meski dia melihat napas Alin yang sudah tidak baik-baik saja.Alex melihat kondisi Alin yang semakin memburuk. Dia berusaha membantu Alin. Dia juga meminta Olivia untuk menjaga jarak dari Alin.Namun, Olivia tidak ingin karena masih ada yang harus dikatakan oleh Alin. Keegoisan yang ada di dalam dirinya semakin besar karena ada kaitannya dengan Miranda. “Olivia, biarkan Alex bekerja!” Nolan berkata pada Olivia. Dengan sedikit menekan dan menarik tubuhnya ke belakang. Olivia menatap Alin yang terlihat menderita. Dia tidak bisa melihat semua itu. Dirinya pun merasa kembali di saat melihat kematian ibunya. Dia membalikkan tubuhnya dan memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan Nolan.Nolan pun memeluk Olivia. Sembari terus melihat Alex
Olivia berdiri di balkon apartemennya. Dia hanya diam sembari melihat langit biru yang cerah. Wajahnya terpancar kesedihan dan rasa kesepian karena selama dua bulan ini dirinya tidak bertemu dengan Nolan. “Sampai kapan kamu akan terus berada di dalam apartemenmu ini?” tanya Adel yang baru saja berdiri di sampingnya. “Malam ini aku akan berada di apartemen ini. Setelah itu aku akan kembali ke rumahku.”“Apakah kamu masih belum mau menemui, Nolan?” “Dia sudah bahagia bersama dengan wanita itu.”“Kamu salah.”“Aku tidak salah.”Olivia melihat ke arah Adel dan wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak paham mengapa Adel masih saja membela Nolan yang sudah memutuskan untuk bersama dengan wanita itu bukannya menemuinya. “Olivia, malam itu dia memang menemui Miranda. Namun, setelah itu dia pergi dan langsung menuju ke Paris. Ada rekan bisnisnya yang mengalami penyerangan.”“Kalau itu aku tidak tahu. Ceritakan lagi padaku yang sebenarnya terjadi!” “Makannya kalau dia menghu
Sudah satu minggu Olivia belum mendapatkan kabar tentang Nolan. Rasa khawatir semakin bergelayut di dalam hatinya. Akan tetapi, dia selalu berusaha untuk bersikap tenang. Sebab dia yakin jika Nolan akan kembali ke sisinya. Di saat kepergian Nolan semua rencananya berjalan dengan lancar. Dia berhasil merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dia juga berhasil membuat Miranda mundur beberapa langkah dari rencana yang sudah dibuat. “Apa kamu sudah puas, Olivia?! Kamu sudah mengambil semuanya. Sekarang biarkan aku bersama dengan ayah dari bayi yang aku kandung ini,” tanya Miranda dengan nada kesal. “Puas? Aku sama sekali tidak puas karena kamu sudah membuat hidupku hancur. Apakah kamu sempat berpikir yang kamu lakukan itu adalah hal buruk?” “Aku tidak peduli akan hal buruk atau baik. Karena aku hanya ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milik aku!” Olivia tersenyum kecut saat mendengar perkataan Miranda. Dia tidak habis pikir semua yang dimilikinya mengapa bisa seh
Olivia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya. Akan tetapi, dia tidak bisa mempercayai semua perkataan yang diucapkan oleh wanita itu tentang Nolan. “Jangan asal bicara! Sebaiknya jangan mencari masalah di sini!” tukas Nolan. Yang kesal dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang ada di depannya yang tidak lain adalah Miranda. “Jangan membuangku begitu saja Nolan! Kamu harus bertanggung jawab! Ini adalah bayimu dan aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah.” Miranda terus saja mengatakan jika dirinya tengah hamil. Dia pun menunjukkan buktinya. Dia begitu percaya diri jika dirinya sedang hamil anak dari Nolan dan tidak lama lagi pria itu akan menjadi miliknya. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan Nolan dengan semua bisnisnya. Olivia hanya diam mendengar semua perkataan yang dilayangkan oleh Miranda. Dia mengingat kembali kedekatan Nolan bersama Miranda selama satu tahun terakhir ini. Dan itu memungkinkan terjadinya hal i
“Kamu akan tahu sebentar lagi,” Nolan menjawab pertanyaan yang barusan dilayangkan oleh Olivia kepadanya. Olivia pun kembali melihat ke arah Tom setelah mendengar jawaban Nolan. Dia melihat Tom yang juga menatap ke arah Nolan dengan tatapan penuh rasa kesal. Dan pria itu memutuskan sambungan teleponnya. “Mengapa kamu melakukan semua ini?!” tanya Tom dengan nada tinggi pada Nolan. “Sudah aku katakan bukan padamu. Jika aku tidak akan melepaskan siapa saja yang ada kaitannya dengan kecelakaan itu.” “Aku yang menyelamatkannya. Jika tidak ada aku maka dia akan mati.” “Sungguh? Kamu begitu yakin.” Olivia masih merasa bingung dengan perdebatan mereka berdua. Dia pun mulai berpikir apakah kecelakaan yang sedang mereka bicarakan adalah kecelakaan yang menimpanya satu tahun yang lalu di Bali. “Yang aku tahu jika kamu memang melakukan semua itu hanya ingin membuat Olivia berada di sisimu,” Nolan kembali berkata pada Tom. “Apa tujuannya melakukan semua ini?” Olivia akhirnya bertanya p
Olivia masih mendengar pintu apartemennya diketuk. Dia akhirnya kembali melihat siapa orang yang ada di balik pintu. Dia melihat seseorang yang dikenalnya. Sehingga membuatnya bernapas lega. Lalu membuka pintu apartemennya. “Mengapa lama sekali membukanya?” tanya orang itu. Setelah Olvia membuka pintu apartemennya. “Aku pikir bukan kamu.” “Lantas siapa?” “Tadi ada yang mengetuk pintu tetapi sewaktu aku melihat di layar tidak ada siapa-siapa,” jelas Olivia. Sembari memutuskan sambungan teleponnya. Dia merasa sedikit tenang karena yang ada di hadapannya saat ini adalah Tom. Dia berpikir jika pria itu masih ada di luar negeri ternyata sudah ada di Jakarta. “Kapan kamu kembali? Mengapa kamu tidak mengatakan jika kamu sudah ada di Jakarta?” Olivia bertanya pada Tom. “Dua jam yang lalu. Dan aku langsung ke sini karena ada yang harus aku bicarakan denganmu.” Olivia melihat Tom berjalan menuju sofa. Dia pun mengikuti pria itu dan duduk tepat di hadapannya. Dia menunggu apa yang ingi
Karyawan wanita itu menjerit karena terkejut dan itu membuat Angel yang ada di ruangannya ke luar. Dia langsung menuju suara jeritan itu dan akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membungkukkan tubuhnya ke arah karyawannya. “Siapa kamu?” tanya Angel pada wanita yang terlihat sedang mengancam karyawannya. Olivia langsung mengubah posisi tubuhnya dan dia melihat ke arah Angel. Dia memberikan senyumannya dan mendekat ke arah wanita yang sudah membantunya selama ini dan bahkan sempat bermusuhan juga dengannya. “Olivia ...,” ucap Angel saat melihat wajah wanita yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Apa kamu juga akan takut melihat aku?” tanya Olivia pada Angel. Setelah dia ada di hadapannya. “Aku sama sekali tidak takut meski kamu adalah hantunya sekalipun,” timpal Angel. Karena dia memang sudah melihat Olivia saat bertemu dengan Nolan. “Baguslah kalau begitu.” Setelah mengatakan itu Olivia pun berjalan kembali dan melewati Angel. Dia mulai memperhatikan satu per
"Sayang, mengapa kamu begitu manis hari ini? Dan kamu memintanya duluan,” ucap Miranda. Dengan nada sedikit menggoda. Tanpa banyak bicara lagi. Nolan beranjak dan berjalan ke luar dari dalam ruangan. Begitu juga dengan Miranda yang berdiri dan menatap ke arah Olivia. “Kamu dengar barusan bukan? Jika dia menginginkan aku dan bukan kamu. Aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan kemarin di Bali bersama dengannya. Sebab kamu hanya wanita saat saja baginya.” Miranda pun berjalan ke luar setelah mengatakan itu. Dia tersenyum puas dan penuh kemenangan. Dia tidak mengira juga jika Nolan menginginkannya dan mengatakannya di depan wanita yang sangat mirip dengan putri tirinya. Olivia tersenyum miring. Dia pun melihat kepergian Miranda. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan mereka berdua lakukan. Tidak begitu lama ada sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan singkat. “Untuk apa lagi dia mengirimkan aku pesan? Buka
“Terima kasih karena kamu sudah mengantarnya,” ucap Olivia pada karyawan wanita yang ada di depannya. “Nona, apakah ada yang perlu saya bantu?” Karyawan wanita itu bertanya pada nona yang ada di depannya. “Tidak ada. Kamu boleh kembali ke posisimu.” Olivia melihat karyawan wanita itu mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan ruangan. Lalu menutup pintu ruang kerjanya dengan rapat. Sekarang dia menatap orang yang ada di depannya yang juga sedang memandanginya. Dia sama sekali tidak bicara karena dia ingin orang itu yang lebih dahulu mengatakan maksud kedatangannya. “Mengapa? Mengapa kamu tidak begitu lemah?” tanya orang itu pada Olivia. “Lemah? Apakah aku selama ini kamu anggap seperti wanita lemah?” Olivia sedikit geram dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh orang yang ada di depannya. Padahal selama ini dirinya berusaha untuk menjadi wanita yang lebih kuat untuk menghadapi ibu tirinya. “Kalau begitu mengapa kamu memutuskan untuk menjauh dariku?” “Nolan Raymond, bukan
Nolan menunggu jawaban dari pertanyaan yang baru saja dilayangkan olehnya pada Olivia. Dia tidak paham mengapa Olivia mengatakan jika kali ini adalah yang terakhir. Dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Olivia. Dan wanita itu beranjak dari atas ranjang lalu berjalan menuju ke kamar mandi. “Sebenarnya apa yang akan dilakukan olehnya?” gumam Nolan. Sembari mengambil ponselnya yang ada di atas lantai. Dia melihat ke layar ponselnya dan melihat nama Miranda. Dia mengabaikan panggilan dari wanita itu. Sebab dia sudah merasa muak dengan Miranda yang tidak henti membuat masalah. Padahal dia sudah memberikan kesempatan pada wanita itu. Nolan mengabaikan panggilan telepon dari Miranda. Dia sedang tidak ingin bicara dengannya. Dia masih memikirkan apa yang barusan diucapkan oleh Olivia. Tidak berselang lama Olivia ke luar dari dalam kamar mandi. Dia masih melihat Nolan yang duduk di atas ranjang. Dia mengabaikan pria itu dan merapikan barang-barang miliknya karena dia akan kemb