Share

Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak
Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak
Author: L Liana

1. Wanita Bayaran

Author: L Liana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ini bayaranmu!" desis seorang pria tampan melemparkan uang ratusan ribu berlembar-lembar ke wajah seorang perempuan yang tengah berlutut di depannya. 

Dara terus menangis sesenggukan, benar-benar Dara merasa harga dirinya hancur karena rela memberikan sesuatu berharga demi uang.  Dara Kirana, seorang perempuan cantik nan manis dengan rambut panjang serta gigi gingsulnya. Sejak dulu Dara mempunyai prinsip untuk bekerja keras yang penting halal, tetapi malam ini semua berubah saat dia rela memberikan mahkota berharganya pada Revan. 

Selama ini Dara berusaha mendapatkan banyak uang dengan susah payah agar hidupnya terjamin. Mulai menjadi tukang bersih-bersih di rumah orang tua Revan, sampai dia bekerja di bar. Akan tetapi saat usianya memasuki dua puluh tiga tahun, kehidupan Dara semakin runyam hingga tiba di malam ini dia pasrah menjadi pelacur satu malam.

"Apa yang harus kamu katakan padaku?" tanya Revan mencengkram dagu Dara dengan kasar sampai membuat Dara meringis kesakitan. 

“Te— terimakasih,” ujar Dara. Revan melepaskan cengkraman dagunya kasar, sedangkan Dara segera memunguti uang yang diberikan oleh Revan. 

“Cepat pergi dari sini!” titah Revan kembali mengambil uang yang lain dan melemparnya tepat ke kepala Dara yang membungkuk memakai baju. Air mata Dara semakin deras, bahkan anjing saja lebih berharga dari Dara saat ini. 

“Semoga kita gak bertemu lagi,” ucap Dara. 

“Aku juga tidak sudi bertemu apalagi memasukimu lagi. Bagiku hanya cukup sekali bersama setiap wanita, tidak ada dua kali karena tidak menarik sama sekali,” jawab Revan.

Dara memunguti lagi uang yang berserakan dan bergegas pergi dari kamar mewah itu. Perempuan itu menangis di setiap langkahnya. Dara dan Revan sudah kenal lama, saat itu Dara sering ke rumah orang tua Revan karena dia berteman dengan Risya, adik Revan, hingga keluarga mereka menawarkan pekerjaan untuk Dara sebagai tukang bersih-bersih. 

Awalnya semua baik-baik saja, tetapi makin lama Revan gencar mendekati Dara hingga membuat Dara risih. Pun dengan Revan yang makin lama makin kurangajar hingga pertemuan mereka tidak pernah memberikan kesan baik. 

Di dalam kamar hotel Revan menatap darah yang berceceran di sprei. Setelahnya Revan menarik spreinya dengan kencang dan melemparkan asal. 

Revan Arjuna, pria berusia dua puluh sembilan tahun yang merupakan Dokter spesialis kanker yang memiliki perawakan tinggi tegap dengan kulit yang lumayan putih. Pria itu sudah lama mendambakan Dara untuk berada di bawah kungkungannya, tetapi Dara sangat susah didekati. Namun saat Dara sudah tunduk di bawahnya, perasaan Revan malah campur aduk tidak karuan. 

Revan tidak tau harus senang apa marah, dia senang karena mendapatkan Dara sebagai wanita yang tidak berdaya di bawahnya, tetapi juga marah karena dengan murahnya Dara mau dengannya hanya karena uang. 

Dara keluar dari hotel mewah itu dan berjalan tergesa-gesa menuju tempatnya bekerja. Selain menjadi tukang bersih-bersih di rumah orang tua Revan dan Risya, Dara bekerja di bar sebagai pelayan, meski dalam pekerjaannya tidak mudah, tetapi asal uangnya banyak Dara akan melakukannya. 

Sama halnya Risya, Dara juga lulus kuliah dengan gelar sarjana ekonomi, tetapi nasibnya tidak sebagus Risya yang bisa bekerja di perusahaan Ayahnya. Sedangkan Dara? Lebih dari dua puluh lamaran pekerjaan, satu pun tidak membuahkan hasil. Dara terus terjebak dalam lingkaran penuh maksiat.

Sesampainya di tempat kerja, Dara segera mengantarkan minuman untuk para pelanggan di kelas vip. Paras Dara yang cantik membuat banyak mata menyukainya, jadilah Dara berada di kelas atas untuk memanjakan para pria hidung belang berduit. 

“Silahkan dinikmati, Tuan,” ucap Dara meletakkan dua minuman di meja dua orang pria. 

“Berapa?” tanya pria itu kepada Dara. 

“Ayolah, dia tidak mau menjual tubuhnya. Aku sudah memintanya berkali-kali,” sahut salah satu pria asing itu. 

Dara menegakkan tubuhnya dan bersiap pergi, tetapi matanya terpaku kepada pria yang baru saja datang seraya menampilkan seringaiannya. 

“Siapa bilang dia tidak mau menjual tubuhnya?” tanya Revan seraya menaikkan sebelah alisnya. 

“Aku baru saja merasakannya,” tambah Revan segera duduk di samping dua temannya. 

“Waah, benarkah? Bagaimana rasanya?” tanya teman Revan seolah hal itu bukanlah pembicaraan yang tabu. 

Dara mengepalkan tangannya saat dia lagi dan lagi dilecehkan oleh pria-pria kaya itu. 

“Aku punya rekamannya bagaimana dia mendesah di bawahku,” ucap Revan membuat Dara membulatkan matanya. 

“Jangan sembarangan!” bentak Dara segera mendekati Revan. Sedangkan Revan hanya tertawa kecil. 

“Aku akan menyebarkan ke publik, pasti sangat menyenangkan ketika tubuhmu dinikmati banyak orang,” ucap Revan menatap Dara dari atas sampai bawah dengan pandangan mesumnya, bahkan pria itu juga menjilat bibirnya dengan sensual seolah dia akan melahap Dara hidup-hidup. 

“Kamu pria kejam yang pernah aku temui!” sentak Dara sambil menunjuk Revan. Dengan sigap Revan menarik tangan Dara dan mengarahkan ke tubuh bawahnya. 

“Tolong!” teriak Dara memanggil rekan-rekannya agar dia selamat dari manusia jahanam bernama Revan, tetapi tidak peduli bagaimana dia berteriak, satu pun temannya tidak ada yang menolongnya. 

“Nikmat sekali, Dara,” ucap Revan seraya mendesah pelan. 

Tadi Revan juga mengatakan tidak ingin bertemu Dara, tetapi nyatanya Revan tetap menyusul perempuan itu di tempatnya bekerja. Lagi dan lagi Dara merasa hina diperlakukan seperti ini oleh Revan. 

“Lepaskan aku!” pinta Dara. 

“Memohonlah dulu padaku!” pinta Revan. “Memohon seperti anjing kecil,” tambah Revan. 

Dara bersimpuh di lantai seraya tangannya masih dipegang oleh Revan. “Tu– Tuan, lepaskan aku!” pinta Revan. 

Revan tertawa terbahak-bahak melihat Dara, setelahnya pria itu melepaskan tangan Dara. “Inilah akibatnya kamu menolakku, Dara. Kemarin-kemarin kamu sok jual mahal, ternyata kamu semurah ini,” bisik Revan menendang tubuh Dara hingga Dara terjengkang. Tanpa memperdulikan sakitnya, perempuan itu bergegas pergi menjauhi Revan. 

**** 

Keesokan harinya merupakan hari pertama Revan dipindah tugaskan ke rumah sakit yang lebih besar di kotanya. Pria itu keliling kamar bersama beberapa perawat dan Dokter magang. 

Revan memasuki satu kamar yang diisi beberapa pasien kanker, baru juga masuk kamar, pria itu sudah disambut dengan anak kecil yang tengah kejang-kejang dengan hidung yang ada selang oksigen. Dokter jaga segera memberikan penanganan khusus untuk bocah itu. 

“Dokter, anak ini kenapa?” tanya Revan segera mendekat. 

“Anak ini menderita leukimia stadium tiga, kami sedang menunggu pihak keluarga membayar kemoterapi untuk melanjutkan prosedurnya,” jelas Dokter Arhan yang juga menangani kanker. 

“Kenapa harus menunggu pembayaran kalau keadaan pasien sudah seperti ini? Saya yang akan menanggung biayanya,” ujar Revan dengan tegas segera mengangkat anak itu untuk dibawa ke ruang kemoterapi. 

Revan berlari keluar kamar dengan tergesa-gesa, saat melewati ruang administrasi, pria itu melihat Dara di sana. Kebetulan Dara menatap ke arah Revan, mata perempuan itu membulat saat melihat adiknya dalam gendongan Revan. 

“Mau kau bawa kemana adikku?” tanya Dara menjerit karena takut adiknya diapa-apain oleh Revan. 

Revan tidak menanggapi dan membawa adik Dara ke ruang kemoterapi, pun dengan Arhan yang mengejar Revan. 

“Dokter Arhan, saya sudah membayar biaya kemoterapi dan rawat inap. Jangan usir adik saya!” teriak Dara yang kini mengejar dua Dokter itu. 

Related chapters

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   2. Peduli

    Dara menangis sesenggukan di depan ruang rawat adiknya, perempuan itu tidak sampai hati melihat keadaan adiknya pasca kemoterapi yang sejak tadi tidur dan kejang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, tetapi satu suap nasi pun Dara belum makan. Dari kejauhan seorang pria berjalan pelan seraya memasukkan kedua tangannya di kantong jas putihnya. Pria itu menatap Dara dengan pandangan yang sulit diartikan, selama Dara datang ke rumah orang tuanya, tidak pernah sekalipun Dara menceritakan tentang adik atau pun kehidupannya. Revan hanya mengira kalau Dara anak orang miskin, tetapi siapa sangka kalau kehidupan Dara terlalu komplek. Langkah Revan membawa pria itu untuk mendekat pada gadis cantik yang tengah menangis. “Ekhem.” Suara deheman tidak berhasil membuat Dara mendongak. “Ekhem.” Revan berdehem lagi, tetapi karena tidak mendapat respon dari Dara, Revan menepuk pundak perempuan itu. Dara tersentak, perempuan itu menatap Revan yang berdiri di depannya. “Ada apa?” tanya Dara yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   3. Pernikahan?

    Baru kali ini Dara merasa tidurnya sangat nyenyak. Kasur yang dia tiduri pun sangat empuk seperti bukan kasur miliknya, pun dengan harum yang sangat menenangkan menusuk hidung Dara. Kalau seperti ini rasa nyenyaknya tidur, Dara tidak ingin bangun. “Eum … nyenyaknya,” gumam Dara memeluk guling dengan erat. Revan yang tengah menggulung lengan kemejanya pun menatap Dara yang wajahnya berkali lipat lebih cantik saat tidur. Wajah perempuan itu terlihat sangat polos nan teduh, siapa yang tidak jatuh cinta dengan perempuan secantik itu?Lambat laun Dara membuka matanya, pertama yang Dara lihat adalah ranjang putih bersih serta guling berwarna putih juga. “Aku dimana?” tanya Dara segera mendudukkan dirinya karena merasa ini bukan tempatnya, pun dia harusnya bekerja, tetapi malah terdampar di ranjang. “Syukurlah kamu sudah bangun, aku pikir kamu simulasi di alam barzah,” ujar Revan membuat Dara menoleh. Dara tercekat melihat Revan yang berdiri tidak jauh darinya tengah memakai kemeja dan r

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   4. Menerima Tawaran

    Dara menyambar tasnya dan bergegas keluar dari kamar Revan, sedangkan laki-laki itu keluar kamar lebih dahulu. Saat akan menuju pintu utama rumahnya, hp Dara berdering nyaring. Tergesa-gesa Dara mengambil benda pipih di tasnya, panggilan dari tetangganya. Dara mengangkat panggilan itu. “Ada apa, Mbak?” tanya Dara. “Mbak, Bapaknya dibawa ke rumah sakit karena pingsan di jalanan,” ujar seorang perempuan di seberang sana. Wajah Dara pucat pasi mendengar ucapan tetangganya, perempuan itu berlari menuju pintu utama, sayangnya saat membuka pintu, pintu itu tidak bisa terbuka. Dara berusaha membukanya berkali-kali, tetapi tetap saja tidak terbuka. “Buka pintunya, Revan!” teriak Dara dengan kencang membuat Revan yang tadinya di dapur langsung menghampiri Dara. “Kenapa tergesa-gesa?” tanya Revan seraya tersenyum. “Cepat buka pintunya, aku harus ke rumah sakit sekarang,” ujar Dara memaksa. “Adikmu baik-baik saja,” jawab Revan. “Bukan adikku, tapi Ayahku!” teriak Dara yang terus berusaha

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   5. Meminta Restu

    “Dara, katakan apa maksudnya tadi!” titah Risya seraya mondar-mandir di ruang rawat Kaivan yang kini sudah berpindah di ruang Vip. “Tadi Kakaku bilang aku harus menjaga Kakak ipar, dan di sana hanya ada kamu. Kalau bukan kamu, siapa lagi Kakak iparku?” tanya Risya lagi. Kaivan yang memegang mobil mainan pun bingung melihat Kak Risya dan Kakaknya. “Dara, kenapa kamu diam saja?” tanya Risya membuat Dara tersentak. Dara menatap Risya, “Risya, maafkan aku yang sudah lancang jadi Kakak iparmu. Aku tau kalau aku hanya perempuan biasa yang tidak ada apa-apanya daripada keluarga kamu. Aku juga tau kalau aku tidak cocok jadi istri Kakakmu, tapi aku … aku ….” “Kamu mau jadi istri Kakakku beneran?” tanya Risya berbinar senang. Tanpa aba-aba Risya memeluk tubuh Dara dengan erat membuat Dara kaget. Pelukan Risya yang kencang membuat Dara sesak. “Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa padaku saat dekat dengan Kakakku? Dari dulu aku senang sekali saat melihat Kakakku kelihatan menyukaimu. Aku pik

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   6. Mencuri Hati Adik Ipar

    Dara merasa hidupnya sungguh mengenaskan, adiknya belum sembuh dari kanker, kini kanker Ayahnya kambuh lagi, pun dengan orang yang sangat dia hormati kini menghinanya. Mungkin bahasa Selin masih halus mengatakan kalau Revan harus menikah dengan sesama Dokter, tetapi itu sukses membuat Dara merasa rendah diri. “Hei, kamu belum menceritakan tentang hubunganmu dan Kakakku. Bagaimana awal mulanya kamu jadi suka sama dia? Bukankah kamu sering sinis sama dia? Apa yang membuatmu menyukainya?” tanya Risya bertubi-tubi sudah seperti wartawan saja. Saat ini Dara dan Risya berada di mall, Risya lah yang memaksa Dara ikut karena gadis itu ingin menghibur calon kakak iparnya yang kelihatan sedih. “Aku dengar kalian ke rumah orang tuaku. Bagaimana? Ibuku setuju kan?” tanya Risya. Dara hanya diam mendengar ucapan teman baiknya. Gadis itu di ambang kebingungan antara mengatakan yang sebenarnya atau tidak. “Haiyah, pasti Ibuku setuju,” ucap Risya merangkul lebih erat pundak Dara sampai Dara menga

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   7. Siapa Calon Istri?

    Napas Revan terengah-engah naik turun setelah percintaan panas mereka. Revan sendiri yang mengatakan kalau dia tidak akan memasuki Dara kedua kali, tetapi omongan pria itu hanya bulshit semata, Revan merasa tubuh dara sangatlah candu sampai-sampai ia ingin lagi dan lagi. Saat ini Dara tengah tertidur pulas setelah dua ronde bercinta dengannya. Perempuan itu terlihat kecapean karena keringat bercucuran di keningnya. Revan memiringkan tubuhnya dan menyangga kepalanya dengan siku. Satu tangannya mengelus kening Dara yang penuh dengan keringat, pun dengan cowok itu yang menyelipkan anak rambut Dara ke telinga perempuan itu. Sungguh sejak dulu Revan mengagumi Dara, perempuan cantik, manis dan pekerja keras, sayangnya Dara selalu menolaknya membuat revan membenci gadis itu. “Eughhh ….” Dara melenguh pelan dengan bibir terbuka. Revan menatap bibir Dara yang sangat manis karena sudah dia cium berkali-kali. Tiba-tiba Dara membuka matanya membuat Revan kaget. Revan salah tingkah karena terc

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   8. Ayah Hilang

    Dara menangis sesenggukan saat Ayahnya kabur dari rumah sakit. Pihak keamanan pun sudah membantu mengecek cctv, tetapi hanya sampai Ayah Dara keluar kamar, arahnya kemana Ayah Dara menghindari lewat daerah yang ada cctvnya. Kini Dara berlari ke penjuru rumah sakit untuk mencari Ayahnya, beberapa perawat turut membantu. Dara berlari ke parkiran, saat membelokkan tubuhnya, Dara terkesiap karena tubuhnya menabrak seseorang. “Eh … maaf … maaf, saya gak sengaja,” ucap Dara menepuk-nepuk dada orang yang dia tabrak, setelahnya Dara bergegas pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Revan. “Mau kemana?” tanya Revan. Dara mendongak, “Revan, kali ini jangan menyusahkanku. Aku lagi sibuk,” ucap Dara mencoba melepaskan tangan Revan dari tangannya, tetapi cekalan tangan Revan sangat kuat. Revan melihat gurat kepanikan yang ada di wajah Dara, “Ada apa?” tanya Revan. “Ayahku kabur dari rumah sakit,” jawab Dara. “Dokter Revan, pasien yang dijadwalkan operasi besok pagi kabur. Kemungkinan besar kare

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   9. Cemburu Yang Salah

    Revan menuntun Ayah Dara masuk ke kamar pria itu lagi. Pun dengan Revan yang menyelimuti Sahrul dengan sabar. “Istirahat dulu ya, Pak. Akan kami atur ulang jadwal operasinya,” ujar Revan. Dara menatap Revan yang terlihat jauh lebih sabar daripada dengannya. Dara merasa melihat Revan sebagai orang lain karena sifatnya berbanding terbalik. “Dara, ayo keluar!” ajak Revan. “Aku mau di sini,” jawab Dara yang tidak ingin kecolongan lagi. Perempuan itu takut kalau diam-diam Ayahnya minggat. “Kalau kamu di sini, kamu membuat Ayahmu tertekan. Aku masih ingat bagaimana kamu marah kayak singa,” seloroh Revan terus menarik Dara untuk pergi. Dara pun menurut dengan Revan hingga Revan membawanya ke kamar sang adik. Di sana Kaivan tengah tertidur pulas dengan selimut yang jatuh karena bocah itu kalau tidur kebanyakan tingkah. Dara mengambil selimut dan bersiap menyelimuti adiknya. Namun, selimut itu diambil paksa oleh Revan. “Eh selimutnya,” kata Dara kaget. Revan menyelimuti tubuh Kaivan,

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   61. Menunggu Jawaban

    Hari ini Dara kesal setengah mati karena suaminya tidak bilang-bilang saat menjemput adiknya, sedangkan dia sudah jalan kaki ke sekolah capek-capek. Sampai pukul dua belas siang, Revan tidak membawa adiknya pulang membuat Dara bingung mau ngapain. Kalau ada Kaivan, Dara bisa bermain dengan adiknya. Dara berusaha menghubungi Revan, tetapi nomor pria itu tetap tidak aktif. Hingga mata Dara memicing saat mengingat ucapan adiknya kalau Revan pernah ditatap oleh Putri tanpa berkedip. Dara mondar-mandir di ruang tamu rumahnya, sesekali perempuan itu melihat hp yang dia genggam. Hingga suara mobil masuk ke halaman rumahnya terdengar. Buru-buru Dara berdiri di depan pintu yang masih tertutup rapat. Suara langkah kaki dan celotehan terdengar, hingga pintu terbuka menampilkan wajah Revan yang kini menatapnya. “Kakak, aku tadi ikut Kak Revan ke rumah sakit. Di sana susternya cantik-cantik. Kenapa pas aku sakit dulu susternya bukan suster itu?” tanya Kaivan. “Masih kecil sudah genit, sana ga

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   60. Memaafkan

    “Aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi dari sini!” titah Revan mendesis. “Revan, kedatangan ibu ke sini membawakan buah untuk istri kamu. Ini ibu beli banyak, ada makanan juga untuk Kai,” jawab Selin. “Istriku tidak butuh! Lagipula tidak ada yang menjamin apa buah dan makanan itu bebas dari racun. Aku bisa menjamin kehidupan istri dan adikku sendiri!” desis Revan. Sebenarnya Revan tidak tega mengatakan demikian, tetapi kekecewaan Revan pada ibunya sudah di ujung tanduk. Karena ibunya, hubungannya dan Dara sempat renggang. Revan tidak mau mengambil resiko lagi. “Revan, ibu mengaku salah yang kemarin. Tapi kali ini ibu memang membelikan buah dan makanan untuk kalian tanpa ada niat apapun. Ibu—” “Pergi dari sini!” bentak Revan membuat Selin kaget. Tidak hanya perempuan itu, tetapi juga Kaivan yang kini sangat takut. Dara yang mendengar keributan pun segera keluar, “Revan, kenapa kamu teriak-teriak?” tanya Dara. Dara melihat Selin yang di tangannya memegang kantong plastik dan bebera

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   59. Bersaing

    Revan merasa kehidupannya yang sekarang sangat menyenangkan. Dimana ada istri di sisinya, ada juga adik iparnya yang menyebalkan. Saat ini Revan tengah sibuk membuatkan susu ibu hamil untuk istrinya, sedangkan istrinya sibuk dengan pakaian baru Kaivan. Hari ini pertama kali Kaivan masuk sekolah, bocah itu sangat antusias karena ini yang dia inginkan“Sudah siap pakaiannya, kamu ganteng banget pakai seragam ini,” puji Dara pada adiknya. “Dara, susunya sudah siap. Diminum gih!” pinta Revan pada istrinya. “Iya, sebentar,” jawab Dara. “Kakak, ini tuh dasinya gak gini. Ini masih miring,” rengek Kaivan karena dasi yang dipakaikan kakaknya miring. Dengan sigap Dara membenarkan dasi adiknya. Revan yang melihat itu segera melepas kancing kemejanya dan mengacak sedikit kerahnya. “Sayang, bajuku berantakan,” rengek Revan bagai anak kecil. Dara menatap ke kerah baju Revan. “Tadi aku lihat sudah rapi, kenapa sekarang kayak gitu?” tanya Dara pada suaminya. “Entahlah,” jawab Revan. Dara meng

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   58. Obat Nyamuk

    “Kaivan, makan yang banyak biar cepet gede!” pinta Devano berusaha menyuapi Kaivan, tetapi Kaivan tetap lari-larian. Malam ini Devano dan Risya mengajak Kaivan ke time zone, Devano ingin Risya melihatnya sebagai pria yang sayang anak-anak agar Risya cepat mengatakan kalau mau menikah dengannya. Namun, Kaivan sangat sulit diajak kerja sama, bocah itu terus lari-larian saking senangnya. Kaivan tidak pernah diajak ke sini oleh kakaknya. “Kaivan, cepet makan!” titah Devano mendekati Kaivan lagi. “Om, tadi Kak Revan kasih aku uang, aku mau main game lempar bola itu,” ujar Kaivan mengeluarkan uang dari sakunya. Devano mengembalikan uang itu lagi ke saku Kaivan. “Om punya banyak uang, jadi Om saja yang bayar. Yang penting kamu makan!” desis Devano terus berusaha menyuapi Kaivan. Risya tertawa geli karena Kaivan tidak mau disuapi, “Makannya jadi orang yang lemah lembut biar anak-anak menyukai. Anak-anak itu jujur, kalau dia tidak mau disuapi tandanya kamu bukan orang yang baik,” oceh Ris

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   57. Gigitan Dara

    Saat ini Dara tengah menundukkan kepalanya di ruang tamu rumahnya dan Revan, perempuan itu tidak berani menatap suaminya yang kini berdiri di depannya. Melalui ekor matanya Dara melihat sang suami tengah mondar-mandir seraya bersedekap dada. Saat Dara akan melihat lebih jelas, buru-buru Dara menunduk lagi. “Sudah puas kaburnya?” tanya Revan menatap istrinya. “Hem,” jawab Dara. “Sekarang kenapa menemuiku? Apa sudah bosan kabur terus atau sudah—”“Karena aku mendengarmu tengah sama wanita lain, makanya aku datang lagi,” jawab Dara yang kini berdiri dari duduknya. Perempuan yang tadinya malu menatap wajah suaminya kini menjadi berani dan mendorong tubuh Revan hingga Revan menubruk tembok belakangnya. Brak!Dara memukul tembok tepat di sebelah kepala Revan membuat pria itu kaget. “Aku hanya kabur, tidak bercerai denganmu. Saat aku mengatakan pisah, kamu juga tidak melayangkan perceraian padaku. Jadi aku dan kamu masih suami istri. Saat aku mendengarmu sama perempuan lain, jelas aku ke

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   56. Bersama Lagi

    Dara merasa terancam dengan keberadaan perempuan lain di hidup Revan. Revan bilang hanya menyukainya, tetapi Revan malah sama yang lainnya. Saat ini Dara pulang tanpa membawa barang apapun, juga Dara tidak memberitahu Ayahnya. Sesampainya di rumah Revan, Satpam bilang kalau Revan tidak ada di rumah, alhasil Dara tidak jadi masuk karena tidak berani. “Nyonya, kenapa tidak masuk?” tanya penjaga keamanan itu pada Dara. Sedangkan Dara hanya menggeleng pelan. “Biasanya Pak Revan kalau keluar malam, pulangnya juga larut,” ujar pak Satpam membuat Dara mengangguk. Dara bersiap pergi, tetapi kembali lagi, “Pak, kalau boleh tau dimana perginya Revan?” tanya Dara. “Biasanya kalau malam sih di bar,” jawab pria di depan Dara itu. Dara membelalakkan matanya, ternyata Revan masih sering keluar masuk bar. Perempuan itu menuju ke taksi yang menantinya. Di sisi lain Revan tengah bersama rekan-rekan bisnisnya, pria itu sudah banyak minum, tetapi tidak membuatnya mabuk, sedangkan teman-temannya sud

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   55. Pamer Kakak

    “Kak Revan, aku kangen Kak Dara,” rengek Kaivan yang saat ini duduk di mobil Revan. Revan yang sudah menjalankan mobilnya pun menatap ke arah Kaivan. Sumpah demi apapun mengurus anak kecil sangat menyebalkan, ini rewel itu rewel. Minta sekolah sudah Revan wujudukan, sekarang malah merindukan Dara. “Aku mau telfon sama Kak Dara, Kak. Kangen banget, kangennya sudah segini,” oceh Kaivan menunjukkan bulatan besar tanda kangennya. “Kalau tau gak bisa jauh-jauh sama Kak Dara, kenapa kamu malah kabur?” tanya Revan. “Kalau aku sama Kak Revan, nanti Kak Dara nyariin, akhirnya kalian ketemu lagi deh,” jawab Kaivan. Revan menggeleng pelan mendengar ucapan Kaivan, masih kecil tapi bisa-bisanya punya rencana untuk menyatukan orang dewasa. “Ini telfon kakakmu, tapi bilang kalau kak Revan gak ada di samping kamu!” titah Revan memberikan hpnya pada Kaivan, pun dengan Kaivan yang menerima hp kakaknya. Bocah itu langsung menghubungi nomor kakaknya yang ternyata disematkan oleh Kak Revan. Di sisi

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   54. Perhatian Selin

    Sudah beberapa hari Selin mengurus menantunya yang hamil, perempuan itu ikut tinggal menemani Dara meski Dara selalu menolaknya. Sama halnya pagi ini untuk pertama kalinya Selin masak lagi setelah sekian lama selalu mengandalkan asisten rumah tangga. Selin sibuk di dapur, terkadang barang-barang jatuh karena perempuan itu tidak becus sama halnya dengan Revan.Dara berjalan sempoyongan menuju dapur karena haus, sesampainya di sana Dara malah melihat mertuanya bertingkah. Menggoreng telur saja jaraknya lebih dari dua meter.Selin yang melihat Dara pun tersenyum, “Dara, kamu duduk saja di situ, biar Ibu yang menyiapkan sarapan,” ujar Selin.“Sebenarnya apa maumu? Kenapa kamu tidak pulang-pulang?” tanya Dara pada Selin.“Dara, Ibu tau ibu pernah salah, tapi ibu di sini untuk mengurus kamu yang sedang hamil. Ayahmu kerja, kalau sampai ada apa-apa sama kamu bagaimana? Pada siapa kamu meminta tolong?” tanya Selin.Dara memutar bola matanya malas mendengar ucapan Selin. Sedangkan selin memega

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   53. Mengurus Dara

    “Dokter, ini Kaivan minta ketemu,” ucap Alvian memasuki rumah Revan yang terbuka lebar. Revan yang tengah merapikan bajunya siap pergi pun langsung menghentikan langkahnya. Kaivan berlari menghampiri Revan. “Kak Revan, aku kangen hiks hiks hiks … aku mau sama Kak Revan,” rengek Kaivan yang saat ini menangis sesenggukan sambil memegang kaki Revan. Revan menatap Kaivan yang memeluk kakinya dengan erat, pria itu juga merindukan Kaivan, terakhir kali bertemu dengan Kaivan, bocah itu sudah mulai gembul, tetapi sekarang Kaivan kurus lagi. “Kaivan, kamu tidak banyak makan selama ini?” tanya Revan mengangkat tubuh Kaivan dan menggendongnya. “Aku gak mau makan, aku mau ketemu sama Kak Revan,” jawab Kaivan yang kini memeluk erat leher Revan saat sudah digendong. “Kenapa tidak mau makan?” tanya Revan. Kaivan hanya diam saja dan menyandarkan kepalanya ke pundak Kakak iparnya. “Kak Revan, aku mau di sini. Meski aku disuruh kerja pun aku mau, aku bisa beres-beres, aku juga gak pilih-pilih mak

DMCA.com Protection Status