Beranda / Romansa / Terjerat Hutang Mr. Arogant / Bab 18 Gara-gara Motor

Share

Bab 18 Gara-gara Motor

Penulis: HIZA MJ
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“bangun..” ucap Laila membangunkan Malik. Entah kelelahan atau terlalu nyaman, Malik termasuk susah dibangunkan. Sudah sejak 35 menit yang lalu Laila terus berusaha membangunkan laki-laki itu.

“bangun.. kita berangkat jam berapa? Malik..” Pekik Laila. Malik menggeliat. Meregangkan badannya yang pasti terasa pegal.

Sejak semalam mereka berdua tidur seperti patung yang meringkuk. Nyaris tak bergerak. Saling menjaga jarak agar tidak saling bersentuhan. Akibatnya, kini badannya bukan jadi segar tapi justru kaku. Begitu pula Laila.

“badanku sakit semua..” keluh Malik. Laila acuh tak acuh. Bukan salahnya kalau badannya sakit semua. Malik yang memaksanya menikah, dan Laila tidak perlu merasa bersalah hanya karena ranjang itu tidak sesuai standarnya si tuan arogan.

“kita berangkat jam berapa?” tanya Laila ketus. Malik mengambil ponsel di atas meja. Mengetuk layar itu untuk melihat jam.

“jam 6..” gumamnya. “kita berangkat jam 9 aja bagaimana? Aku perlu meregangkan badanku dulu..” kata Malik sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 19 Move On

    “Ibu Dila minta desain fasad yang kita tawarkan diubah. Beliau udah hubungi lo?” Tanya Denis.Denis sedang duduk di kursi bar tepat di depan Saka yang berada di belakang meja barista. Saka sedang mengolah biji kopi untuk dijadikan minuman favoritnya sendiri.“hmm..” Saka berdehem.“Beliau minta fasad yang lebih tertutup dan terlihat minimalis. Tapi enggak mau nambahin budgetnya. Budget awal katanya dialihkan ke perubahan itu. Gue udah kasih beberapa desain pilihan tapi beliau selalu menolak. Katanya mau lo yang desain. Ada-ada aja. Sedangkan lo nya dihubungin susah banget katanya. Naksir lo kali ya?” pungkas Denis. Saka bergeming.Denis dan Saka memiliki sebuah perusahaan jasa arsitek dan interior yang mereka rintis bersama-sama sejak lulus magisternya. Saka lebih banyak mengurusi desain luar sedangkan Denis lebih sering memegang kendali pada bagian interior ruanganSejauh ini mereka bekerja sama dengan apik. Meski berulang kali mengalami bangkrut karena tertipu pelanggan. Kini posisi

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 20 Alasan Laila

    Laila dan Malik baru saja tiba di rumah orang tua Malik. Di depan pintu, sang Papa sudah menyambut kedatangan menantu pertamanya itu dengan senyum lebar dan hangat. Sedangkan Mama Lina tidak nampak batang hidungnya.“Pak, ada kelapa di bagasi mobil, dikeluarkan ya, bawa ke dapur.” Pinta Malik pada satpam rumahnya.“baik, den.” sahut Satpam itu.Malik beberapa langkah di depan Laila. Melangkah dengan langkah cepat seolah memang sengaja meninggalkan Laila di tengah kecanggungannya.Laila menyalami sang mertua. Mencium tangannya takzim setelah Malik hanya ber ‘say hai’ pada Papanya. Agak lain dan tiba-tiba menjadi canggung antara Laila dan Papa mertuanya.“mama mana Pa?” tanya Malik.“ada di taman belakang. Itu apa yang dikeluarkan Pak Budi?” tanya Pak Agung kemudian saat melihat satpam rumahnya sibuk di bagasi mobil Malik.“kelapa. Kelapa muda. Bapak yang panen. Kami bawa untuk oleh-oleh kata Bapak. Diterima ya Pak.” Jawab Laila.“Papa, panggil Papa. Itu pasti diterima. Tidak ada alasan

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 21 Sandiwara

    Laila sudah terbangun sebelum matahari menyembul sempurna. Ia sedang merapikan tempat tidurnya. Semalam Laila bersikeras tidur di sofa. Padahal Malik sudah berbaik hati menawarkan tidur di ranjang besarnya. Laila rikuh bersebelahan dengan laki-laki itu. Laila berlalu ke kamar mandi lalu turun ke lantai bawah. Langkahnya tertuju pada dapur yang sejak kemarin membuatnya penasaran dengan orang-orang di dalamnya. Tentang siapa Bi Mina, wanita yang katanya akan mengantarkan makanan padanya semalam. Laila penasaran dengan wajah-wajah penghuni rumah besar itu selain tuan rumah mereka.“selamat pagi..” sapa Laila.Dua wanita di dapur tergagap kedatangan majikannya sepagi buta ini. Biasanya mereka akan menyapa tuan rumah mereka saat tuan rumah mereka bersiap sarapan di meja makan.“Non.. kenapa kesini? Ini masih gelap.” Protes Bi Mina.“memangnya kenapa, Bi? Saya tidak boleh kesini?” tanya Laila cemberut.“bukan. Tapi..”“saya mau bantu-bantu..” ucapnya lagi.“aduh, apalagi ini, jangan Non. Na

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 22 Ceraikan Aku

    Laila duduk di sebelah Malik yang masih fokus pada tab-nya. Tak lama kemudian Bi Mina menyusul keluar membawa nampan berisi jus buah lalu Bi Mina berbalik menuju dapur, dan keluar lagi membawa nampan berisi roti tawar berikut bermacam-macam selai. Laila mengamati detail pergerakan Bi Mina. Sementara Pak Agung mengamati Laila yang sedang mengamati Bi Mina. Hanya Malik yang tertunduk sibuk pada tab-nya. Tak mengacuhkan istrinya sendiri.Pak Agung sudah merasa ada yang aneh dengan putranya. Dia yang awalnya menolak menikah karena tidak memiliki pacar atau kekasih, lalu tiba-tiba mengenalkan seorang gadis padanya yang katanya calon istrinya lalu menikahinya dengan terburu. Dan sekarang, sikap mereka berdua sama sekali tidak seperti suami istri.Apakah mereka sedang bertengkar? Tapi kalaupun suami istri bertengkar suasana tidak akan sekaku itu. Malik kaku, Laila apalagi. Batin Pak Agung menduga-duga.“Apa kegiatanmu hari ini Laila?” suara Papa mertuanya membuyarkan fokusnya yang masih meng

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 23 Dia Memang Tampan

    Laila tengah duduk di salah satu kursi yang paling dekat dengan jendela. Di depannya sudah terhidang satu cangkir kopi latte panas yang menemaninya. Ia menunggu Malik yang sedang berada di ruangan Saka. Entah apa yang mereka bicarakan. Laila tak mau tahu. Ia hanya tahu Malik akan menjelaskan sesuatu pada Saka.Laila meraih cangkir lattenya. Menyesapnya lalu meletakkan kembali. Pandangannya terlempar keluar jendela, tapi pikirannya jelas tidak disitu. Ia memikirkan nasibnya yang terjerat pernikahan dengan tuan arogan bernama Malik.Berkali-kali mengatai dirinya sial dalam hati. Laila tidak percaya diri bahwa dia mampu bisa menjalani pernikahan akibat jerat hutangnya pada tuan arogan itu. Ditambah Malik sudah menegaskan bahwa dia tidak akan menceraikannya sampai kapanpun, Laila merasa semakin merana. Siapa yang tahu tentang masa depan, bagus jika kelak mereka akan saling mencintai. Tapi kalau tidak? terlebih ibu mertuanya sangat tidak menyukainya. Laila lagi-lagi meratap dalam hati. Air

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 24 Yang Sebenarnya

    Beberapa jam sebelumnya.“halo tante.. tante di rumah kan? Gladis mau kesana sekarang. Malik tante, Malik mengabaikan Gladis lagi..” rengek Gladis. Ia sedang mengadu pada mama Malik. Senjata paling ampuh baginya saat Malik tak acuh padanya.Seperti kebiasaannya yang selalu menempel pada Malik, Gladis jamur parasit yang datang tanpa diminta. Karena merasa mama Malik telah memberi lampu hijau padanya, sebab memang ibunya lah yang menjodoh-jodohkannya, Gladis dengan leluasa menempel, mengatur dan bahkan menyetir Malik untuk mengikuti semua keinginannya. Kalau tidak, Malik akan mendapat omelan panjang dari Mamanya.Gladis dengan cepat menyambar tas nya di atas meja. Langkahnya cepat dan menyentak. Heelsnya yang tinggi itu menyentak nyaring menyisakan bunyi gema di lorong-lorong kantor Malik.Ia tak mempedulikan pandangan semua orang yang mengarah padanya. Dengan menegakkan kepalanya ia melewati semua mata itu yang sedang mencibirnya. Terdengar pula bisik-bisik, ada pula yang sengaja denga

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 25 Nasib Pernikahan Mereka

    Pagi berikutnya dan berikutnya, Laila kembali terbangun lebih dulu saat langit masih gelap. Dia merasakan badannya lebih bugar. Badannya tidak pegal seperti kemarin-kemarin lagi. Semalam, Malik memaksanya untuk tidur di ranjang yang sama. Tentu saja dengan dua guling sebagai penyekatnya. Malik tidak mau terlihat terlalu kejam dengan membiarkan Laila tidur di sofa meski wanita itu bersikeras.Laila merapikan bantal dan gulingnya sejenak. Lalu melirik Malik yang masih terlelap, terlihat dari deru nafasnya yang teratur. 30 menit kemudian Laila sudah rapi dan seperti biasa dia akan langsung pergi ke dapur. Setidaknya setiap pagi ia memiliki kegiatan yang baginya menyenangkan. Mengobrol dan merusuhi pekerjaan Bi Mina dan Mbak Yani. Sudah 5 hari berada dirumah besar itu, ia selalu berhasil menghindari mama mertuanya. Mertuanya itu sepertinya juga sangat sibuk, sehingga membuat Laila sedikit lebih leluasa kesana kemari di rumah besar itu.Malik terbangun terdengar suara pintu berderak lalu b

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 26 Keinginan Terpendam

    Ternyata, hal yang selama di rumah itu coba Laila hindari akhirnya terjadi. Mama mertuanya sedang duduk halaman depan setelah melakukan senam ringan di bawah terik matahari pagi. Sambil menyesap jus tomat kesukaannya, ia melirik Malik dan Laila yang sepertinya tergesa.“pagi Ma..” sapa Laila. Mama tak menjawab sapaannya.“mau kemana kalian terburu-buru?” tanyanya.“kami mau lihat apartemen Ma, mungkin setelah ini kami akan pindah ke rumah kami sendiri.” Jawab Malik di depan pintu mobilnya. Sedikit berteriak karena jarak antara mobil dan tempat duduk mamanya lebih dari 10 meter jauhnya.“tunggu!” teriak Mama. Mama bergegas berdiri dari duduknya. Dengan cepat melangkah mendekati anaknya.“siapa yang mengijinkan kalian pindah? Nggak! Nggak boleh, kamu harus tetap disini. Kamu nggak kasihan sama Mama, Malik? kakakmu sudah melanglang buana di luar sana, nggak pernah pulang dan kamu juga akan pergi meninggalkan mama di rumah sebesar ini?” cegah Mama. Dia harus berhasil menahan Malik agar t

Bab terbaru

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   End

    Beberapa bulan kemudian.Tangis balita memenuhi ruangan. Suaranya menggema riuh rendah, padahal hanya satu bayi. Cucu kebanggaan Keluarga Bagaskara telah hadir di tengah-tengah kesunyian yang melanda rumah besar itu.Bu Lina bahagia luar biasa, ingin rasanya terus menimang-nimang kalau saja ia bisa. Sayangnya, ia sudah harus beristirat tidak diperbolehkan terlalu lelah oleh dokter. Sejak sebulan yang lalu Bu Lina harus kembali menggunakan tongkat untuk membantu berjalan dan kursi roda jika diperlukan, beliau terpeleset sewaktu di kamar mandi, dan riwayat patah tulang dahulu kala menjadikan kecelakaan kali itu bukan hanya terpeleset biasa. Tapi membuka luka lama dan memperparahnya.Padahal ingin sekali ia menikmati waktu menimang-nimang cucu satu-satunya saat itu.Sambil terus bersemoga agar Mahardika dan Raisa segera diberi keturunan.Ya. Mahardika berhasil meyakinkan orang tua Raisa bahwa ia benar-benar menginginkan Raisa dan mencintainya.Beberapa bulan yang lalu.Dengan tangan berg

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Extra Bab 2

    Malik memegang ponselnya diputar-putar lalu berhenti dan mencari aplikasi pesan. Menatapnya lama, lalu kembali memainkan ponselnya.Sekian kalinya lalu ia berhenti dan mantap mengirimkan sebuah pesan.‘Wanita memang butuh kepastian, Bang. Tapi mereka juga tidak akan suka dengan kesemena-menaan. Aku udah pernah melakukan itu, jadi Abang tidak perlu mengulangi kesalahanku. Dia ada di rumahku sekarang kalau Abang mau meluruskan masalah kalian.’Pesan yang cukup panjang. Lalu Malik tutup dengan helaan nafas panjang. Ia tidak tahu masalah apa yang Dika lalui hingga mendapatkan status duda itu. Tapi melihat kesembronoan Dika, rasanya Malik segera mengerti bagaimana sikap Mahardika jika berhadapan dengan perempuan.Benar-benar mirip dengannya. Beruntungnya, Laila cukup mau bersabar menghadapinya dan mau memaafkan semua tingkah lakunya hingga ia tidak jadi menyandang status duda itu. Jika saja… Ah, jangan sampai. Malik tak mau berandai-andai.Laila dan Raisa bercengkerama sekian lamanya hingg

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Extra Bab

    Laila disambut pelukan hangat suaminya begitu tubuhnya muncul dari balik pintu besi lapas yang menjulang tinggi. Gurat kekhawatiran sangat jelas di wajah suamiya, sebab takut kalau-kalau Gladis gelap mata dan menyerang istrinya yang tengah berbadan dua. “Kamu enggak apa-apa kan, Sayang?” Tanya Malik segera setelah melepaskan pelukannya. Meraba-raba wajah dan tubuh istrinya memastikan tidak ada yang kurang dan bertambah. Bertambah ada luka atau lebam. “Enggak apa-apa Mas. Kami cuma ngobrol kok.” “Aku takut kalau sampai dia nekad.” Katanya sambil menuntun Laila memasuki mobil. “Mbak Gladis kasihan sekali, Mas. wajahnya tirus dan kelihatan sangat tertekan. Tubuhnya kurus sementara perutnya menggembung buncit.. Aku enggak tega.” Ia kembali mengingat rupa Gladis sebelum dan sesudah peristiwa itu. Dulu, Gladis adalah perempuan yang cantik. Tubuhnya tinggi dan montok. Wajahnya merah segar tidak seperti yang ia lihat baru saja. Matanya yang belok terlihat semakin belok karena semakin t

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 113 Tamu Tak Terduga

    Suasana rumah besar keluarga Bagaskara kini semakin akrab untuk Laila terlebih ketika mama mertuanya sudah berubah untuknya. Sudah menerimanya dan semakin sayang padanya.Bermacam-macam hadiah yang diberikan sang mertua untuknya, terutama untuk kebutuhan ibu hamil dan menyusui.Sepulangnya dari Bali, Laila dan Malik tidak langsung ke rumahnya sendiri. Tapi terlebih dulu ke rumah orang tuanya, melepas rindu sekaligus memberikan oleh-oleh yang dibawanya.Ternyata, bukan hanya dia yang memberikan oleh-oleh itu, Laila juga menerima hadiah yang telah disebutkan tadi dari ibu mertuanya.“Ini banyak sekali, Ma..” Kata Laila terharu sekaligus terperangah.Lina mengeluarkan semua belanjaannya berkarton-karton paper bag untuk Laila.“Mama tadinya ingin sekalian belanja baju bayi untuk anakmu, karena kamu pasti lelah setelah perjalanan dari Bali. Kandungan mu juga semakin besar. Tapi Mama enggak mau lancang, ini anak pertama kalian, pasti kalian antusias ingin belanja kebutuhannya sendiri.” Ungk

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 112 Laki-laki Gila

    “Kamu jangan main-main! Lamar-lamar anak orang! Siapa dia, siapa orang tuanya, dari mana asalnya kita enggak tahu. Hanya karena dia adalah teman Laila kemudian kita akan menerimanya? Apa orang tuanya tahu kamu membawanya kemari?” Cecar Mama Lina sepeninggal Raisa.Meski dalam hati ia ikut tergelak sebab anak sulungnya meminta dilamarkan seorang gadis. Namun. Ia tetap tidak bisa menerima sikap sembrono Dika, anaknya.“Kamu itu sudah tua, Dika. Jangan main-main soal menikah.” Lanjutnya ketika jawaban yang diharapkan tak kunjung keluar.“Dika enggak main-main, Ma.” Jawab Dika sungguh-sungguh.Pak Agung hanya duduk mendengarkan celotehan istrinya yang ditanggapi anak sulungnya biasa-biasa saja. Benar-benar duplikat Agung Bagaskara.“Lalu dimana rumahnya? Siapa orang tuanya?” Tanya Lina lagi.Dika menggeleng. “Dika hanya tau apartemennya, tapi rumah orang tuanya Dika belum tanya.”“Lihat anakmu, Pa. Papa sebut dia dewasa? Umurnya saja yang tua, tapi pikirannya, ya ampun… Papa saja yang uru

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 111 Menikahimu

    Surya sore menyemburat menembus pohon-pohon di taman itu hingga menciptakan bias dan pendar yang menyapa dua insan yang duduk di sana. Duduk berjauhan bak orang asing. Satu perempuan dan satu laki-laki, tidak saling menatap tapi gesture mereka mengisyarakatkan bahwa mereka serasi menjadi sepasang kekasih. Tatapan mengernyit dari si perempuan dan wajah datar si laki-laki mempertegas bahwa hubungan mereka memang sedang berjarak. “Maksudnya apa?” Tanya Raisa tak sabar. “Ikutlah ke rumahku.” “Iya, tapi untuk apa? Ngomong yang jelas! Bisa enggak sih jadi laki-laki yang tegas gitu. Ngomong sepotong-potong bikin aku bingung. Sikapmu itu bikin aku bingung tau enggak. sebentar ngasih perhatian, sebentar ngilang.. Sekarang tiba-tiba ngajak ke rumah? Untuk apa? Aku sudah pernah ke rumahmu dan sudah kenal orang tuamu ngomong-ngomong, kalau itu maumu. Enggak perlu kalau setelah ini kamu akan tiba-tiba ngilang lagi.” Cecar Raisa. Ia sudah tak tahan lagi bermain tarik ulur seperti ini. Ia merasa

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 110 Menghampirimu

    Tok tok tokPintu kamar Lina diketuk lembut dari luar. Sudah hampir tiga hari ia tak keluar kamar dan menolak ditemui Dika, anak sulungnya.Lina mendengus. Sejujurnya ia sudah terlalu tua untuk merajuk, tapi apa yang dilakukan Mahardika menurutnya telah keterlaluan dan menyakitinya.“Ma.. Dika mohon buka pintunya.” Seru Dika dari balik pintu.“Temui dia, Ma. Sudah berhari-hari mama enggak keluar kamar. Dika juga berhari-hari seperti orang gila karena terkurung di dalam rumah. Padahal dia harus ke kantor membantu Papa.” Bujuk Pak Agung.“Papa yakin dia sudah benar berubah? Dia enggak akan pergi lagi?” Bu Lina menelisik mata suaminya mencari kesungguhan disana. Meminta keyakinan dan diyakinkan sebenarnya.“Papa yakin.” Jawab Pak Agung.Bukan apa-apa, Bu Lina hanya ingin di usianya senjanya semua anak-anaknya berada di dekatnya. Rejeki bisa nanti dicari, dan pengalaman, dia rasa sudah cukup bagi Dika menghabiskan bertahun-tahun untuk mencari pengalaman itu di luar belantara sana.Tok tok

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 109 Kekecewaan Lina

    “Apa maksudmu?” Tanya Lina pelan-pelan. Sejujurnya dadanya sudah bergejolak marah karena anak sulungnya ternyata menyembunyikan berita besar.“Dika sudah pernah menikah.” Jawab Dika singkat.Dika sudah tak mungkin lagi berkelit. Ia harus jujur sekarang juga atau mamanya akan terus menuntutnya soal menikah. Namun, reaksi mamanya sungguh diluar dugaan.“Bicara yang benar, Mahardika! Mamamu yang tua ini enggak ngerti. Menikah dengan siapa? Dimana? Kenapa enggak bilang sama mama dan papamu?” Bentak Lina yang sudah sabar dengan sikap Dika yang santai dan cuek.“Maafin Dika, Ma.”“Siapa? Siapa yang kamu nikahi? Dimana dia sekarang?” Cecar Lina lagi. Melihat Dika hanya diam, membuat kesabaran Lina semakin menipis.“Katakan Dika! Jangan diam saja? Mau ditaruh mana muka mama kalau sampai kamu menelantarkan anak gadis orang!”“Dika tidak pernah menelantarkannya, Dika mencintainya, tapi orang tuanya yang tidak menyukai Dika karena menurutnya Dika menelantarkan anaknya karena Dika terlalu lama pe

  • Terjerat Hutang Mr. Arogant   Bab 108 Ibu dan Anak

    Satu bulan kemudian.“Sudah siap?”Laila mengangguk merona. Sambil terus menyunggingkan senyum mereka akan melakukan perjalanan ke Bali karena ingin menikmati baby moon sekaligus honey moon mereka yang tak pernah terlaksana.Malik menyeret koper di tangan kirinya dan tangan kanannya menggenggam tangan Laila erat. Berjalan menyusuri lorong resort tempat mereka menginap. Mereka memilih daerah uluwatu dan kintamani untuk menghabiskan masa baby moon mereka selama satu minggu.Menyewa resort di tepi pantai untuk menikmati masa-masa tinggal berdua dan memperdalam hubungan mereka setelah berbagai badai yang menyambut awal rumah tangga mereka.Malik sudah sepenuhnya pulih, ia memutuskan untuk sebentar mengambil libur sebelum kembali benar-benar terjun mengurusi perusahaan sang papa.Lagi-lagi, Dika lah yang dijadikannya tumbal. Terpaksa masih harus memenuhi permintaannya yang seperti tak kunjung ada ujungnya. Dika bahkan tak bisa menikmati waktu kencan berdua.Ya, kencan. Dika sudah memantapk

DMCA.com Protection Status