Share

Bab 66

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 13:00:56

Serena masuk ke ruangan Kendrick, dan langsung disambut oleh tatapan yang mendalam dari Kendrick. Kendrick, yang sedang duduk di belakang meja kerjanya, segera menutup dokumen yang ia pelajari dan menatap Serena dengan suara yang sedikit berat.

"Aku belum sempat pesan makan siang," ujarnya, mencerminkan kelelahan dari beban kerja pagi itu. "Kamu mau makan apa, sayang?"

Serena, yang masih berdiri di ambang pintu, segera menutup pintu dan menjawab, "Apa saja, Kendrick, aku tidak terlalu lapar."

Kendrick mengangguk dan segera mengambil ponselnya, mengirim pesan cepat ke Julian untuk memesan makanan. Sambil menunggu, Kendrick berdiri dan berjalan menghampiri Serena.

Dengan gerakan yang hampir bisa dianggap manja, ia merebahkan kepalanya di pangkuan Serena, membuatnya sedikit terkejut. "Maaf, aku hanya... lelah," gumamnya, suaranya teredam oleh kain celana Serena.

Tangan Serena secara naluriah mengelus rambut Kendrick, mencoba memberi kenyaman
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 67

    Ponsel Serena bergetar menbuat Serena segera meraih ponselnya. Sebuah pesan dari Kendrick membuat Serena langsung membukanya. [Sayang, aku akan pulang terlambat. Hari ini jika kamu mau mampir ke rumah sakit maka mampirlah. Nanti pulangnya aku jemput.]Kendrick mengirim pesan seolah tidak terjadi apa-apa antara dia dan Serena tadi siang. Serena pun tersenyum dia cukup lega akan hal itu. Serena. [Apa pekerjaanmu banyak hari ini?][Aku akan ke rumah sakit, nanti kamu kabarin ya mau pulang jam berapa.]Kendrick. [Aku harus bertemu dengan seseorang.][Iya nanti akan aku kabari, sampai bertemu di rumah sakit.]Serena kembali tersenyum dan meletakan ponselnya kembali. Serena menjadi tidak sabar untuk segera ke rumah sakit, tapi masih ada waktu tiga puluh menit dari jam pulang. Serena pun kembali fokus ke layar komputer berharap waktu segera berlalu. Saat jam pulang Serena segera merapihkan mejanya. “Kalian pulang na

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 68

    Kendrick melirik ke arah Serena yang terduduk di kursi penumpang. Gadis itu kelihatan begitu lesu, matanya sayu menatap jendela mobil yang kabur karena embun. Lydia, kini terbaring di rumah sakit dalam kondisi yang semakin menurun, dan setiap kunjungan sepertinya hanya menambah berat beban di hati Serena. Hari itu, perubahan pada Lydia tampak begitu mencolok, membuat kedua hati mereka gelisah. Kendrick membuka mulut, suaranya lembut memecah keheningan yang menyelimuti mobil mereka, “ Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" Dia tahu pertanyaan itu mungkin terdengar retoris, tetapi dia ingin Serena berbicara, meluapkan apa yang mengganjal di dadanya. Serena menoleh, matanya yang sembab bertemu dengan pandangan Kendrick yang penuh kekhawatiran. Bibirnya bergetar sebelum akhirnya suara isakannya pecah, "Aku takut, Kendrick. Melihat Ibu hari ini... dia terlihat sangat berbeda. Aku tidak tahu harus berbuat apa." Kendrick merasa hatinya ikut teriris mendengar keputusasaan dalam suara Serena. D

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 69

    Sinar lampu berkilauan menghiasi ruangan mewah tempat Alonzo Group merayakan seratus tahun berdirinya. Di tengah kerumunan orang-orang penting, Serena berdiri dengan gaun sederhana, berbeda jauh dari gaun-gaun glamor yang dikenakan oleh para tamu lainnya. Rambutnya hanya diikat sederhana, tanpa aksesori berlebih. Di sisi lain, Kendrick, yang mengenakan setelan mewah berwarna hitam, mendekati Serena dengan langkah yang berat. Ekspresi wajahnya mencerminkan rasa tidak puas. “Kamu kenapa?” tanya Serena dengan nada berbisik agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. “Aku masih kesal karena kamu tidak mau mengenakan gaun yang aku beli." ucapnya dengan nada suara yang rendah namun tegas.Serena menatap Kendrick dengan tatapan yang tenang. "Aku lebih nyaman dengan ini. Aku di sini sebagai karyawan dan aku tidak ingin tampil mencolok," jawabnya, suaranya penuh ketegasan meski jantungnya berdegup kencang.Kendrick menghela nafas, frustasi. “Aku pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 70

    Calvin kemudian tersenyum dan mengangguk ke arah Serena. “Nona Quirino.”Serena tampak terkejut, tak hanya Serena tapi Julian dan ketiga teman Serena pun tampak terkejut mendengar Calvin yang menyapa Serena. “Saya tidak tahu jika kamu juga hadir, saya pikir hanya Rachel yang hadir. Bagaimana kabar kamu, Serena?”Lidah Serena seakan tercekat dia lalu dengan gugup menjawab Calvin. “Sa-ya baik, Tuan Calvin.”“Baguslah, kalau begitu nikmati pestanya ya.”Serena pun menganggukkan kepalanya, Calvin pergi dari sana diikuti oleh Julian yang belumnya menundukkan kepala terlebih dahulu untuk memberi hormat kepada Serena. Setelah kepergian Calvin dan Julian, ketiga teman Serena seketika menatap Serena. Tatapan mereka meminta penjelasan. “Rachel kakak tiriku,” ucap Serena membuat ketiganya terkejut bahkan Luna sampai menutup mulutnya. “Untuk apa Nona Quirino bekerja di Alonzo group?” tanya Sofia dengan tatapan penuh dengan keingi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 71

    “Aku mengenalmu dengan baik Kendrick. Apa kamu gelisah karena wanitamu?” Pertanyaan itu terlontar dari bibir Calvin membuat Kendrick seketika menegang. “Jadi benar kamu memiliki wanita?”“Jangan bicara omong kosong, Kek. Aku sedang tidak ingin membahas pernikahan.”“Sampai kapan kamu akan diam disaat Evan telah mengenalkan Nona Quirino sebagai pasangannya.”“Aku tidak peduli dengan mereka.”“Apa kamu juga tidak peduli dengan jabatanmu itu? Kamu bisa saja tersisih Kendrick.”“Jika seperti itu maka aku akan lihat bagaimana cucumu itu memimpin perusahaan,” Kendrick berkata dengan meremehkan Evan. Dia lalu pergi dari sana tak ingin melanjutkan pembicaraan dengan kakeknya yang hanya akan menyulut emosinya itu. Kendrick mencari keberadaan Julian dia sejak tadi menunggu Julian kembali. Hingga dia melihat sosok Julian yang masuk ke area pesta membuat Kendrick segera menghampirinya. Julian menundukkan badannya memberi hormat ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 72

    Serena masih terdiam, pikirannya melayang ke peristiwa tadi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Kendrick muncul dengan nampan makanan di tangannya."Sayang, ayo makan," ujarnya lembut, suaranya menghangatkan ruangan yang sempat terasa dingin oleh kesunyian.Serena menoleh, senyum tipis menghias wajahnya yang pucat. Dia perlahan beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Kendrick ke sofa.Di sana, Kendrick dengan penuh perhatian menyuapi Serena, sesekali matanya menatap lembut ke arah Serena, memastikan bahwa ia menghabiskan makan malamnya."Kamu tidak perlu memikirkan apa yang terjadi tadi," kata Kendrick, suaranya penuh kepastian. "Aku janji, kamu akan aman di sini, di sampingku."Serena menatap mata Kendrick mencari kebenaran di sana. "Aku sudah memerintahkan Julian untuk mengurus Ibu pulang," tambah Kendrick."Aku sungguh akan melakukannya, Ken?" tanya Serena, masih ragu-ragu."Tentu saja, apa kamu pikir aku hanya bercanda?" jawab Kendrick, tersenyum."Tapi biayanya?" tanya Serena

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 73

    Serena masih bisa merasakan hangatnya sentuhan Kendrick di kulitnya. Dadanya naik turun dengan napas yang masih belum sepenuhnya stabil, dan pikirannya berkecamuk dengan banyak hal yang baru saja terjadi di antara mereka. Perasaannya campur aduk—antara kebahagiaan dan ketakutan. Hangatnya sentuhan Kendrick membuatnya merasa aman, tetapi ketidakpastian yang menggelayuti pikirannya membuatnya sulit untuk sepenuhnya menikmati momen itu.Dia menoleh ke samping, melihat wajah Kendrick yang begitu dekat. Mata tajam pria itu kini terlihat lebih lembut, memandangnya dengan intensitas yang belum pernah Serena lihat sebelumnya. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya merasa dihargai dan diinginkan, tapi di sisi lain, ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya membuatnya merasa terjepit."Kau masih tidak percaya padaku?" suara Kendrick terdengar pelan, tetapi tetap penuh tekanan. Suaranya seperti sebuah mantra yang berusaha meredakan badai yang mengamuk di dalam diri Serena.Serena m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 74

    Mobil melaju cepat menembus jalanan kota yang masih basah akibat hujan tadi malam. Di dalamnya, Serena duduk diam di kursi penumpang dengan tangan saling menggenggam erat di pangkuannya. Dadanya terasa sesak, dan pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan ibunya yang terbaring lemah di rumah sakit. Perasaan cemas menyelimuti dirinya, seolah setiap detik yang berlalu semakin mendekatkan pada kenyataan yang tak ingin dihadapi.Dari sudut matanya, ia bisa merasakan tatapan Kendrick yang sesekali meliriknya. Lelaki itu tidak banyak bicara, hanya memberikan kehadiran yang menenangkan. Namun, Serena tahu, dalam diamnya, Kendrick pasti memperhatikannya lebih dari yang ia sadari. Kendrick selalu bisa merasakan ketegangan di antara mereka, bahkan tanpa kata-kata."Aku di sini," suara Kendrick akhirnya terdengar, lembut namun tegas. "Apapun yang terjadi nanti, kamu tidak sendirian." Kalimat itu terasa seperti pelukan hangat yang meredakan sedikit kegelisahan di hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 80

    Mentari pagi menerobos masuk melalui celah gorden, membekukan lembut wajah Serena. Ia mengerjap, merasakan kehangatan di sekitarnya. Kendrick. Pria itu sudah bangun, menatap dengan senyum teduh yang selalu berhasil menghangatkan hatinya."Selamat pagi, sayang," bisik Kendrick, mengecup bibir Serena singkat namun penuh kasih. Serena membalas senyumannya."Pagi, Ken. Mandi sana, nanti telat ke kantor." Kendrick menggeleng, senyumnya semakin lebar."Tidak ada kantor hari ini untukku." Serena sedikit mengerutkan keningnya. “Maksudmu?”"Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu." "Tidak bisa, Ken. Aku juga harus ke kantor." Raut kekhawatiran langsung tergambar di wajah Kendrick."Kamu yakin Sayang?” Serena mengangguk, dia lalu berkata. “Aku ingin kembali bekerja. Aku tidak bisa terus menerus berdiam diri di rumah,bukan?” Suaranya lirih, namun terdapat ketegasan di dalamnya.Kendrick menatap Serena dengan lembut dan penuh pengertian. Mungkin benar, kembali ke rutinitas seperti biasa akan me

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 79

    "Aku senang kalau kamu sudah mulai tersenyum lagi," kata Kendrick akhirnya, suaranya lebih lembut dari biasanya, seperti mendengarkan alunan lagu yang merdu.Serena terdiam, merenungkan kata-kata Kendrick. Ia menyadari perubahan dalam dirinya sendiri. Rasanya seperti menemukan secercah cahaya di ujung lorong gelap yang tak berujung.Namun, meskipun ada perubahan positif, ia masih tidak yakin dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Apakah ini hanya ilusi dari rasa rindu akan kebahagiaan yang sudah lama menghilang, ataukah ada sesuatu yang nyata?Kendrick tidak berbicara untuk beberapa saat, hanya menemani Serena dalam diam. Serena menghela nafas pelan, menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, mencoba meredakan pikirannya yang terus berputar."Aku ingin kamu tetap disisiku, Sayang," kata Kendrick tiba-tiba, membuay suasana tenang yang sebelumnya ada di antara mereka. Serena langsung menegang. Ia menoleh menatap Kendrick, tetapi pria itu tetap menatap lurus ke depan, seolah-olah sedang b

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 78

    Pagi itu, Kendrick memutuskan untuk Angin sejuk menerpa wajahnya. Dia memperhatikan sekeliling—anak-anak bermain di kejauhan, pasangan muda berjalan bergandengan tangan, dan beberapa orang tua duduk menikmati sore dengan segelas kopi. Semua orang tampak... menjalani hidup.Serena menggenggam lengan bajunya sendiri, merasa terasing di antara mereka. Kendrick berdiri di sampingnya, diam, memberi Serena waktu untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar yang terasa asing."Ayo duduk," katanya akhirnya, menunjuk bangku kayu di bawah pohon rindang. Serena menurut, meskipun hatinya masih berat. Mereka duduk berdampingan dalam keheningan, hanya suara burung dan tawa anak-anak yang terdengar."Kamu tahu," Kendrick akhirnya membuka suara, "Aku dulu benci tempat kayak gini." Serena menoleh, keningnya berkerut. "Kenapa?" Kendrick mengangkat bahu. "Karena terlalu ramai. Terlalu banyak orang dengan kehidupan mereka masing-masing, sementara aku sIbuk dengan kehidupanku yang berantakan."Serena terdia

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 77

    Hujan turun dengan rintik halus, seolah langit ikut berkabung atas kepergian Lydia. Aroma tanah basah bercampur dengan wangi bunga melati yang tertata di sekitar pusara. Serena berdiri di sana, mengenakan gaun hitam sederhana, matanya sembab karena terlalu banyak menangis sejak semalam. Dia menggenggam erat ujung syal milik Ibunya—satu-satunya kenangan yang masih bisa dia peluk. Nafasnya bergetar saat menatap nisan yang kini terukir nama Lydia Quirino, Ibunya, satu-satunya keluarga yang pernah dia miliki.Melody, Sofia, dan Luna berdiri sedikit di belakangnya, memberikan ruang tetapi tetap ada di sana untuknya. Mereka tahu betapa sulitnya hari ini bagi Serena. "Aku masih tidak percaya, Serena…" suara Melody terdengar pelan, dipenuhi kesedihan yang tulus.Sofia meremas lembut bahu Serena. "Tante sudah tidak sakit lagi sekarang. Tabte bisa tenang."Serena mengangguk kecil, meski hatinya masih terasa kosong. Seberapa pun dia mencoba meyakinkan diri, kenyataan bahwa Ibunya sudah pergi sel

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 76

    "Bu… bangun, aku di sini… Ibu, tolong jangan tinggalkan aku!"Serena mengguncang tubuh Ibunya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Suaranya bergetar, nafasnya tersengal, seolah mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini semua hanya mimpi buruk. Kenyataan yang menyakitkan ini terasa terlalu berat untuk diterima.Tidak ada respons. Tidak ada gerakan.Hanya keheningan yang mengerikan. Keheningan itu seperti pisau, mengiris hati Serena, membuatnya merasa seolah dunia di sekelilingnya mendadak gelap."Ibu, kumohon!" Suara Serena pecah. Tangisannya meluap tanpa kendali. Ia menggenggam tangan Ibunya erat-erat, berharap ada kehangatan yang masih tersisa. Tapi dingin. Terlalu dingin. Dunia yang biasanya hangat dan penuh cinta kini terasa seperti ruang yang membeku.Seorang perawat yang berdiri di dekatnya menunduk, matanya berkaca-kaca. Dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi Lydia hanya bisa menarik napas berat sebelum menatap Serena dengan penuh belas kasih. Rasa empati di mata mereka me

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 75

    "Kalau kamu mau pulang, aku tidak akan maksa kamu buat tetap di sini," suara Serena terdengar pelan, tapi nadanya jelas menunjukkan kelelahan.Kendrick, yang berdiri di dekat jendela kamar rumah sakit, hanya meliriknya sebelum berjalan ke menghampirinya. "Aku tidak akan ninggalin kamu di sini sendirian."Serena menghela napas. Matanya memandang tubuh Ibunya yang terbaring lemah di ranjang, wajah Lydia terlihat begitu pucat di bawah cahaya redup lampu rumah sakit. Dadanya terasa sesak. Sejak dokter mengatakan kalau kondisi Ibunya sudah tidak bisa diharapkan, Serena tahu waktu yang tersisa sudah tidak lama lagi. Kepanikan dan kesedihan menyelimuti pikirannya, membuatnya sulit untuk berpikir jernih.Kendrick berjalan mendekat, meletakkan tangannya di punggung kursi tempat Serena duduk."Sayang.""Hm?""Kalau kamu butuh sesuatu, bilang padaku ya.”Serena menoleh ke arahnya, menatap mata gelap pria itu yang terasa begitu tajam. Ada sesuatu di sana—sesuatu yang membuatnya sedikit lebih tena

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 74

    Mobil melaju cepat menembus jalanan kota yang masih basah akibat hujan tadi malam. Di dalamnya, Serena duduk diam di kursi penumpang dengan tangan saling menggenggam erat di pangkuannya. Dadanya terasa sesak, dan pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan ibunya yang terbaring lemah di rumah sakit. Perasaan cemas menyelimuti dirinya, seolah setiap detik yang berlalu semakin mendekatkan pada kenyataan yang tak ingin dihadapi.Dari sudut matanya, ia bisa merasakan tatapan Kendrick yang sesekali meliriknya. Lelaki itu tidak banyak bicara, hanya memberikan kehadiran yang menenangkan. Namun, Serena tahu, dalam diamnya, Kendrick pasti memperhatikannya lebih dari yang ia sadari. Kendrick selalu bisa merasakan ketegangan di antara mereka, bahkan tanpa kata-kata."Aku di sini," suara Kendrick akhirnya terdengar, lembut namun tegas. "Apapun yang terjadi nanti, kamu tidak sendirian." Kalimat itu terasa seperti pelukan hangat yang meredakan sedikit kegelisahan di hatinya.

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 73

    Serena masih bisa merasakan hangatnya sentuhan Kendrick di kulitnya. Dadanya naik turun dengan napas yang masih belum sepenuhnya stabil, dan pikirannya berkecamuk dengan banyak hal yang baru saja terjadi di antara mereka. Perasaannya campur aduk—antara kebahagiaan dan ketakutan. Hangatnya sentuhan Kendrick membuatnya merasa aman, tetapi ketidakpastian yang menggelayuti pikirannya membuatnya sulit untuk sepenuhnya menikmati momen itu.Dia menoleh ke samping, melihat wajah Kendrick yang begitu dekat. Mata tajam pria itu kini terlihat lebih lembut, memandangnya dengan intensitas yang belum pernah Serena lihat sebelumnya. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya merasa dihargai dan diinginkan, tapi di sisi lain, ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya membuatnya merasa terjepit."Kau masih tidak percaya padaku?" suara Kendrick terdengar pelan, tetapi tetap penuh tekanan. Suaranya seperti sebuah mantra yang berusaha meredakan badai yang mengamuk di dalam diri Serena.Serena m

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 72

    Serena masih terdiam, pikirannya melayang ke peristiwa tadi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Kendrick muncul dengan nampan makanan di tangannya."Sayang, ayo makan," ujarnya lembut, suaranya menghangatkan ruangan yang sempat terasa dingin oleh kesunyian.Serena menoleh, senyum tipis menghias wajahnya yang pucat. Dia perlahan beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Kendrick ke sofa.Di sana, Kendrick dengan penuh perhatian menyuapi Serena, sesekali matanya menatap lembut ke arah Serena, memastikan bahwa ia menghabiskan makan malamnya."Kamu tidak perlu memikirkan apa yang terjadi tadi," kata Kendrick, suaranya penuh kepastian. "Aku janji, kamu akan aman di sini, di sampingku."Serena menatap mata Kendrick mencari kebenaran di sana. "Aku sudah memerintahkan Julian untuk mengurus Ibu pulang," tambah Kendrick."Aku sungguh akan melakukannya, Ken?" tanya Serena, masih ragu-ragu."Tentu saja, apa kamu pikir aku hanya bercanda?" jawab Kendrick, tersenyum."Tapi biayanya?" tanya Serena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status