“Kejar mobil itu!” tukas Siegran berpaling pada anak buahnya. Ya, entah mengapa instingnya meminta untuk segera bergerak sebelum mobil itu jauh. Beberapa anak buahnya pun bergegas masuk ke sedan masing-masing dan memutar balik mengikuti mobil hitam yang dimaksud Siegran. Asisten River itu duduk di kursi penumpang samping pengemudi, lalu berkata, “di sana. Coba kejar lebih dekat. Kita harus memeriksa plat nomornya.” “Baik, Tuan!” sahut orang disebelahnya yang lantas menancap gas kian dalam. Siegran memicing tajam. Dia memperhatikan nomor kendaraan dengan pengemudi mencurigakan itu. Begitu mereka semakin dekat, Siegran pun menghubungi salah satu antek River yang stay di markas. “J4, lacak nomor ini untukku!” tukas Siegran memberi titah. “PR9901B.” “Siap, Tuan.” Seorang dari seberang pun menyahut. Bagi orang-orang didikan Siegran, mencari hal seperti ini bukanlah hal sulit. Apalagi mereka memegang kuasa besar dan didukung kekuatan Herakles. Hingga tak sampai satu menit, antek tadi
“Hei, bangunlah!” ujar Siegran sesekali melirik anak buahnya.Tangannya sibuk melepas sabuk pengaman dan berusaha keras keluar mobil. Tapi sial, tubuhnya sangat lemas. Terlebih kakinya yang sempat terhimpit badan mobil.“Argh ….” Siegran mengerang saat merangkak keluar.Napasnya pun terengah-engah. Dia bergegas bangkit dengan kaki pincangnya untuk menolong anak buahnya yang masih terjepit di kursi kemudi.“Tuan, itu terlalu bahaya!” tukas bawahannya yang baru turun dari mobil lainnya.“Kalau tahu bahaya cepat bantu aku atau enyahlah!” sambar Siegran menghempas tangan anak buahnya yang hendak menghalangi.Dengan sekuat tenaga, Siegran pun menarik anak buahnya tadi dari mobil yang terbalik. Dan tepat setelah mereka berhasil keluar, mobil itu langsung meledak hebat sampai-sampai membuat Siegran dan beberapa anak buahnya terpental.Siegran berusaha bangkit, pikirannya hanya dipenuhi Jenson yang kini dibawa kabur oleh mobil tadi.‘Aish, sialan! Aku tidak bisa kehilangan jejaknya!’ batinnya
S2: Bocah Bajingan?‘Bagaimana Jenson bisa ada di sana?’ batin Johan mengernyit dalam.Dia kembali menggulir lirikan pada lelaki bermasker hitam di bagian kemudi.Dengan sorot tajam, Johan pun mengumpat, “sialan! Apa yang sudah dia lakukan pada Johan?!”Pemuda turun dari motor sport hitamnya. Dia melepas helm full face-nya dan mendekati lelaki misterius tadi dari sebelah pintu. Johan bisa menerka bahwa lelaki itu seusia ayahnya. Namun, saat lelaki terseut memicing sinis padanya, Johan justru menghantamkan helm full facenya ke kaca jendela.“Brengsek!” Laki-laki bermasker itu memaki geram sambil melindungi wajah dengan lengannya.Keningnya mengerut saat pecahan kaca itu menusuk lengan dan mengenai pipinya.Di kesempatan itu, Johan segera beralih ke pintu belakang mobil untuk membawa Jenson keluar. Namun, sialnya lelaki misterius itu menguncinya.‘Aish, sialan!’ geming Johan meninju mobil tersebut.Dengan geram, dia kembali mendatangi bagian kemudi seraya mendecak, “buka pintunya!”Lela
“Sebentar lagi obatnya pasti akan bekerja!” tukas Ludwig yang seketika membuat gelas wine di cengkeraman Adeline terlepas. Bunyi pekak beling yang berhamburan, sontak menarik perhatian banyak orang yang tengah berada di acara lelang lukisan I&S Hotel. Dengan manik terbelalak, Adeline segera menyahut, “apa yang kau lakukan, Kak Ludwig?!” Bukannya menjelaskan, Ludwig Daniester malah mendekati adik tirinya. Dengan tatapan penuh hasrat berbahaya, pria itu menyeringai seolah mengejek Adeline. “Berhenti memanggilku Kakak, Adeline. Wanita ular sepertimu, hanya pantas untuk pria bernafsu binatang sepertiku.” Pria itu berbisik dengan sinisnya. “Jadi, mari kita nikmati malam ini bersama!” Adeline yang tahu rencana bejat Ludwig untuk menidurinya, sekejap panik bukan main. ‘Sialan! Ludwig telah menjebakku. Tidak bisa, aku tidak boleh diam saja!’ “Benarkah? Kalau begitu lihat, apa Kakak bisa menghadapiku?!” sungut wanita itu yang lantas membuat Ludwig mengernyit. Belum sempat sang pria berta
Sungguh gila, akhirnya permainan ranjang panas tak bisa terbendung, hingga malam penuh peluh pun menjadi sejarah mereka. Dan kala bangun di pagi hari, River tampak memasang ekspresi bengis karena Adeline sudah tidak ada di sampingnya. Pria itu menutup dahinya dengan lengan kiri seraya menyeringai tipis. ‘Ternyata dia sengaja bermain denganku agar bisa kabur, ya? Jangan senang dulu, Nona. Aku pasti menemukanmu, meski kau lari ke ujung dunia sekalipun!’ gemingnya bertekad keras. Namun, saat River bangkit dari ranjang, dia menyadari ada barangnya yang hilang. Wajahnya seketika berubah bengis sembari mengumpat, “sialan! Apa wanita itu yang mencurinya?!” Sedangkan di lobi hotel, seorang lelaki dengan potongan rambut cepak tampak cemas menanti seseorang. “Nona Adeline?!” pekiknya kemudian. Wajahnya tampak antusias saat melihat Adeline keluar dari lift dan berjalan ke arahnya dengan terburu-buru. “Akhirnya saya menemukan Anda,” lanjut lelaki tadi yang adalah Sopir Adeline. “Apakah Nona
“Adeline!” Sabrina menggeram saat melihat putri tirinya datang ke ruang keluarga.Matanya memindai penampilan Adeline dari atas sampai bawah sembari melanjutkan. “Apa yang kau pakai sebenarnya? Apa kau ingin mempermalukan keluarga Daniester, hah?!”“Memangnya ada apa, Ibu? Bukankah tidak ada yang salah? Saya hanya memakai pakaian yang menurut saya nyaman. Apakah Ibu juga ingin mengatur baju saya?” Adeline menyambar seiring dengan kepalanya yang menoleh ke arah Sabrina.“Dan lagi, kita hanya bertemu dengan keluarga Lazlo. Mengapa saya harus berusaha keras memberikan penampilan terbaik? Bukankah tidak ada yang spesial, karena keluarga Lazlo dan keluarga Daniester sudah seperti saudara?”Wanita itu kembali menambahkan kata-kata pedasnya, hingga membuat semua pasang mata terheran-heran, termasuk Alfred. Ya, pria yang akan menjadi suami Adeline itu awalnya terkejut, tapi dirinya sungguh tahu cara untuk menghadapi Adeline.“Tidak masalah, Nyonya Sabrina. Apapun yang dikenakan oleh Adeline,
“Apa yang kau bicarakan, Adeline? Sejak kapan kau dekat dengan seorang pria?!” Heinry yang selama ini tak memperhatikan kehidupan putrinya, langsung terkejut.Namun, belum sempat Adeline membalas, Sabrina lebih dulu mendecak sinis. “Apa kau pikir kami akan percaya? Kau sudah berusaha merusak perjodohan saat pertemuan keluarga. Apa kau pikir aku tidak tahu jika kali ini juga trik licikmu untuk lolos dari perjodohan?!”Adeline sempat menegang, tapi dia berusaha keras menata ekspresinya tetap datar di depan ayah dan ibu tirinya.Sabrina pun menjulurkan tangannya ke pipi Adeline sembari bergeming, “sepertinya wajah cantik ini harus mendapat tamparan lebih keras. Kau bilang sudah memiliki calon suami sendiri? Konyol sekali!”“Ya, Ayah dan Ibu tidak salah dengar. Saya memang memiliki calon suami, dan kami sudah menjalani hubungan cukup lama!” sambar Adeline yang seketika membuat alis Sabrina saling bertaut.Alih-alih murka lebih kencang, tawa Sabrina malah meledak. Dia terbahak-bahak meliha
‘Apa dia sudah gila? Untuk apa aku menikahi seorang pembunuh?!’ batin Adeline dengan manik membelalak lebar.Meski bungkam, River bisa melihat jelas bahwa wanita di hadapannya sedang terkejut. Namun, dirinya tak peduli dengan hal ini, sebab yang dia butuhkan adalah jawaban. Adeline berusaha menata ekspresinya seraya bertanya, “mengapa saya harus menikah dengan Anda?”“Anda tahu bahwa saya tidak sedang memohon ‘kan? Waktu Anda untuk memutuskan hanya lima menit, jadi pikirkan baik-baik sebelum saya mengambil tindakan tegas!” sahut River dengan wajah tenang, tapi kata-katanya jelas mengandung ancaman.“Mana mungkin saya memutuskan hanya dalam lima menit?!”“Waktu Anda tinggal empat menit lagi!” River mendecak sembari melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.Dan itu, sungguh membuat Adeline tak habis pikir sampai dirinya pun mendengus, “a-apa Anda sudah gila?! Bagaimana bisa—”Adeline seketika menghentikan ucapnya saat asisten River tiba-tiba berdiri di belakang sembari mengarahkan p