Dan di bawah tangga ternyata ada Nini yang sedang keluar dari kamar bu Ratih.Nini melihat tuan mudanya yang sedang membawa tas wanita itu langsung seketika kembali masuk ke kamar bu Ratih.Nini berniatan untuk melaporkan kejadian yang dilihatnya barusan.“Nyonya nyonya saya lihat barusan bapak lagi turun ke bawah sambil membawa sebuah tas wanita pasti tas itu milik mbak Sintia.”ujar Nini yang sangat heboh dalam bercerita.Bu Ratih yang sedang tertidur dia pun tersenyum tipis di sudut bibirnya dia merasa bahagia jika anaknya sudah mau membuka hati.Bu Ratih sempat berpikir jika dirinya tak memiliki keturunan sebagai pewaris tahta kekayaan miliknya.“Terimakasih ya Nini sudah memberitahu saya, sekarang kamu bisa keluar lagi dan bekerja kembali.” jawab bu Ratih.Dan Nini yang mendengar itu dia pun menganggukan badannya sebagai tanda permisi dan segera keluar.Dan Nini pun langsung menuju ruang makan dan di sana sudah ada Arseno yang sudah duduk namun belum makan.“Nini mama sudah makan
Arseno yang mendengar itu dia hanya terdiam dan berpura-pura untuk tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Sintia.Dalam diamnya dia terus saja menggoda Sintia dengan jari usilnya.Lift pun terbuka dan semua orang pun keluar dari pintu lift kecuali Sintia yang harus naik 2 lantai lagi di atasnya.“Loh kok gak keluar bapak, kan ruangan bapak ada di lantai ini?” tanya Sintia dengan nada yang pelan-pelan.Arseno terdiam namun bibirnya tersenyum tipis, dan di pun tak ingin menanggapi apa yang dikatakan Sintia.Dan pintu lift pun tertutup kembali di dalam lift hanya tersisa mereka berdua dan Arseno pun menggerakan tangan kanannya dan merangkul kepala Sintia.Sintia yang diperlakukan seperti itu dia pun terkejut. “Apa sih yank, gak enak tahu dilihat orang.” seru Sintia yang berusaha melepaskan diri dari Arseno.Namun semakin Sintia memberontak semakin erat tangan Arseno di pundak Sintia.Dan Arseno pun segera melepaskan kepala Sintia dari cengkramannya karena sebentar lagi pintu Lift terbu
Sintia terus saja memainkan tangan nakalnya dan memang itu disengaja olehnya untuk mengetes sang kekasihnya,Sedangkan Arseno yang sedang duduk berusaha untuk menenangkan dirinya di hadapan Arga.“Oh ya ga kamu bisa gak pergi dari sini, nanti aku akan ke kantormu untuk melanjutkan masalah ini.” seru Arseno dengan nada yang sedikit terbata-bata.Arga yang tengah duduk di hadapan Arseno dia pun mengerutkan dahinya melihat tingkah Arseno yang sedikit aneh menurutnya.Dan Arga terus saja memperhatikan Arseno membuat Arseno sedikit marah.Dan pada Akhirnya dengan berat hati Arga pun pergi. “Ya sudah nanti kamu bisa datang ke kantorku, aku tunggu.” seru Arga sambil pergi.Dan Arseno pun ikut beranjak dari duduknya dan dia pun segera menutup pintu ruangannya dan dia kunci.Sintia tak tahu atas perbuatannya itu dia harus di bertanggung jawab.Sintia pun keluar dan melihat Arseno sudah berdiri di depan pintu sambil matanya menatap tajam Sintia,Sintia yang melihat itu dia pun membulatkan mata
Dan Lia pun mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Arga dan dia pun berusaha menyelesaikan dengan sebaik mungkin.saat Lia sedang mengerjakan tugasnya ternyata ada sesosok seorang laki-laki yang berjalan masuk ke dalam ruangan bosnya tersebut.“Dari kelihatannya itu bukan orang sembarangan bajunya terlihat bermerek.” gumam Lia sambil matanya terus menatap laki-laki itu.Dan di belakang laki-laki itu ada seorang wanita yang berpakaian rapi dengan tampang yang sedikit tajam dengan raut muka yang tak ada ramah-ramahnya.“Iss wanita itu bener cantik tapi kelihatannya galak, dari matanya saja sudah jelas terlihat banyak raut amarah” lanjut Lia.Yah laki-laki yang akan masuk ke ruangan Arga itu adalah Arseno dan di belakangnya adalah Sintia.Ya memang Sintia wanita berzodiak taurus, dia tak bisa menyembunyikan apa yang dirasakan, dia tak bisa menutupi raut wajahnya karena bagi wanita yang berzodiak taurus anti sekali munafik.Ya saat ini Sintia sedang marah kepada Arga yang bersikap
Arseno yang mendengar itu dia hanya bisa menelan ludahnya sendiri, entah kenapa Arseno menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tak gatal itu.“Ya sudah aku pulang dulu Arga, ingat masalahmu harus kamu atasi jangan sampai melebar kemana-mana seperti ini.” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia yang masih duduk terpaku.Dan Arseno serta Sintia akhirnya keluar dari ruangan Arga.Dan Arga pun mengantar kepergian mereka, namun sayang langkah Sintia terhenti kala melihat Lia yang sedang duduk di kursi meja kerjanya sambil memperhatikan ke arah dirinya.“Apa kamu lihat saya?” tanya Sintia sambil melangkahkan kakinya mendekati meja kerja Lia.Sintia benar-benar kesal terhadap perempuan yang gak punya harga diri dan gak punya value itu tak ubahnya seperti seorang wanita yang merendahkan dirinya sendiri.“Kamu kan yang di pergoki teman saya kala berdua dengan bapak Arga?” tanya Sintia sambil matanya terus menatap Lia dengan tajam.Lia yang sedang duduk di kursi meja kerjanya merasa sa
Ke esokan harinya Arseno harus segera bersiap-siap karena hari ini dia sedang sibuk seharian dan nanti siang dia harus ke hotel untuk menyambut para tamu undangan yang datang memenuhi undangan darinya.Arseno pun siap kerja dengan setelan jas seperti biasa yaitu warna hitam.Arseno pun keluar dari kamarmya dengan membawa sebuah tas yang berisi berkas-berkas penting.Sebelum turun ke lantai bawah seperti biasa dia mampir dulu di kamar Sintia, Arseno pun langsung membuka pintu kamar Sintia yang membuat Sintia yang sedang di dalam yang sedang di depan cermin kaget. “Ahhh ya ampun bisa gak sayang kamu kalau masuk kamarku ketuk pintu terlebih dahulu.” seru Sintia dengan sedikit teriak karena terkejut.“Ini kan rumah ku bebas dong.” jawab arseno yang berdiri di depan pintu kamar Sintia.Mendengar jawaban dari Arseno membuat Sintia keluar dari kamarnya secepatnya dengan tangan kanannya menenteng tasnya. “Aku tahu kalau ini rumah kamu sayang, tapi gak gitu juga aku kan juga butuh privasi.” ja
Arseno yang berada di podium lagi mengambil nafas untuk memulai pembicaraannya di hadapan para tamu undangan yang khusus dia undang untuk mendukung kemajuan perusahaannya.“Saya berharap bagi para vendor untuk mengkaji ulang usulan saya tentang harga barang mentah yang harus masuk ke pabrik saya, saya ingin menekan harga itu supaya kita sama-sama untung karena harga melambung biasanya dari para vendor yang mempermainkan harga. Saya ingin kita bekerja sama biarlah untung sedikit namun hasil berjangka panjang. Dan kenapa saya mengambil resiko besar ini itu karena saya ingin menyukseskan masyarakat di negeri ini terutama para petani dan para buruh pabrik, mungkin ini adalah langkah awal saya. Yang kedua saya ingin dari pihak vendor untuk menyortir barang yang tidak layak jadi semua barang yang masuk ke pabrik semua itu berkualitas tinggi. Mungkin dari para hadirin ingin menambahkan mungkin ada yang mengganjal di hati, silahkan maju ke depan kita saling berdiskusi untuk kedepannya lebih b
“Ya sudah untuk masalah itu nanti aku hubungi karyawan ku yang aku transfer ke perusahan cabang tersebut dan membahas masalah ini nanti, mungkin seminggu lagi aku akan memberi tahu hasilnya.” ujar Arseno di bakik telepon.Dan Arseno yang sedang mengemudi memiliki pemikiran untuk pergi berkunjung di perusahaan kantor cabang bagian selatan untuk meninjau panrik yang di sana karena pabrik di wilayah selatan adalah pabrik salah satu yang akan memproduksi barang mentah yang berasal dari dalam negeri, pabrik bagian wilayah selatan itu juga akan nantinya menjadi pabrik utama yang akan melakukan perubahan mendasar.“Oh ya sayang aku akan pergi ke pabrik bagian selatan untuk meninjau langsung kesiapan pabrik di sana, kamu nanti sampai rumah kamu kirimkan semua surel ke para vendor secepatnya jadi dalam waktu setengah bulan kita harus produksi dalam jumlah sekala kecil dahulu.” ujar Arseno yang menjelaskan kepada Sintia.Sintia yang tengah duduk di samping Arseno dia memiliki pemikiran yang sed
Dan Arseno pun melamar Sintia di hadapan mamanya yang bernama bu Ratih dan bu Ratih yang melihay itu dia tersenyum di sudut bibirnya.Malam ini dia merasa sangat bahagia karena anak semata wayangnya sudah memiliki tambatan hati."Aku harap kalian segera menikah memiliki cucu." seru bu Ratih yang langsung mengulti mereka.Apa yang dikatakan bu Ratih membuat Sintia yang sedang duduk di dekatnya tersipu malu, dia tak menyangka jika calon mertuanya itu benar-benar baik kepada dirinya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Dan mereka berdua pun saling bertatapan satu sama lain keduanya saling melempar senyum sebagai tanda bahagia di antara mereka.Mereka pun melanjutkan makan malam di bawah sinar rembulan dan gemerlap lampu kota yang terlihat di seberang danau.Sepoyan angin menerpa wajah mereka dan menimbulkan rasa dingin di kulit,Kebahagiaan menyelimuti mereka di bawah Dinginnya malam.Jam sudah menunjukkan pukul 10. 00 malam dan Arseno pun mengajak untuk segera pulang.Karena
Dan Arseno langsung pergi meninggalkan Tiara seorang diri dan dia pun langsung menutup pintunya rapat rapat dia tak ingin Tiara itu datang lagi ke rumahnya karena dia sudah merepotkan keluarganya selama ini.Dan Tiara pun langsung pergi meninggalkan rumah Arseno dia pun mengendarai mobilnya dan di dalam mobil sambil mengemudi dia menelepon vivian."Kamu ada dimana?" tanya Tiara.Dan Vivian pun menjelaskan kepada Tiara mengenai keberadaannya saat ini dan Tiara pun yang diberitahu oleh Vivian dia pun melajukan kendaraannya menuju tempat Vivian.Dan mereka berdua merencanakan akan pergi ke kantor Arseno dan akan mengambil semua yang ada di sana. Vivian dan Tiara pun setuju namun sebelum mereka mulai rencanakan itu terlebih dahulu Vivian mengirim sebuah pesan kepada Arseno dan itu sebuah pesan ancaman jika Sintia akan di buat tak bernyawa.Vivian pun mau ngirim pesan singkat itu kepada Arseno supaya Arseno merasa sangat khawatir kepada Sintia sehingga dia tidak bisa ke kantor dan itu
Tiara yang mendengar itu dia pun langsung berlari untuk keluar dari rumah Arseno.Dia sangat merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mama angkatnya tersebut dan apa yang diucapkan itu membuat dirinya merasa sakit hati.Pada saat dia pergi keluar dari rumah Arseno suami tiara pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Arseno menyusul istrinya.Meskipun suami Tiara sudah tak mampu lagi menghadapi watak dan tabiat Tiara namun dia memiliki hati dia masih memahami apa yang telah dipikirkan oleh Tiara.Dan suami Tiara melihat Tiara pergi mengendarai mobilnya dan meninggalkan dirinya seorang diri di halaman rumah Arseno membuat suami Tiara merasa sedikit kecewa namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.Saat suami tiara sedang berdiri menatap kepergian Tiara tiba-tiba muncullah Arseno dari belakang dan itu sangat mengejutkan baginya."Kakak silahkan kalau mau pakai mobilku silahkan kamu bawa." ucap Arseno kepada suami Tiara.Suami Tiara yang mendengar apa yang dikatakan oleh A
Arseno oun menepuk pundak Arga yang tak lain masih saudaranya itu.“Tenang saja siapapun yang bekerja dengan ku akan ku bantai habis-habisan.” jawab Arseno dengan diselingi senyum di sudut bibirnya.Dan Arga pun mendekati Arseno dan berbisik di telinga kanan Arseno. “Jangan di suruh ngelembur dia ya.” ujar Arga.Arseno pun tak menjawab dia hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, Arga seperti tak rela jika terjadi sesuatu kepada Nindy wanita yang dicintainya.Arseno pun beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada para rekannya. “Ya sudah ya aku pulang dulu ya?” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia.Dan akhirnya mereka pun pulang dari tempat mereka berkumpul, Arseno langsung menancapkan gasnya untuk segera pulang karena jam sudah hampir larut malam.Sintia yang duduk disamping Arseno dia pun terlelap dengan tenangnya membuat Arseno yang duduk di sampingnya merasa sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya begitu sangat manja kepada dirinya.Tak terasa sud
Pukul 7 malam Arseno sudah siap untuk pergi makan malam dengan para rekannya.Arseno memakai kaos berwarna hitam dengan bawahan dengan warna senada.Arseno pun mengetuk pintu kamar sintia.Dan Sintia pun keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang cantik.Dia memakai sebuah jaket yang berwarna biru muda dengan bawahan celana yang berwarna hitam.“Ayo berangkat.” seru Arseno yang mengajak Sintia untuk berangkat.Sintia pun keluar dengan menenteng tasnya yang berwarna hitam.Mereka pun pergi bersama-sama menuju sebuah restoran dimana mereka mengadakan makan malam bersama.Mereka menghabiskan waktu perjalan sekitar 20 menitan dari rumah Arseno, yah memang rumah Arseno terletak di kawasan central bisnis.Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan ternyata semua sudah berkumpul disana.“Kita sambut pasangan serasi kita big boss dan sang asisten.” teriak Nindy dengan wajah yang sangat gembira.Aldi yang sedang duduk dan minum mendengar itu dia pun tersedak. “Haahhhh yang benar?” tanya Al
“Oke jika itu yang kamu mau Nin aku akan atur waktu untuk pertemuan kita secepatnya, tapi aku mohon berubahlah bersikap hangat kepada ku, anggap saja kita mulai dari awal hubungan ini.” jawab Arga.Arga pun meraih tangan Nindy dan menggenggamnya dengan erat namun tetap saja Nindy seperti acuh tqk acuh.Saat Nindy melirikan kedua bola matanya terlihat Arga yang sedang menundukan kepalanya,Arga terlihat seperti dia menahan air matanya yang sepertinya ingin jatuh, melihat itu Nindy merasa hatinya seperti tersentuh. “Ya sudahlah kita mulai lagi dari awal, tapi ingat ya jika kamu ulangi lagi masalah seperti ini aku akan membuatmu jauh lebih menderita dan aku pastikan kamu tak akan bahagia karena menyakiti ku.” seru Nindy yang sedikit dengan bernada ancaman kepada Arga.Arga yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.Arga pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa bahagia kini Nindy sudah mulai tak cuek lagi kepada dirinya.Keesokan harinya di kant
“katakan apa permintaanmu.” jawab Nindy dengan wajah yang juteknya tersebut yang tak bisa dibohongi lagi.Arga pun menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan dia melangkahkan kakinya satu langkah kedepan untuk lebih dekat dengan Nindy. “Aku ingin malam ini kita makan malam berdua,” jawab Arga.Nindy yang duduk di kursi meja kerjanya dia terdiam, dia tak tahu apa yang akan direncanakan oleh Arga kepada dirinya.“jika kamu mau makan malam dengan ku malam ini, aku janji akan pergi dari hidupmu dan tak akan mengganggumu lagi.” lanjut Arga yang memastikan sekali lagi kepada Nindy.Nindy pun mengiyakan apa yang menjadi permintaan Arga kepada dirinya. Dan Nindy pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.“Aku nanti malam pulang jam 7, sekarang kamu bisa keluar jangan ganggu aku.” seru Nindy.Dan Arga pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Nindy dengan perasaan dan harga diri yang terjun bebas di hadapan Nindy.Namun Arga rela melakukan itu, karena sekarang dirinya telah sadar jika perasaa
Dan David pun mengantar Syifa ke kamarnya, dengan nafas yang sudah ngos-ngosan David berusaha sekuat tenaga untuk supaya lekas sampai di kamar Syifa yang letaknya di dekat kamarnya.Dan langkah yang sedikit cepat akhirnya David sampai di kamar Syifa dan meletakan tubuh Syifa di atas tempat tidur.Dan David pun menata bantal Syifa supaya lebih nyaman untuk kepalanya.“Sebentar ya aku ambil air putih dulu buat minum obat.” seru David sambil pergi melangkahkan kakinya untuk keluar ke dapur.Syifa yang tengah berbaring dia meringis kesakitan dengan tangan yang masih memegang perutnya.Syifa memejamkan matanya secara erat dan merasakan sensasi perut yang sudah tak bisa dijelaskan lagi rasanya.Dan David pun masuk kamar Syifa dan dia pun mengulurkan obat serta segelas air putih. “Ayo minum dulu.” seru David kepada Syifa.aDengan tangan sangat bergetar Syifa pun meminum obatnya dengan mata yang sendu karena sudah tak memiliki kekuatan.Dan David pun meletakan gelas yang berisi air putih itu
Sintia pun menatap Arseno dengan tatapan sendunya yang terlihat sangat jelas di matanya,Dan Sintia pun memeluk Arseno dengan pelukan yang penuh sandaran karena sudah tak kuat dengan apa yang tengah dirasakannya saat ini.“Sudah ya kamu jangan sedih ada aku disini yang akan membantu semua masalah yang terjadi pada mu sayang, lupakan masa lalumu lihat lah dirimu yang sekarang yang lebih beruntung ketimbang saudara tirimu.” lanjut Arseno yang tak henti-hentinya memberi nasehat kepada Sintia.Dan hari semakin sore Arseno pun mengajak pulang Sintia ke hotel, dan Arseno juga melihat keadaan Sintia yqng jauh lebih baik daripada tadi.Untung saja Arseno adalah laki-laki yang dewasa jadi dia bisa sedikit mengontrol SintiaSekarang Sintia sudah mulai bisa mengontrol emosinya lebih baik lagi.Di sisi lain di kantor cabang yang berada di barat, Syifa, Lidya, David serta Aldi merayakan keberhasilan mereka dalam mengurus kantor cabang yang terlibat korupsi para petingginya.Mereka merayakan kesu