Home / Romansa / Terjerat Hasrat Anak Magang / 2. Nice To Meet You, Sagara!

Share

2. Nice To Meet You, Sagara!

Author: Estaruby
last update Last Updated: 2024-02-18 17:07:23

"Apa mama bilang?! Temen kamu itu penipu!"

Ini baru hari ketiga dan Sagara sudah menghela nafas kasar entah untuk keberapa ribu kalinya. Lelaki itu mengusap telinganya yang hampir berdengung setelah kembali mendengarkan ocehan dari sang mama.  Sembari menggeret koper sedang dibelakangnya, Sagara berhenti sebentar lalu mengengok kebelakang setelah berhasil keluar dan berjalan kurang lebih 100 meter dari rumah indekos yang sempat dihuninya selama 3 hari kemarin.

"Masa magang belum dimulai dan kamu bahkan sudah hampir kehabisan uang! Pergaulan ibukota memang keras, ditambah anak blangsak itu juga kurang ajar! Sudah syukur mama nggak melaporkan dia ke polisi!" 

Cukup sial atau sangat sial? Mati- matian Sagara meminta restu dari mamanya yang sangat overprotektif itu agar diizinkan merantau ke ibukota guna mengikuti program magang yang sudah lama dia apply. Tapi baru sampai saja dia sudah kena tipu?

Sagara memang berencana untuk menempati rumah kos yang dulunya ditempati oleh salah satu teman SMA nya. Temannya itu lebih dulu merantau ke ibukota dan katanya mendadak pindah tugas sehingga kos yang sudah dibayarkan per tahun terpaksa ditinggal. Tak mau mubazir, dia menawarkan over kontrak yang tinggal sisa 6 bulan pada Sagara. Lelaki menuju seperempat abad itu juga tak pikir panjang langsung menerimanya, mengingat harga yang ditawarkan cukup masuk akal dan dia tidak perlu lagi susah- susah mencari rumah indekos yang sesuai. Setidaknya begitu pikirnya.

Tapi apa daya? Rupanya dia masih terlalu naif. Sagara baru tahu dia ditipu setelah pemilik kos datang marah- marah dan justru memintanya untuk membayar biaya sewa yang telah tertunggak sejak lama. 

Oke, mungkin Sagara hanya sedang sial.

"Mama nggak mau dengar alasan apapun lagi! Pokoknya sementara waktu kamu nggak usah sok-sok an mencari kos sendiri! Kamu akan tinggal di rumah temen mama!"

Mutlak! Kalau sang mama sudah bertitah dengan nada seperti ini, Sagara tidak bisa lagi menyanggah. Mamanya memang acap kali bertindak seolah Sagara masih bocah yang belum bisa mandiri. Namun begitu Sagara ingin membuktikan bahwa ia telah dewasa, kejadian ini justru membuat mamanya semakin tidak mempercayainya. 

Lelaki usia dua puluh tiga dan bahkan tidak diberi kepercayaan untuk tinggal kos sendiri. Sekarang justru dititipkan untuk tinggal di rumah seorang teman mama? 

"Tapi ma—"

"Nggak ada penolakan! Ini keputusan final! Mama juga sudah ngomong sama temen mama itu dan dia setuju! Pokoknya mulai hari ini kamu akan diawasi dan tinggal sama dia sampai masa magang enam bulan kamu itu selesai! Atau setidaknya sampai mama bisa kembali pulih percaya sama kamu!"

Panggilan dimatikan sepihak. Sagara tak dapat berbuat apa selain terpaksa menerima keputusan sang mama. Setidaknya untuk sekarang, dia tidak punya pilihan lain. Uang yang tersisa di rekeningnya mungkin tak akan cukup untuk membayar uang sewa kos baru secara mendadak. Apalagi setelah sang mama memblokir beberapa rekeningnya, katanya takut Sagara dimanfaatkan orang lagi. 

Ponselnya bergetar kembali. Alamat lengkap dengan detail keterangan nomor rumah hingga warna cat pagar dikirim oleh sang mama. Apa yang dapat Sagara lakukan sekarang adalah membuka aplikasi ojek online dan dengan pasrah menuju alamat yang dilampirkan.

Selama diatas kendaraan roda dua, pikirannya bergemuruh lagi. Entah akan seperti apa kehidupan magangnya selama enam bulan kedepan. Dikekang atau bahkan harus menghadapi kesinisan sebagai seseorang yang berstatus 'numpang' di rumah orang? 

Tenggelam dalam lamunan membuat lelaki itu bahkan tak sadar bahwa ia hanya perlu sepuluh menit untuk sampai. Driver ojol harus memanggilnya berulang kali karena Sagara tak kunjung turun.  

Segera setelah membayar, barulah Sagara kembali pada dunia nyatanya. Hampir melongo kala menyadari dia berhenti di depan sebuah rumah mewah kelewat besar. Buru- buru ia membuka kembali pesan dari sang mama, memastikan bahwa dia berada di alamat yang tepat karena khawatir dia salah alamat lagi.

Sagara meragu, berusaha menekan jiwa noraknya agar tak sampai kelamaan menganga. Apa dia akan tinggal di rumah sebesar ini? Seperti apa teman mamanya hingga bisa memiliki hunian semewah ini?

Bukannya apa, keluarga Sagara di kotanya  juga sebenarnya termasuk cukup berada. Tapi hanya dengan melihat tipe hunian dan deret merk mobil yang berjejer di garasi dengan jelas menggambarkan situasi keuangan keluarga ini berada jauh diatasnya.  Gila, kok Saga tidak tahu kalau mamanya punya sahabat konglomerat begini?

Lamunannya buyar ketika pintu gerbang besar itu terbuka sendiri bahkan sebelum dia membunyikan bel atau apapun. Seorang penjaga mendekat kearahnya dengan sebuah senyum ramah.

"Mas Sagara, betul?"

Sagara mengangguk bingung, apalagi setelah penjaga tersebut menjabat tangannya ramah. 

"Perkenalkan, saya satpam di rumah ini, Imran, mas," ujarnya.

Sagara tersenyum simpul, "Sagara," balasnya.

"Silahkan masuk, mas!"

Sagara masih bengong, "bapak nggak mau cek ktp saya dulu?"

Bagaimana bisa Pak Imran langsung mengenali dan langsung percaya begitu padanya?

Pak Imran menggeleng dibubuhi senyuman ramah, "Nyonya tadi sudah share fotonya mas Sagara," balasnya.

Sagara mengangguk lalu mengekor setelah Imran dengan lugas mengambil koper sedang bawaannya. Menuntun Sagara semakin masuk dan makin mendekati areal pintu utama yang kini telah terbuka lebar serta menampakkan seorang wanita parubaya yang tersenyum lembut kearahnya. Pakaian dan pembawaannya lumayan modis, mungkin wanita itu sepantaran dengan usia mamanya. Inikah teman mama?

Begitu Sagara mendekat dan berusaha salim tangan, wanita itu justru balik menunduk.  Cukup heran namun lebih heran lagi saat wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai pembantu rumah tangga. 

Bahkan pembantunya pun se-modis ini? 

Sagara hanya bisa mempertahankan senyum kikuk dan mengekor kala Ibu Widya, mengarahkannya pada sebuah kamar yang sepertinya akan menjadi tempatnya.

"Mas Sagara bisa beristirahat lebih dulu dan jika ada hal lain yang mas perlukan, bisa memanggil saya ataupun Imran," ujarnya sopan. 

Sagara mengangguk berterima kasih. Sempat menyelipkan pertanyaan yang menurutnya juga penting untuk ditanyakan terkait dimana pemilik rumah ini. 

"Nyonya masih bekerja, biasanya beliau akan pulang larut. Namun beliau sudah menitipkan Mas Sagara kepada kami, jadi apapun yang mas perlukan tinggal info kepada kami ya, mas!" 

Usai Bu Widya pamit undur diri, Sagara masuk ke kamarnya dan bergegas membersihkan diri dan lanjut membongkar muatan. Barang- barangnya tidak terlalu banyak sehingga dia juga tidak butuh waktu yang lama untuk merapikan semuanya. Begitu pula panggilan lanjutan dari sang mama yang memastikan bahwa putra semata wayangnya telah sampai pada tempat yang seharusnya. 

Meskipun telah berada di tempat yang seharusnya, Sagara masih merasa gusar. Terutama pada teman kos yang menipunya itu. Sejak pagi Sagara telah berusaha menghubungi, namun nomornya tidak aktif. Sagara juga tidak menemukan akun media sosialnya sama sekali. Sialan, dia benar- benar berniat menipu rupanya.

Daripada gondok sendiri, Sagara pada akhirnya keluar dari kamarnya. Masih ingat bahwa saat ini berada di tempat asing dan dia perlu penyesuaian. Ibu Widya tadi juga sempat menginfokan untuk turun karena makan malam telah siap di meja.

Tidak ada siapapun di meja. Sagara terang saja tidak berani seenaknya duduk disana tanpa ada yang mempersilakan. Maka pada akhirnya dia memulai tur mini untuk sekedar mengetahui seperti apa lingkungan tinggalnya ini. Mulai dari anak tangga melingkar yang berada tepat disamping kamarnya. Turun menemukan ruang tamu dan dan lemari besar tengah ruangan berisi beragam buku. 

Beberapa judul menarik perhatiannya, sepertinya koleksi buku- buku ini akan jadi teman yang menyenangkan baginya.

Saat masih fokus meneliti beberapa judul buku, satu colekan di bahu membuatnya berbalik. Temuan pertamanya membuat Sagara makin menyadari sebuah penggalan kalimat bahwa selalu ada hal baik dibalik setiap kejadian.  Penampakan manis dengan sebuah senyum lembut menyapa dunianya yang kelam.

"Hi, Nice to meet you, Sagara!"

Related chapters

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   3. Bos Baru

    Sagara Adinata memulai paginya dengan semangat baru. Ini adalah hari pertamanya menjejakkan kaki sebagai pegawai magang di salah satu perusahaan ternama yang telah lama dia impikan.The Cassiluxe.Sebuah perusahaan yang menyediakan jasa produksi dan publikasi yang tak tergeser dari top 3 perusahaan jasa media terbaik di negeri ini. Berani bersaing baik dalam negeri maupun di kancah internasional.Sagara patut berbangga diri. Meskipun hanya program magang, namun dia adalah satu- satunya mahasiswa dari kotanya yang berhasil menembus program magang di perusahaan impiannya itu. Sebagai seorang pemagang yang berfokus pada desain visual dan juga fotografi, Sagara berharap bisa mendapat kesempatan- kesempatan luar biasa dengan bergabung disini. Dengan kinerja yang baik, siapa tahu Sagara bisa mendapatkan akses untuk melanjutkan karirnya disini kedepannya.Setelah melapor pada bagian administrasi, para anak magang dikumpulkan dalam satu ruangan khusus untuk pembekalan awal. Tidak banyak, ad

    Last Updated : 2024-02-22
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   4. Dinodai atau Menodai?

    Baru hari pertama sudah party. Akhirnya Sagara membuktikan sendiri motto hidup khas anak- anak muda hedon ibukota. Belajar, bekerja lalu pelariannya berpesta pora. Oh astaga! Mereka baru saja diterima magang, namun jalan yang dipilih untuk menjalin keakraban adalah justru dengan open table? Budaya dari mana ini?Sagara mengiyakan ajakan sesama rekan magangnya untuk makan malam bersama. Katanya mereka hanya akan makan malam di salah satu resto dekat kantor sebagai bentuk ucapan selamat karena telah diterima magang dan sekaligus mengakrabkan diri. Jadilah sepuluh orang muda mudi itu beriringan masuk menikmati makan malam dengan menyenangkan. Namun Sagara tidak pernah tahu bahwa akan ada acara lanjutan setelahnya. Dia tidak pernah tahu bahwa acara makan malam yang tadinya diisi riuh tawa kini berubah jadi gemerlap malam berisik ditemani belasan botol alkohol berjejer rapi diatas meja.Entah sudah berapa botol yang tandas tak bersisa. Sagara hanya bisa mengamati dan berusaha bersosiali

    Last Updated : 2024-02-22
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   5. Jangan Panggil Tante!

    Apa yang terjadi semalam? Otaknya berusaha keras menemukan kepingan memori yang entah bersembunyi dimana. Sagara sama sekali tak mengingat apapun setelah bagian dia menaiki mobil dari aplikasi ojek online. Apa yang terjadi setelahnya? Sagara takut mengacau disini. Dia menelan ludahnya susah payah saat jemari Natalia semakin berani menelusuri garis rahangnya. Sagara harus berjuang menyatukan kepingan puzzle berantakan dalam otaknya sembari menahan dirinya dari serangan hasrat yang berbahaya. Bagaimana tidak? Selain sentuhan- sentuhan riskan itu, penampilan wanita matang dihadapannya tentu sangat mengusiknya. Setelah mengumpulkan sedikit keberanian, Sagara mencekal pelan pergelangan tangan Natalia. "Astaga! Kemana perginya uang hasil kerja keras tante? Apa semahal dan sesulit itu membeli satu kaos yang lebih nyaman untuk digunakan?" Sejujurnya Sagara tidak tahu darimana ia mendapatkan keberanian untuk menyindir wanita yang tujuh atau mungkin delapan tahun lebih tua darinya itu. Saga

    Last Updated : 2024-02-23
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   6. Anak Magang Kesayangan

    "Kenapa tampang lo kusut begitu? Mana semangat pemagang muda yang membara?"Sagara baru saja menginjakkan kaki di ruangan barunya dan sapaan menyebalkan Mario sudah hampir membuatnya naik darah. Masih segar dalam bayangannya bahwa salah satu penyebab aksi memalukannya kemarin adalah Mario Hutomo—manusia yang memaksanya untuk tetap hadir dalam pesta dadakan menyebalkan semalam.Andai saja Sagara tidak menuruti paksaannya kemarin, dia mungkin tidak akan berakhir menunjukkan sisi memalukan pada Natalia.Setelah kejadian memalukan itu, sekarang dengan wajah bahagia seolah tanpa dosa Mario justru merangkulnya akrab. Sekaligus membuat Sagara sadar bahwa enam bulan kedepan dia akan banyak bekerja sama dan berbagi ruang dengan manusia super ajaib disebelahnya itu. Sagara bisa apa?"Ck! Pokoknya besok- besok gue gak mau lagi ikutan kalau ada minum- minum mendadak!" ketusnya.Mario hanya bisa nyengir tanpa beban. Lelaki kurus itu menyenggol pelan lengan Sagara, "emang kenapa, sih? kena damprat s

    Last Updated : 2024-03-01
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   7. Tertarik Untuk Jadi Simpananku?

    Mengisi kekosongan lemari? Sekarang Sagara justru harus meratapi lemari besarnya yang penuh dan sesak, tidak ada sedikitpun space yang tersisa. Bahkan ada beberapa pakaian yang terpaksa harus dibiarkan terlipat dalam tas tanpa masuk lemari. Pikirnya Natalia hanya mengambil beberapa. Mana dia tahu kalau ternyata wanita itu justru membeli hampir separuh dari isi toko eksklusif itu? Astaga! Sagara merasa ini semua berlebihan. Mengapa tiba- tiba Natalia memberikan ini semua padanya? Lagipula bantuan apa yang Sagara berikan sampai dia harus menerima semua beban ini? Memeriksa beberapa dan menemukan tag brand yang ada disana. Sagara mencari tahu sedikit tentang seri tersebut dan sempat melotot melihat harganya. Salah satu setelan disana bahkan nilainya jauh lebih mahal dari fee magangnya dalam satu bulan. Natalia sekaya itu? Apakah gaji kepala divisi di perusahaannya memang sebesar itu sampai- sampai Natalia bisa memberinya banyak begini tanpa menginginkan apapun? Perasaannya jela

    Last Updated : 2024-03-06
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   8. Bangun Pagi

    Itu adalah pertanyaan paling gila yang pernah Sagara dengar. Menjadi simpanan dari teman mamanya sendiri? Meskipun memang Natalia masih tergolong muda, tetap saja hubungan semacam itu tidak waras. Masih tak habis pikir, bagaimana bisa seorang teman justru berusaha menjerumuskan putra temannya sendiri kedalam pusaran gelap berbahaya seperti itu? Dari sini, Sagara jadi meragukan pernyataan bahwa mamanya dan Natalia berteman dekat. Sagara masih berpikiran positif jika ini hanyalah sebuah candaan yang ditujukan untuk menjahilinya saja seperti sebelumnya. Tapi bahkan setelah menunggu beberapa lama, Sagara tidak menemukan keraguan sedikit pun di netra wanita yang masih berdiri kokoh di depannya. Natalia Xaviera tidak menunjukkan tanda- tanda bahwa dia akan segera meralat pertanyaan gilanya itu. "Gimana? Mau nggak?" Gelengan kepala menjadi sebuah jawaban tegas dari Sagara. Sementara wanita didepannya kini justru tertawa pelan. Wajahnya masih menatap Sagara dengan remeh lalu perlahan mende

    Last Updated : 2024-03-06
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   9. Kecoak Terbang

    Tidak peduli disebut ugal- ugalan, wanita dengan sapuan merah di bibir itu menembus jalanan yang cukup lenggang dengan kecepatan sedikit diatas rata- rata. Wajah dan lehernya terasa cukup tegang akibat emosi yang terus merambat naik. Pagi temaramnya mendadak berantakan sebab sebuah panggilan yang terpaksa membuatnya menerjang jalanan dengan ganas guna bisa sampai kantor secepatnya. Tidak sia- sia, perjalanan yang biasanya ditempuh dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit, kini bahkan bisa dipangkas hingga setengahnya. Natalia tidak sempat memikirkan sebenarnya ajian apa yang dia gunakan sampai tiba- tiba bisa menyetir secepat itu hari ini. Syukur semesta masih berpihak padanya. Begitu memasuki gedung The Cassiluxe, wanita yang mengenakan blus kerja dipadu rok span dan heels setinggi dua belas senti itu meminta bantuan security untuk memarkirkan mobilnya. Temperamennya yang dalam keadaan buruk seolah terbaca oleh siapapun yang melihatnya. Dengan itu, label 'jangan sapa aku' menjadi

    Last Updated : 2024-03-06
  • Terjerat Hasrat Anak Magang   10. Kunjungan Mantan

    "Untuk apa kemari? Dasar tidak tahu malu," hardik Natalia begitu pintu ruangan miliknya tertutup sempurna. Lelaki dihadapannya nampak tidak gentar sama sekali, dia malah semakin betah duduk di kursi milik Natalia. Senyumnya nampak menyebalkan, pun sorot mengejek yang laki- laki itu tampilkan juga membuat Natalia semakin naik darah. "Menolak menjadi pewaris hanya untuk bekerja pada perusahaan yang bahkan jauh lebih kecil dari perusahaan keluargamu? Aku heran mengapa kamu masih begitu sombong. Natalia Xaviera."Natalia tidak kaget lagi saat lelaki dihadapannya itu pada akhirnya tahu tentang silsilah keluarganya. "Tidak usah banyak basa- basi. Ada perlu apa?" sebal Natalia. "I Miss you."Natalia hampir meludah."Persetan! Katakan saja maumu ! Mau bekerja? Kamu bisa hubungi HRD atau mendaftar via platform lamaran kerja. Cari yang sesuai kemampuan, jangan hanya minta jabatan. Aku tidak akan menjadi orang dalam untukmu lagi," ketus Natalia lagi. Menyesali masa- masanya dulu yang selalu

    Last Updated : 2024-03-07

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   122. Satu Hari Penuh Kejutan

    Natalia melongo saat menemukan sang kekasih sudah berdiri di depan lobby kantornya dengan santai. Dia memeriksa kembali penanda waktu yang melingkar di tangannya, benar kok ini jam 5 sore waktu setempat. Wanita itu berjalan pelan mendekati pria yang sibuk dengan ponselnya itu, bersandar di tembok pilar. Memastikan lebih dekat bahwa benar dia tidak salah lihat si tampan yang berada dihadapannya itu. “Kenapa kamu disini?” Pertanyaan Natalia membuyarkan kegabutan Sagara. Laki-laki itu tersenyum dengan sumringah saat menemukan Natalia sudah berada dihadapannya dengan tampang kebingungan.Alih-alih langsung menjawab, Sagara lebih memilih untuk langsung merebut tas file yg Natalia bawa. Juga mengamit lengan wanita itu untuk membawanya ke parkiran. Tentu saja pemandangan manis itu tidak luput dari perhatian pegawai lainnya yang juga berada di lobby.Natalia menahan Sagara dengan menarik sisi belakang jasnya.“Tunggu! Kamu belum menjawab pertanyaanku!”Tentu saja, siapa yang mau mengekor b

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   121. Memberi Pelajaran Penguntit

    Kendaraan roda empat berwarna hitam semi glossy itu berhenti tepat di depan pintu masuk utama Xavier Group. Sagara yang berada di kursi kemudi menghentikannya dengan stabil. Menoleh kearah kekasihnya yang kini duduk disampingnya sudah lengkap dengan tampilan kerjanya yang menawan.Natalia meliriknya dengan senyum masam, "Kamu tidak perlu repot-repot mengantarku begini padahal," ujarnya sebal setelah kalah adu argumen saat di parkiran rumah tadi. Sagara ngotot minta mengantarnya ke kantor sebelum dia kembali ke kotanya. Suatu tindakan yang menurut Natalia sangat buang-buang waktu mengingat arah kantor dan juga arah bandara sangat berbanding terbalik. Jelas Sagara harus putar arah lagi nantinya.Mendengar keluhan dari sang kekasih, Sagara hanya bisa tersenyum tipis. Dia mendaratkan tangan lebarnya untuk menyentuh puncak kepala Natalia, memberinya sebuah belaian sayang penuh perhatian."Kamu yakin bisa bekerja hari ini?"Pertanyaan yang sia-sia karena mereka sudah berada di depan pintu

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   120. Selamat Pagi (+)

    Suara ketik yang mengalun lembut merayap memasuki pendengaran Natalia. Wanita itu perlahan membuka matanya—rasa kantuk sudah mulai sirna berkat cahaya tipis yang turut menembus jendela. Natalia melirik bagian sisi kanannya, menemukan lelaki dengan kaos polos bersandar sembari serius memandangi laptop di pangkuannya. Jari jemari laki-laki itu menari lincah diatas keyboard. Rambut acak-acakan dan tampilan paginya yang super fokus itu nampak sangat seksi di mata Natalia sekarang.Semalam saat Natalia menyarankan sebuah tidur yang berkualitas, wanita itu benar-benar berupaya mewujudkannya dengan serius. Benar-benar tidur yang nyaman dengan sebuah pelukan sepanjang malam yang dia harap bisa merecharge kembali energi mereka berdua setelah bekerja keras seharian.Natalia melirik jam dinding, pukul enam lebih tiga puluh menit di pagi hari. Sebenarnya sudah cukup siang namun mereka masih punya cukup waktu untuk tidur sebelum mulai bersiap beraktivitas hari ini. Tapi lihat? Bahkan sepagi ini sa

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   119. Istirahat Berkualitas

    Saat cincin itu melingkar di jari manisnya, Natalia merasakan sensasi hangat yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Matanya membelalak sejenak, tercengang oleh kejutan yang tak terduga. Dalam keheningan penuh emosi itu, Sagara menatapnya dalam-dalam, bibirnya tersenyum penuh arti."Aku tahu orang tua kita bahkan sudah curi start lebih dulu. Tapi tentu tidak adil jika kita yang katanya sudah terlalu matang ini hanya mengikuti arahan. Aku rasa aku tetap perlu melamarmu secara langsung," bubuh Sagara sembari menatapnya lembut. Tubuh Natalia kaku di pangkuan Sagara. Wanita itu masih menatap cincin dan Sagara secara bergantian. Apalagi sentuhan lembut Sagara pada jemarinya turut membuat wanita itu menghangat dalam hati. “Natalia,” kata Sagara dengan suara lembut namun penuh keyakinan, “aku sudah memikirkan ini sejak lama. Kamu adalah segalanya bagiku, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Maukah kamu menikah denganku?”Natalia dipenuhi oleh campur aduk perasaan—kebah

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   118. Melingkari Jari Manis

    Natalia membuka matanya dengan paksa saat mendengar nada dering yang mengganggu pertapaannya di bath tub. Wanita itu hanya bisa melirik ponsel yang teronggok di meja wastafel tersebut tanpa berniat mengambilnya. Dia menghela nafasnya malas. Daripada harus buru-buru mengangkat panggilan, Natalia lebih memilih untuk menghentikan aktivitas berendamnya yang sudah berjalan selama kurang lebih lima belas menit.Sebenarnya, dia pun merutuk pada diri sendiri. Kalau tahu tak akan menerima panggilan atau memegang ponsel, kenapa juga dia harus membawanya ke kamar mandi?Secara bertahap dan perlahan, Natalia menarik handuk mandinya lalu keluar dari bath tub. Aroma flowery menyeruak sebab malam ini dia memilih wewangian itu untuk menenangkan pikirannya setelah lelah bergelut dengan pekerjaan.Usai memanjakan diri, barulah Natalia mengambil ponselnya. Sedikit terkejut dengan mata setengah melotot saat melihat nama pemanggil dan membaca pesan yang pemilik nomor itu kirimkan padanya. 'Aku ada di dep

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   117. Perjodohan Ulang

    Sagara mengusap sudut bibirnya yang belepotan bekas pewarna merah milik Natalia. Tersenyum miring saat mengingat memori singkat keduanya yang baru saja terjadi lagi. Dia bersandar pada tembok di rooftop, entah apakah kejadian tadi diantara mereka bisa membuka jenis hubungan baru buat keduanya.Satu kali lagi Sagara membenahi tatanan dasinya yang sedikit berantakan sebab diacak Natalia tadi. Lelaki itu juga memasang kembali jasnya yang sudah dikembalikan oleh wanita yang dengan wajah memerah buru-buru turun meninggalkannya sendirian disini. Pada akhirnya, Sagara turun dengan perasaan yang lebih lega daripada sebelumnya. Bibirnya terus mengulas senyuman tipis sepanjang perjalanannya menuju ballroom pesta. Pesta yang mendadak dan secara terpaksa dia hindari ternyata memberinya sebuah kesempatan luar biasa. Seperti yang Natalia katakan tadi padanya, sangat tidak sopan kalau Sagara meninggalkan pesta tanpa memberikan selamat kepada sepasang mempelai yang menghelat acara ini. Maka Sagara

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   116. Make Up?

    "Mbak Lia dimana?" Gisela menggendong sang putri yang mulai mengantuk setelah hampir dua jam berada di pesta pernikahan. Putri kecil itu menggeliat hampir tantrum dan mulai merengek sehingga dia dan Samuel siaga untuk segera meninggalkan kursi mereka. Samuel menggeleng, laki-laki itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan berusaha menemukan keberadaan sang kakak yang tiba-tiba saja menghilang setelah tadi mengucapkan selamat pada mempelai. "Sam, udah mau balik?" Tanya Darius yang menyambanginya setelah tamu-tamu mulai sibuk sendiri. Samuel mengangguk, "Iya nih, Kasihan Cia udah mulai ngantuk. Saya pamit ya Pak Darius, sekali lagi semoga pernikahannya langgeng dan bahagia," ucap Samuel dengan hormat.Laki-laki itu mengangguk dengan sedikit senyumannya. Melihat Samuel yang nampak kebingungan, Samuel kembali menerbitkan senyuman tipisnya."Natalia? Dia bawa mobil sendiri, kan?" Terka Darius yang sepertinya langsung paham kekhawatiran Samuel.Mendengar nama kakaknya disebu

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   115. An Apology

    Cengkraman pada pinggang ramping Natalia mengerat. Wanita itu berkedip dua kali dalam paniknya. Tatapan laki-laki dihadapannya itu masih sama tajamnya seperti dahulu. Hanya saja, Natalia dapat merasakan aura yang lebih dingin meradiasi darinya. Sesuatu yang jarang sekali Sagara Adinata kuarkan dahulu.Dengan kesadaran penuh, Natalia kembali pada posisinya. Berdiri tegap membenahi helaian gaunnya yang sudah sedikit berubah tatanannya. Debaran jantungnya menggila entah karena hampir mencederai kepalanya sendiri atau karena bertemu lagi dengan laki-laki masa lalunya. Presensi yang sebenarnya tak pernah absen dari pikirannya."Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Tanya Natalia dingin. Wanita itu membuang tatapannya kearah lain. Dua tangannya secara refleks memeluk lengannya yang terekspos akibat potongan off shoulder tersebut.Sagara tak melepaskan pandangannya dari detail gesture kecil seperti itu. Tangannya secara otomatis membuka kancing jasnya dan melepas kain tebal tersebut."Mengha

  • Terjerat Hasrat Anak Magang   114. Slow It Down

    Sagara berdiri di depan pintu megah yang dihiasi lampu-lampu berkilauan dan bunga-bunga segar. Lelaki dengan setelan rapi dan rambut ditata sedemikian rupa itu berjalan tegap memasuki area pesta sendirian setelah memarkirkan kendaraannya. Ia datang bersama kedua orang tuanya dan telah lebih dahulu dia turunkan di lobi utama. Lelaki itu seperti biasa memasang wajah dingin tak tersentuh miliknya. Mencoba mendeteksi keberadaan orang tuanya yang pasti sudah lebih dulu tenggelam dalam pesta. Pernikahan ini katanya adalah pesta pernikahan sepupu jauhnya. Saking jauhnya, Sagara sampai tidak benar-benar kenal siapa sepupunya ini. Namun dilihat dari skala pesta yang diadakan, Sagara rasa sepupunya menikahi pria yang benar-benar kaya. Area pesta memancarkan aura glamor dan kemewahan. Di dalam, suasana pesta ala konglomerat sangat terasa. Sempat dia dengar beberapa bisikan bahwa pernikahan kali ini memang merupakan pernikahan seorang konglomerat penting.Saking cueknya, Sagara bahkan tidak mem

DMCA.com Protection Status