Share

Cemburu

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-19 12:38:58

Makan siang berakhir sangat hening. Beberapa kali Anette berusaha melakukan percakapan, tetapi sepertinya gadis itu sadar mengenai aturan makan. Mungkin ayahnya juga menerapkan hal yang sama sehingga buru – buru Anette mengatur sikap sedemikian rupa. Padahal tidak, Harger sendiri sering mengajak sang hakim melakukan percakapan, yang ntah – ntah dia merasa sangat muak untuk banyak bicara saat Anette masih di sini.

Suara denting piring terakhir. Nikolai dan Ragiel kompak menyelesaikan makan siang, begitu pula Harger dan sang hakim. Mereka sedang memandangi Anette yang mendadak diam. Tiba – tiba gadis itu mengerjap, lalu mendorong sisa makan siang di atas piring dengan enggan.

“Aku sudah kenyang,” ucapnya sedikit diliputi nada manja.

“Hanya tinggal dua sendok, sayang sekali.” Harger berkomentar hingga mendapat tatapan tajam dari Anette.

“Kau tidak mungkin memaksa orang yang sudah kenyang untuk makan,” jawab gadis itu sewot. Tidak terima diberitahu.

“Ya, terserah kalau begitu. Tapi aku h
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Violetta
Harger cemburu agak ngeri ya wkwkwk
goodnovel comment avatar
Nor
oh ada adik rupanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Kesepakatan

    Harger menatap pintu perpustakaan seraya menelan ludah kasar. Dia begitu ragu menghadap suaminya setelah makan malam yang berlalu dengan hening. Memang tidak ada percakapan sejak terakhir kali dia membuat pria itu meninggalkan dapur. Harger merasakan sang hakim sedang membangun tembok yang tinggi. Dia tidak tahu apa yang suaminya pikirkan, tetapi rasanya terlalu aneh jika Deu akan mendadak sangat marah. Pria itu mungkin tidak menunjukkan secara langsung. Hanya saja ini tidak seperti biasanya; Deu bahkan tidak sama sekali untuk membujuk, sekali lagi, atau apalah yang paling tidak membuat perasaan Harger kembali tenang.Dia menarik napas dalam dan segera memutuskan untuk memegang ganggang tembaga; membuka pintu hati – hati, lalu sedikit tercekat menemukan suaminya sedang tidur diliputi satu buku tebal tergeletak nyaman di dada pria itu. Harger tahu; Deu membaca dan berakhir ketiduran. Dia merasa tidak ingin membangunkan suaminya. Barangkali akan membawakan selimut tebal setel

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Baikan

    Harger terbangun dengan lengan sang hakim memeluk di permukaan perut ratanya. Wajah pria itu begitu dekat diliputi embusan napas yang tenang. Harger sedikit bergerak; mengamati suaminya yang masih tertidur lelap, sedikit tersenyum, dan mengatur tubuhnya agak menyamping agar lebih leluasa memperhatikan wajah tampan yang sedang memejam.Harger tidak tahu apakah dia bisa memegang kata – kata sang hakim semalam. Dia akan berusaha percaya. Melupakan semua kekesalannya, hanya ingin menunggu pria itu membuka mata. Harger tidak akan membangunkan sang hakim, meskipun dia rasa niatnya terlalu buruk jika membiarkan pria itu terus – terusan tertidur. Hari senin, Deu biasanya akan bekerja; bersiap – siap dengan cepat, tetapi biarkan saja. Kali ini Harger akan mengerjai sang hakim. Dia senang menyaksikan pria itu melakukan segala sesuatu terburu – buru.Perlahan akhirnya Harger mendapati kelopak mata sang hakim bergerak. Ketika iris mata gelap yang sembunyi – sembunyi di bawah bulu y

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Latihan

    “Olden, jangan lari – lari.”Harger mengejar anjing kecil pemberian sang hakim di sepanjang halaman belakang rumah. Matahari sore tidak terlalu menyengat untuk melakukan aktivitas di luar. Dia masih melangkahkan kaki; lebih cepat untuk meraih tali yang mengikuti kepergian Olden ke mana pun di sudat halaman. “Olden!”Anjing kecil terlalu lincah, Harger terguling beberapa kali setelah dia memeluk hewan peliharaan itu. Ekor Olden bergerak – gerak; lincah; menegaskan kalau – kalau Olden sudah beradaptasi sangat baik dengan sang majikan. “Mrs. Keroppi.”Wajah Harger langsung berpaling mendengar suara sang hakim di depan pintu. Masih mengenakan pakaian pagi tadi, dan pria itu berjalan mendekatinya. Harger tersenyum. Membiarkan Olden pergi menyambut sang hakim dengan gonggongan. Deu hanya tertawa lalu bersimpuh mengusap puncak kepala Olden dengan lembut.“Kau senang bermain bersamanya?” tanya sang hakim lambat. Harger menarik napas, melipat tangan di depan dada kemudian menatap pria itu se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Laea

    Sebelah alis Harger terangkat tinggi saat samar – samar mendengar suaminya sedang bicara dengan bahasa Italia di balik telepon bersama seseorang. Dia tidak begitu mengerti percakapan seperti apa yang tampaknya begitu serius, tetapi sesekali Harger akan mendapati nama Laea di balik pembahasan mereka. Wajah Harger langsung berpaling untuk mengamati bagaimana ekspresi tegang dan frustrasi suaminya. Sang hakim meninggalkan begitu banyak tanda tanya besar, apa yang sedang terjadi? Harger begitu ingin tahu; menunggu sang hakim akan melirik ke arahnya, tetapi pria itu tidak melakukan. Ketika sebentuk tubuh tinggi besar itu mengambil posisi duduk di kursi lainnya, Harger melihat secara terperinci bagaimana sebelah tangan sang hakim berpangku di atas meja, telunjuk dan ibu jari pria itu memijit batang hidung sendiri. Harger semakin bertanya – tanya apakah ada hal yang mengusik suaminya? Sebuah masalah? Apa?Butuh waktu beberapa saat sampai percakapan itu selesai. Harger menarik napas dalam u

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Perjalanan

    Ada penekanan di setiap kata – kata dari suara berat itu. Debaran di dada Harger semakin keras. Dia mengerjap beberapa kali, merasa perlu melakukan sesuatu.“Aku ikut.”Kedua alis sang hakim bertaut setelah mendengar pernyataan Harger yang begitu mengejutkan. Dia sendiri tidak percaya akan keluar pernyataan seperti ini dari bibirnya. Saat sang hakim diam, Harger sudah mengira Deu akan melarangnya.“Kau yakin?”Namun, pria itu justru menanyakan sesuatu yang tidak pernah Harger pikirkan.“Mengapa aku harus tidak yakin?”“Kau tahu dia masa laluku.”“Dan aku yang bersamamu sekarang, saat ini, dan mungkin ke depannya.”Sang hakim tidak langsung menanggapi; hanya sudut bibir yang melekuk sangat tipis. Ujung jari pria itu kemudian segera bergerak. Menyusuri wajah Harger dengan begitu lembut.“Kau masa depanku.” Suara berat sang hakim ringan, menarik Harger masuk ke dalam dekapan hangat dan liat.Harger membalas setiap pelukan sang hakim, menghirup ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Terlambat

    “Bagaimana keadaannya?” tanya sang hakim diliputi napas menggebu – gebu. Harger sendiri merasakan hal yang sama. Diam; menyesuaikan keadaan rongga dada setelah udara terasa begitu sempit karena harus berlarian memasuki gedung mentereng di sini.Harger luar biasa terkejut kali pertama melihat sebuah mansion besar, tetapi dia tidak memiliki waktu untuk mengagumi situasi di sekitarnya. Harus mengikuti ke mana langkah sang hakim dan di sini mereka berakhir. Di sebuah kamar dengan seorang wanita sedang terbaring dengan keadaan mata terbuka; tiang infus menjulang dan terhubung di tangan bagian kiri. Wanita itu begitu kurus dengan tulang pipinya begitu terlihat jelas.Samar – samar, saat menatap ke dalam – dalam wajah Laea, Harger merasa seperti pernah mengenal, meski dia tak sanggup meraih sisa ingatan yang begitu jauh digapai. Sesekali Harger melirik sang hakim; berharap pria itu memberitahunya sesuatu. Tetapi pria yang terlihat serius menghadapi dokter tidak sekalipun ingat terhadap keber

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Rumah Duka

    Harger terbangun dengan kelopak mata mengerjap beberapa kali; sulur – sulur siraman cahaya masuk lewat kaca yang terbuka lebar. Seseorang telah menyibak tirai dan itulah satu – satunya alasan mengapa Harger berusahan menahan silau di sekitar wajah. Dia sedikit terkejut saat menemukan sang hakim sudah menjulang tinggi dalam balutan kemeja hitam dan jubah dengan warna senada sebagai pelengkap. Rambut pria itu disisir ke belakang. Rapi. Sedikit senyum di pagi hari membuat Harger segera bangun.“Laea akan dimakamkan hari ini, Mrs. Keroppi. Kau mungkin ingin pergi ke pemakaman?” tanya pria itu. Harger secara naluri mengangguk, kemudian dia sadar bahwa tidak menyiapkan pakaian hitam untuk mendatangi rumah duka atau ke pemakaman. Iris matanya menatap sang hakim dalam. Mencoba mencari kata – kata yang tepat, tetapi suara berat itu segera mendahuluinya.“Pakaianmu sudah kusiapkan. Ada di sana.”Harger mengikuti ke mana sorot gelap itu memindahkan perhatian. Di atas ranj

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Pemakaman

    Ketika pastor melangkahkan kaki pergi. Orang – orang di sekitar pemakaman turut membubarkan diri. Mereka berjalan teratur meninggalkan area yang hanya tersisa Harger, yang mengamati suaminya dan Howard secara bergiliran. Dua pria dewasa sedang membuat jarak; Howard sangat diam, tetapi yang paling tidak banyak bicara adalah sang hakim sejak Howard meminjam pria itu pergi.Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?Harger bertanya – tanya dalam hati. Ingin sekali bicara langsung. Namun, dia tak memiliki prospek bagus ketika akhirnya Howard mendekatinya untuk berpamitan.“Sampai bertemu denganmu lain kali, Harger. Jika terjadi sesuatu padamu, jangan sungkan mencariku. Aku akan selalu ada.”Begitulah. Harger tersenyum kepada Howard. Memeluk pria itu sebentar, lalu melakukan kontak mata lebih lekat. “Hati – hati di jalan.”Hanya anggukan pelan kemudian langkah Howard secara tentatif meninggalkan pemakaman. Anehnya, pria itu tidak bicara sedikitpun kepada sang hakim. Harger mengerjap semakin ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part12

    Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part11

    Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part10

    “Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part9

    Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part8

    Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part7

    Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part6

    “Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part5

    “Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ektra Part4

    “Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status