Sore hari Samuel pulang lalu menemani Kanaya untuk berjalan sore menggunakan kursi roda.
Wajah Samuel sangat tampan dengan brewok yang tipis tapi sesekali dia mencukurnya supaya nampak lebih muda.Alessia datang membawa permintaan Kanaya yaitu susu coklat panas dengan roti rasa coklat.Alessia tidak berani menatap Samuel dan tubuhnya begitu bergetar hebat."Kanaya, apa kamu kesusahan berkomunikasi dengan wanita bisu ini?" tanya Samuel.Alessia hanya berdiri mematung di samping Kanaya."Sangat kesusahan, jika mengajaknya curhat malah seperti mendongengkannya. Dia hanya manggut-manggut saja," jawab Kanaya.Samuel tersenyum kecil lalu berjongkok di depan Kanaya yang semakin hari semakin kurus saja."Aku akan membuatnya bisa bicara dengan terapi. Bagaimana? Semua ini untukmu supaya tidak kesulitan berkomunikasi dengan gadis bisu itu?" tanya Samuel pada Kanaya.Kanaya sangat setuju alangkah baiknya memang Alessia harus diterapi supaya bisa berbicara dengannya dan tak harus menulis jika ingin menjawab pertanyaannya."Tapi rasanya aneh jika Mas Samuel peduli dengan orang lain, biasanya Mas Samuel sangat cuek. Mas Samuel tertarik dengan Alessia?""Gila ya kamu? Untuk apa aku tertarik dengan gadis bisu dan dekil itu?"Alessia langsung melirik Samuel, ternyata memang benar ucapan pria itu hanya manis di depan saja dan pada akhirnya tetap menghina fisik seseorang yang tidak sempurna."Awas ya, Mas! Kamu gak boleh suka dengan Alessia!" ancam Kanaya.Alessia menelan ludahnya, malahan mereka sudah melakukannya di belakang Kanaya.Kanaya mencium bibir Samuel dengan mesra, dia sangat mempercayai suaminya."Cintaku hanya milikmu," ucap Samuel dan melanjutkan pagutannya pada Kanaya di depan Alessia.Malam harinya, setelah Alessia mengelus kening Kanaya sampai terlelap. Dia keluar dari kamar dan tak sengaja bertemu dengan Samuel yang hendak masuk ke dalam kamar."Jam 1 pagi," lirih Samuel seolah mengingatkan Alessia.Alessia hanya diam sembari berjalan menjauhi kamar. Dalam hatinya bergejolak mengatakan untuk kabur saja dan tidak memperdulikan ancaman yang ditekankan Samuel padanya.Pasangan suami istri itu ternyata sama-sama gila, kenapa bibinya bisa betah di sini?"Jangan mencoba untuk kabur!" teriak Samuel.Alessia terhenti di tangga paling bawah, dia menoleh ke arah Samuel yang bersedekap di depan kamar.Samuel turun dari tangga lalu menarik Alessia untuk keluar dari rumah.Samuel mendorong Alessia masuk ke dalam mobil dan dia membawanya ke suatu tempat.Jika berhubungan dengan Samuel, para pembantu akan tutup mulut dan tidak ingin ikut campur.Samuel menyetir mobilnya sendiri di malam yang dingin ini, 2 jam kemudian mereka sampai di tengah hutan dengan kastil tua yang menyeramkan.Alessia sangat ketakutan, Samuel menyuruhnya untuk turun dan mereka masuk ke dalam kastil itu.Samuel menyalakan lampu utama dan terlihat banyak senjata api yang terpajang di tembok.Samuel menarik tubuh Alessia untuk duduk di sebelahnya, dia mengusap rambut Alessia.Air mata gadis itu terus menetes. Samuel rupanya seorang yang menyeramkan."Jangan takut! Ini gudang senjataku dan aku bisa mengambil salah satu pistol lalu menembakkan ke kepalamu jika kamu berniat untuk kabur," ucap Samuel.Samuel tersenyum kecil tatkala melihat wajah imut Alessia yang sangat ketakutan."Kamu sekarang menjadi sugar babyku. Apapun yang kamu inginkan maka aku akan memenuhinya. Oh ya, besok kamu akan mulai terapi setiap malam hari bersama dokter kenalanku. Wanitaku harus sempurna, aku akan menyempurnakanmu," sambung Samuel sembari mencium bibir Alessia dengan beringas.Tuhan, cabut nyawaku sekarang juga! Aku tidak mau menjadi wanita murahannya. Batin Alessia terus meneteskan air mata.Samuel melepaskan ciumannya sembari menatap wajah Alessia yang sudah banjir dengan air matanya.Bukannya kasian, Samuel malah tertantang untuk semakin memiliki Alessia."Kamu wanitaku tidak boleh menangis," ucap Samuel sambil mengelap air matanya.Alessia tak berani menatap pria bule tersebut, dia sudah terkekang dengannya dan susah untuk kabur.Andai saja dia tetap di desanya menjadi petani pasti tidak akan seperti ini.Samuel mengangkat tubuh Alessia dengan gaya bridal style, dia membawanya ke lantai atas yang tertuju ke sebuah kamar.Samuel membuka pintu dan menyalakan lampunya, dia membaringkan Alessia ke ranjang besar berwarna keemasan."Kenapa tegang? Bukannya kita sudah melakukannya?""Shit! Aku harus bisa membuatmu berbicara secepatnya. Menyusahkan sekali berbicara dengan orang bisu," umpat Samuel sangat kesal.Samuel menciumi semua lekukan tubuh Alessia, wanita itu hanya bisa menahan kepedihan batinnya. Dia merasa wanita yang sangat kotor dan hina, dia tak pantas menjadi anak yang baik bagi keluarganya.Tangan Alessia terus meremas punggung Samuel dengan kuat, dia ingin pria itu menyingkir dari tubuhnya.Samuel memperhatikan wajah Alessia yang memelas, Samuel bukanlah orang yang setega itu. Benar saja, Samuel menyingkir dari tubuh Alessia."Ingin bicara apa kamu?" tanya Samuel.Samuel memberikan kertas dan pulpen yang ada di dalam laci. Alessia menuliskan sesuatu untuknya.Alessia: Lepaskan saya, Pak Samuel! Aku tidak mau menjadi seperti ini dan lagi pula kasian Nyonya Kanaya."Ketika kita berdua saja maka tidak boleh membicarakan wanita lain. Kanaya itu urusanku bukan urusanmu. Aku akan membuat semua bungkam jika hubungan kita terbongkar asalkan kamu tidak ada pemberontakan padaku," jelas Samuel.Alessia: Saya masih kecil, saya gadis tidak tahu apa-apa.Samuel tertawa, dia mengelus bibir Alessia yang ranum sembari mengecupnya perlahan.Alessia semakin terpojok dan tidak bisa melawan."Ya benar, kamu srigala kecilku."Samuel memeluknya dengan erat, Alessia membelalakan matanya tatkala merasakan gelayar yang aneh.Sebelumnya dia tidak pernah mendapat pelukan seperti ini bahkan dari keluarganya yang lain.Pelukan Samuel seolah pelukan yang tulus bahkan membuatnya begitu nyaman. Wajar saja selama ini Alessia tidak mendapat kehangatan dari keluarganya."Kamu tahu? Berat sekali rasanya menjalani kehidupan ini. Istriku sudah lama seperti itu dan jujur saja aku butuh penawar. Penawar itu adalah kamu."Samuel melepas pelukannya lalu menangkup wajah Alessia yang sangat imut dengan lesung di pipi kirinya.Wajah Alessia yang bule membuat Samuel langsung tertarik kepadanya."Malam ini kita tidur di sini. Jangan khawatir! Orang-orang di rumah tak akan mencari kita."Samuel berbaring di samping Alessia, dia memeluk tubuh Alessia dengan erat.Samuel tahu ini sangatlah salah tapi dia memang butuh penawar hati walau dengan cara yang salah.Tak ingin egois, dia merindukan sentuhan wanita. Samuel bukanlah orang yang mudah untuk tertarik, baru kali ini dia tertarik dengan wanita setelah 8 tahun Kanaya lumpuh seperti itu.Baru saja 10 menit terdengar dengkuran Samuel. Alessia menoleh wajah pria itu sudah tertidur. Sepertinya Samuel sangat lelah sekali. Ini kesempatan Alessia untuk kabur, dia harus kabur secepatnya sebelum Samuel bangun.Dengan hati-hati Alessia memindahkan tangan Samuel yang melingkar di atas perutnya, setelah berhasil Alessia turun dari ranjang itu dengan hati-hati.Alessia menahan nafasnya dan berjalan dengan pelan supaya tidak menimbulkan suara. Saat yakin Samuel sudah terlelap maka Alessia berlari tapi tiba-tiba suara Samuel menghentikan langkahnya."Silahkan jika mau keluar! Aku akan mengambil pistol lalu menembak kakimu,"Alessia menghela nafas panjang, dia menutup pintunya lagi dan berjalan menghampiri Samuel. Samuel senang sekali ketika wanitanya mau menurut padanya. Alessia kini berdiri di samping Samuel dengan kepala yang menunduk."Baby, jangan diam saja! Duduklah di sini!"Alessia masih diam saja sambil meremas jemarinya. Samuel menarik tubuhnya sampai Alessia terjatuh dipangkuannya. Samuel memeluknya dari belakang dan membuka ponselnya. Pria itu membuka permainan yang ada di ponsel mahalnya. Alessia memperhatikan dengan kagum. Memang sebelumnya dia tidak pernah mempunyai ponsel pintar."Ada banyak game di sini. Ini game favoritku bermain tembak menembak."Samuel memainkannya sembari memangku Alessia, Alessia memperhatikan cara Samuel bermain, dia pun ikut tegang dibuatnya dan saat Samuel menang, Alessia menunjukan kegembiraannya dengan cara bertepuk tangan."Mudah, kan? Mau main?" tanya Samuel.Alessia mengangguk. Samuel mengajarinya, sepertinya sangat mudah untuk mengendalikan Alessia dan Sa
"Setelah ini pulanglah! Sopir akan mengantarmu pulang dan jangan lupa nanti malam temui aku di ruanganku!"Samuel berdiri, dia meninggalkan meja makan serta asistennya mengikutinya. Alessia mengepalkan tangan, ingin sekali melempar gelas di depannya pada Samuel. Alessia pun langsung berlari kabur, Samuel yang melihatnya hanya diam. Alessia terus berlari membelah hutan tanpa henti. Entah apa yang dipikirkan tapi tujuannya hanya ingin pergi dari Samuel. Alessia tiba-tiba saja mendengar sebuah bunyi pistol.DOR!Alessia kaget dan seketika terhenti sampai suatu ketika asisten Samuel menodongkan pistol ke arahnya."Ketika Pak Samuel memerintahkanmu untuk pulang maka kamu tidak boleh membantahnya."Samuel hanya melihat dari kejauhan saja dengan tatapan datar. Sisi manis Samuel sudah hilang karena Alessia terus saja memberontak.Sebenarnya siapa Samuel dan orang-orang tersebut? Kenapa mereka punya senjata api? Alessia semakin tertekan, dia mendekat ke arah pistol itu berdiri tepat di depa
Dokter pribadi Kanaya datang, Kanaya disuntik dengan obat penenang dan kini dia sudah tertidur pulas. Alessia mengusap sisa-sisa air mata Kanaya, semakin dia melihat tangisannya semakin pula batin Alessia merasa tersiksa.Samuel pun datang dengan panik, dia melihat keadaan istrinya yang bertambah kacau. Samuel menciumi wajah Kanaya dan mencium punggung tangannya."Pak Samuel, kita harus bicara," ucap dokter.Bibi Lashira yang paham lalu menarik yang lain untuk keluar dari kamar termasuk Alessia, Alessia memandang wajah Samuel yang tidak menatapnya sama sekali. Wajah Samuel panik dan terus memandang Kanaya. Alessia tahu jika Samuel mengejarnya hanya demi nafsu yang tidak tersalurkan.Alessia menuju ke kamarnya setelah seharian bekerja, Alessia memegang kepalanya yang nyeri akibat hantaman ke tembok. Bibi Lashira pun datang dan memberikan teh hangat untuknya."Ale, minum dulu!"Alessia meminumnya dengan cepat."Tadi gimana dengan Pak Viktor? Ditanyai apa aja?"Alessia meletakkan gelas i
Seorang pria berjas rapi masuk ke kamar Kanaya, Kanaya tersenyum senang."Samuel sudah berangkat bekerja?""Iya, kenapa baru datang? Aku merindukanmu, Daniel."Daniel mengecup bibir Kanaya.Cup!"Ceraikan Samuel! Aku akan menikahimu apapun kondisimu saat ini."Kanaya menggeleng, dia tidak bisa menceraikan Samuel begitu saja karena pria itu adalah prioritas utamanya. Daniel nampaknya sangat kecewa tak dapat dipungkiri lagi mereka sama-sama saling merindukan. Tangan Daniel mengelus kepala Kanaya lalu menyusup ke baju wanita itu. Kanaya berusaha untuk duduk, dia mengecup leher Daniel begitu dalam. Sesapan demi sesapan hingga menimbulkan bercak merah pada leher pria tampan itu. De_sahan mulai terdengar satu sama lain, Daniel melancarkan ciumannya secara bergantian dari atas sampai bawah."Kanaya, love you," ucap Daniel."Uh... love you too," jawab Kanaya.Di sisi lain.Samuel tak menurunkan Alessia, mobilnya terus melaju membelah kota metropolitan ini. Alessia tentunya semakin pani
"Istirahat 15 menit setelah itu ronde kedua."Alessia menggeleng, dia sudah cukup lelah bercinta. Tenaga Samuel sangat besar bahkan rasanya bagian tersempit milik Alessia terluka akibat gesekan yang brutal.Samuel mengenakan handuk kimono, dia membuka pesan dari bawahannya.Pesuruh: Bos, kapal hari ini akan datang jam 12 malam.Samuel tersenyum menyeringai.Samuel: Baiklah. Pastikan semuanya aman!Samuel menyimpan ponselnya dan menatap Alessia yang sudah mengenakan pakaiannya. Dia sangat senang sugar baby-nya sudah patuh dan tidak banyak memberontak.Samuel menarik kepala Alessia lalu mencium bibirnya dengan lembut. Sekali lagi, mereka menuntaskan ciuman yang sempat terputus-putus. Alessia memegang punggung Samuel tetapi seketika dia mendorongnya.Alessia menggelengkan kepalanya, dia memeluk dadanya dengan erat karena merasa ini salah.Alessia menulis sesuatu pada ponselnya: Sebelum terlambat kita sudahi saja!"Kenapa? Bukannya kita sudah terlanjur seperti ini?"Alessia: Aku tidak ing
"Kanaya masih membawa pria itu datang ke rumah? Biarkan saja! Aku ingin tahu seberapa mereka menantangku."Alessia masih tak paham apa yang dipikirkan oleh Samuel. Kenapa membiarkan Kanaya seperti itu?"Aku sudah berusaha setia selama 8 tahun tapi dia tak kunjung berubah. Bukan salahku jika aku juga selingkuh."Samuel menggigit liar dada Alessia sampai menimbulkan tanda merah yang banyak. Alessia yang merasa Samuel bisa melindunginya hanya mengikuti permainan ini walau dia tahu kematian ada di depan mata jika Kanaya sampai tahu."S-samuel tahu, kenapa d-diam?" tanya Alessia."Karena aku masih membutuhkannya," jawab Samuel."A-aku h-hanya pelampiasan?" tanya Alessia.Samuel hanya diam saja, Alessia langsung turun dari pangkuannya.Samuel sadar jika Alessia marah kepadanya."Alessia, sepertinya kamu sudah cinta padaku?"Alessia menoleh padanya. "S-saya h-hanya menikmati dosa terindah ini karena s-sejak k-kecil saya tidak pernah merasakan k-kebahagiaan. S-saya benci dengan o--orang s-sek
"Alessia, apapun yang membuat kamu nyaman belum tentu bisa kamu dapatkan apalagi itu milik orang lain," ucap Dokter Viktor."A-apa m-maksud dokter?"Alessia hanya terdiam, ia sadar bahwa mengharapkan Samuel adalah suatu hal yang salah. Akan tetapi Alessia merasa aman karena Samuel baik untuknya dan selalu berpihak padanya.Dokter Viktor memandang Alessia yang termenung sembari tanganya bergetar ketika memegang bolpoin."Alessia, ayo kita ke rumah sakit! Kamu harus diperiksa oleh dokter THT dulu."Alessia mengangguk, dia izin untuk mandi sebentar dan Dokter Viktor menemui Samuel yang sedang berbincang dengan Kanaya di ruang keluarga.Dokter Viktor dan Kanaya sudah kenal sejak lama maka dari itu Dokter Viktor sangat santai ketika berbicara dengan Samuel."Sudah selesaikah?" tanya Kanaya."Belum, Alessia harus aku bawa ke rumah sakit sebentar. Aku akan membawanya pulang lagi," jawab Dokter Viktor.Alessia mandi secepat kilat tapi wajahnya yang cantik tanpa berdandan membuat kedua pria it
"Akh!" pekik Alessia."Kamu mencuri kalung milik Nyonya Kanaya, kan?"Alessia menggelengkan kepala."Cepat mengakulah!"Bibi Lashira melerai mereka lalu menatap wajah Alessia yang kebingungan. Bibi Lashira bertanya pada Alessia mengenai hal itu tetapi Alessia tidak tahu ара-ара."Anak Bibi mencuri kalung Nyonya Kanaya."Kanaya datang di dorong oleh Samuel menggunakan kursi roda. Dia sebenarnya tidak ingin memfitnah Alessia langsung tapi hanya Alessia yang sering masuk ke dalam kamarnya."Alessia, aku tanya apa kamu mengambil kalung putih milikku?" tanya Kanaya. Alessia menggelengkan kepalanya. Dia merasa tak mengambil apapun ketika berada di dalam kamar Kanaya. Samuel hanya menatap Alessia datar, Alessia pun merasa ketakutan karena mereka memandang seolah mengintimidasi. "Nyonya, periksa saja kamarnya terutama tasnya!"Kanaya setuju, pembantu yang lain membantu menggeledah kamar dan tas milik Alessia sampai suatu ketika mereka menemukan sebuah kalung putih di dalam tas yang sudah ro
Samuel masuk ke mobil lain lalu menuju ke mansion. Setelah sampai di mansion, Samuel mencari keberadaan Alessia yang ternyata sedang di kandang Coco. Alessia memberikan makanan berupa daging ayam yang sudah disiapkan oleh para penjaga."Alessia, bisa-bisanya kamu berlari meninggalkanku," ucap Samuel."Aku benci Samuel," jawab Alessia sambil memberikan daging pada Coco.Samuel mengelus kepala macannya, hanya Alessia yang mampu membuat Coco jinak. Biasanya Coco menyerang jika bertemu orang baru.Alessia mengelap tangannya pada kain setelah memberi makan. Tangannya melambai pada Coco lalu keluar dari kandangnya."Kamu belum menjawab lamaranku tadi," ucap Samuel."Aku belum menerimamu. Lamaran macam apa itu? Aku hampir mati ketakutan," jawab Alessia.Samuel yang gemas menggendongnya lalu menaiki tangga. Alessia malah mengingat saat dirinya terjun dari jendela kamar karena ada Kanaya. Kakinya saja belum sembuh, apakah dirinya disuruh melompat lagi dari jendela setinggi itu? Samuel sa
Alessia mengelap air matanya, dia sudah terlalu jauh melangkah bersama Samuel. Dia sudah nyaman dan ingin memiliki Samuel seutuhnya tapi dia harus sadar diri jika Samuel tak akan bisa dia miliki seutuhnya.Dokter Viktor hanya kasian dengan Alessia karena diperalat oleh Samuel dan lagi-lagi pasti ujungnya hanya sebagai pelampiasan seks."Kata Dokter Viktor saat itu aku harus kuat, bangkit dan membalas masa lalu dengan cara menjadi sosok yang cerdas dan berguna lalu kuasai keadaan," jawab Alessia menatap pria yang 12 tahun lebih tua darinya."Apa gara-gara perkataanku itu kamu malah menjadi seperti ini? Kamu salah tangkap, Alessia. Bukankah Kanaya baik padamu? Kenapa kamu malah membalas kebaikannya seperti itu?"Alessia menyadari jika Dokter Viktor menyalahkannya. Dokter Viktor masih tak paham jika Alessia selama ini tersiksa di rumah itu apalagi Kanaya sering memukulnya."Jadi aku yang s-salah?" tanya Alessia."Harusnya kamu bisa berpikir apakah itu salah atau tidak? Umur kamu sudah
Terdengar suara bel rumah berbunyi, salah satu pembantu membukakan pintu dan dia terkejut saat Kakek dari Kanaya datang.Beliau masuk bersama istrinya, istrinya sendiri pun sudah sangat kesusahan untuk berjalan.Para pembantu kelabakan untuk membuat perjamuan dadakan. Samuel mendorong Kanaya menggunakan kursi roda untuk menemui kedua mertuanya."Kakek kenapa datang ke sini?" tanya Kanaya."Apa tidak boleh menemui cucu sendiri?""Biasanya mengabari."Kakek melihat ke penjuru ruangan, dia adalah orang yang perfeksionis bahkan dengan benda miring pun membuatnya kesal. Sampai suatu ketika dia melihat Alessia membawa sebaki minuman. Alessia mencoba tersenyum pada beliau tapi beliau menatapnya sinis."Siapa kamu?""Kakek, dia pengasuh baruku. Namanya Alessia. Dia lebih baik dari pengasuh-pengasuhku sebelumnya," jelas Kanaya.Kakek berdiri lalu memutari Alessia sembari menatap penampilannya dari atas sampai bawah. Alessia merasa sangat risih, dia hanya menunduk saja."Baguslah, semoga betah
Alessia menggelengkan kepalanya."Tapi kenapa Samuel tadi sangat khawatir padamu? Aku sudah kenal dia sejak lama dan selalu dingin dengan wanita selain istrinya."Alessia menggeleng lagi bahkan tidak berani menatap Dokter Viktor. Dokter Viktor meminta maaf karena sudah lancang ikut campur urusan pribadinya. Mereka kini terdiam dan fokus pada pikiran masing-masing.Sesampainya di rumah sakit, Alessia di periksa dan ternyata hanya lebam dan akan sembuh kemudian hari. Kaki Alessia diperban dan dia diberikan resep untuk ditebus ke apotek.Dokter Viktor menahan Alessia, tetapi Alessia meminta untuk pulang saja. Untung hanya luka ringan sehingga dirinya tidak perlu dirawat inap. "Mau pulang? Di sini sebentar, ya? Ada hal yang ingin saya tanyakan pada kamu."Alessia memandang dokter tampan itu, sudah tiga bulan mereka kenal dan setiap kelas selalu berjumpa."Apa di rumah itu kamu diperlakukan dengan baik?" tanya Dokter Viktor."A-apa maksud dokter? Mereka b-baik padaku," jawab Alessia."
Alessia langsung bersimpuh di depan bibinya, dia meminta maaf sebesar-besarnya. Dia juga tak menyangka akan terjadi seperti ini. Bibi Lashira duduk di ranjang sembari mengusap wajahnya kasar. Beliau seolah menyesal karena sudah membesarkan Alessia."Jika sudah seperti ini bagaimana? Apa kamu hamil?" tanya Bibi Lashira.Alessia menggeleng. "A-aku g-gak hamil."Bibi Lashira tentu saja menangis pilu, anak yang dia besarkan padahal bukan anak kandungnya malah seperti itu. Alessia hanya bisa menunduk malu, dia menyesal sudah membuat bibinya sedih."Selama kamu tidak hamil lebih baik kamu pergi saja dari sini. Pak Samuel sudah mempunyai istri. Sebelum melakukannya harusnya kamu harus bisa berpikir jernih.""M-maaf."Bibi Lashira menampar wajah Alessia. Dia sangat kesal sekali dengan gadis dungu tersebut. Apapun yang terjadi perbuatan putrinya sangat memalukan."Sudahi semua ini dan bersikaplah tidak terjadi apa-apa! Jika Nyonya Kanaya tahu bukan hanya kamu saja yang mendapatkan masalah
Alessia tentu saja menjadi panik, dia ingin mencari tempat sembunyi yang aman tetapi tidak ada dan tidak mungkin juga dirinya bersembunyi di dalam kamar mandi. Alessia langsung tertuju ke jendela, dia membuka jendela yang langsung mengarah ke hutan lebat. Di bawah sana ternyata ada Richard yang membawa mobil. Richard menyuruhnya untuk lompat, Alessia tidak berani karena terlalu tinggi. Bisa-bisa kakinya patah jika salah ambil posisi terjatuh."Turun!"Alessia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Alessia semakin panik dan terlihat handel pintu mulai bergerak. Detak jantungnya semakin kencang, inikah akhirnya? Alessia kembali melihat ke arah bawah. Richard mengkodenya untuk segera melompat. Tak ada pilihan lain, Alessia segera melompat dan Richard yang ada di atas mobil menangkapnya. Hal itu tentu saja menimbulkan bunyi yang cukup keras."Suara apa itu?" tanya Kanaya yang sudah ada di kamar.Samuel menggendongnya ala bridal style dan lagi-lagi pria itu mudah sekali tenang ta
"Bagaimana beralasan dengan orang rumah?"Alessia terdiam, dia pun bingung. Haruskah dia berpisah dengan Samuel lagi? Alessia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jauh dari Samuel."Lain kali aku akan mengajakmu tapi kali ini tidak bisa. Aku harus menemui orang tuaku dan untuk saat ini aku tidak bisa mengajakmu," jelas Samuel.Lagi-lagi Alessia kecewa dengan Samuel. Dia lalu terdiam sembari memalingkan wajah. Samuel menarik kepala gadis itu lalu melihat wajahnya yang marah. Samuel senang jika Alessia sudah mau menerimanya, selangkah lagi pasti Alessia akan menjadi miliknya.Untuk membuat sugar baby-nya senang dan tidak marah, Samuel mengajaknya pergi ke mansion. Lama dirinya tidak bertemu Coco, macan peliharaannya.Alessia memeluk Samuel lalu menghirup aroma Samuel yang memikat hati. Beginikah rasanya aroma suami orang? Haha... otak Alessia mungkin sudah gila. Biarlah! Alessia selama ini juga tak merasakan kebahagiaan."Jika orang-orang rumah kasar padamu maka lapor saja padaku. A
"Akh!" pekik Alessia."Kamu mencuri kalung milik Nyonya Kanaya, kan?"Alessia menggelengkan kepala."Cepat mengakulah!"Bibi Lashira melerai mereka lalu menatap wajah Alessia yang kebingungan. Bibi Lashira bertanya pada Alessia mengenai hal itu tetapi Alessia tidak tahu ара-ара."Anak Bibi mencuri kalung Nyonya Kanaya."Kanaya datang di dorong oleh Samuel menggunakan kursi roda. Dia sebenarnya tidak ingin memfitnah Alessia langsung tapi hanya Alessia yang sering masuk ke dalam kamarnya."Alessia, aku tanya apa kamu mengambil kalung putih milikku?" tanya Kanaya. Alessia menggelengkan kepalanya. Dia merasa tak mengambil apapun ketika berada di dalam kamar Kanaya. Samuel hanya menatap Alessia datar, Alessia pun merasa ketakutan karena mereka memandang seolah mengintimidasi. "Nyonya, periksa saja kamarnya terutama tasnya!"Kanaya setuju, pembantu yang lain membantu menggeledah kamar dan tas milik Alessia sampai suatu ketika mereka menemukan sebuah kalung putih di dalam tas yang sudah ro
"Alessia, apapun yang membuat kamu nyaman belum tentu bisa kamu dapatkan apalagi itu milik orang lain," ucap Dokter Viktor."A-apa m-maksud dokter?"Alessia hanya terdiam, ia sadar bahwa mengharapkan Samuel adalah suatu hal yang salah. Akan tetapi Alessia merasa aman karena Samuel baik untuknya dan selalu berpihak padanya.Dokter Viktor memandang Alessia yang termenung sembari tanganya bergetar ketika memegang bolpoin."Alessia, ayo kita ke rumah sakit! Kamu harus diperiksa oleh dokter THT dulu."Alessia mengangguk, dia izin untuk mandi sebentar dan Dokter Viktor menemui Samuel yang sedang berbincang dengan Kanaya di ruang keluarga.Dokter Viktor dan Kanaya sudah kenal sejak lama maka dari itu Dokter Viktor sangat santai ketika berbicara dengan Samuel."Sudah selesaikah?" tanya Kanaya."Belum, Alessia harus aku bawa ke rumah sakit sebentar. Aku akan membawanya pulang lagi," jawab Dokter Viktor.Alessia mandi secepat kilat tapi wajahnya yang cantik tanpa berdandan membuat kedua pria it