"Ini kacau. Kacau." Roni mengetuk2 meja dengan jarinya, membuat suara yang berirama. Tuk, tuk, tuk.Andry hanya meliriknya dengan malas. Suara ketukan itu menyebalkan."Bagaimana bisa kau sesantai ini? Kebayang nggak, dia kembali dengan menggendong anak dan bilang pada semua orang agar kau menikahinya?" Roni mencondongkan tubuh ke depan. Kedua sahabat itu sedang berada di cafe yang tidak terlalu ramai."Aku nggak yakin dia senekat itu. Paling jauh, dia menemuiku secara pribadi. Aku akan bisa mengatasinya," sahut Andry sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan."Bagaimana jika ada orang yang mengambil keuntungan dari situasinya? Mungkin saja dia bercerita pada seseorang dan orang itu mendorongnya untuk memerasmu.Kamu sekarang kan pewaris Bintang Terang Group. Apalagi kondisi Alvaro begitu. Peluangmu naik menjadi CEO sangat besar. Banyak yang mengincar kelemahanmu, Rue. Kamu harus selalu menjaga nama baik perusahaan dan Skandal seperti ini akan mampu membuat perusahaan bangkrut." R
Alvaro tiba di parkiran kantor lalu masuk ke lift khusus yang diperuntukkan Jajaran direktur. Beberapa karyawan yang sempat melihat kehadirannya nampak memasang ekspresi yang beraneka ragam. Ada yang nampak prihatin, ada yang kasak kusuk dengan temannya, ada juga yang nampak mengusap matanya. Alvaro mengacuhkannya. Dia benci keadaan ini, akan tetapi harus menjalaninya. Alvaro sempat melihat Maserati kesukaan Andry terparkir dengan gagahnya. Adiknya itu memang suka terlihat menonjol. Alvaro sendiri cenderung membawa mobil biasa saja ke kantor. Bagi Alvaro, mobil sport menimbulkan rasa sedih dan iri bagi yang tidak mampu sedangkan di kantor itu ada jabatan bergaji UMR seperti petugas kebersihan. Ting!Pintu lift terbuka. Sega menyambutnya dengan senyum lebar. Keduanya menuju ke ruangan Alvaro, melewati meja Ashley.Alvaro melihat sorot merendahkan dari sekretarisnya itu. Ashley tampak acuh, tidak sok cari perhatian seperti saat Alvaro belum mengalami kecelakaan. Ashley mengucap selama
Alvaro dan Saskia makan dalam diam dengan pikiran masing-masing. "Enak tidak, Pa?" tanya Saskia melihat Alvaro makan lebih banyak dari biasanya.Alvaro mengacungkan satu jarinya sambil tersenyum samar, membuat Saskia terkesima. Baru kali ini dilihatnya Alvaro tersenyum sejak kecelakaan itu. Meskipun samar, senyum sang suami sangat indah dipandang. "Pa, dua minggu lagi akan ada acara reuni SMA. Apa aku boleh datang?" tanya Saskia meminta ijin.Alvaro mengangguk. Dia tak keberatan Saskia bersosialisasi dengan banyak orang. Lebih baik begitu sebagai hiburan di sela-sela kegiatannya merawatnya.Sambil meneruskan makannya, Saskia menceritakan beberapa kisah lucu yang membuat hati Alvaro menghangat. Perasaan bahwa Alvaro hidup sendirian di dunia yang dingin dan keras semakin memudar saat bersama Saskia. Perlahan-lahan Alvaro bisa menemukan kalau Saskia benar-benar ingin merawatnya sampai dia sembuh, bukan sekedar habis manis sepah dibuang.Tok! Tok! Tok!Keduanya menoleh, mengira Sega yang
"San, kamu kenapa sih?" Ashley sedang berkunjung ke apartemen Sandra. Teman lamanya itu nampak murung, hanya duduk menekuk lutut di sofa dengan rambut panjangnya digelung asal ke atas kepala. Matanya sembab dan bengkak, seolah Sandra sudah menangis berhari-hari. Kue sus yang dibawa Ashley dari toko kue terkenal tak disentuhnya, padahal itu makanan favorit Sandra."Nggak apa-apa." Sandra memutar-mutar ponsel lipatnya."Kamu nangisin keadaannya Tuan Al?" Ashley menyelidiki penyebab Sandra bersedih.Sandra mengangguk tanpa menjawab."Tuan sedang apes. Kamu tahu nggak, dari info yang kudengar, Tuan sedang membawa buket bunga mawar yang besar saat kecelakaan itu terjadi. Kira-kira, buket mawar itu buat siapa? Jangan-jangan buat Kamu? Kamu kan baru bertemu Tuan sebelum kecelakaan. "Ashley berusaha mengembalikan keceriaan Sandra. Ashley benar-benar berteman dengan Sandra. Ashley sudah tak menginginkan Alvaro yang cacat. Ashley mempunyai target lain sekarang. Minimal Andry lah, demikian renca
Saskia dan Geo menoleh ke asal suara. Alvaro bergeming. Dia sudah tahu suara siapa itu.Andry berlari mendekat. Mumu nampak terganggu. Harimau itu mengaum keras. Rambut Saskia yang panjang tertiup ke belakang terkena angin yang keluar dari mulut Mumu."Ah!." Saskia kaget dan melompat mundur. Gerakannya yang mendadak semakin membuat Mumu gelisah. Harimau besar itu kembali mengaum keras. Taking nya yang besar dan panjang terlihat jelas oleh Saskia, membuatnya ketakutan dan beringsut mundur. Andry pun berhenti berlari. Jaraknya dengan kandang masih beberapa meter lagi. Reaksi Mumu membuatnya terkejut."Duduk, Mumu!" Geo yang melihat suasana menjadi tegang segera mengeluarkan perintah. Namun terlambat. Insting Mumu terlanjur menganggap situasi di sekitarnya tidak aman baginya. Mumu bersiap menerkam Saskia yang terus beringsut mundur. Saking paniknya, Saskia pun jatuh terduduk. Dia hanya berjarak dua meter dari Mumu yang kembali mengaum."MUMU!" Ada geraman lain yang bernada rendah dan men
Andry berangkat ke kantor sementara Alvaro melanjutkan menikmati kopinya. Setelah ini dia akan mengunjungi Orlando di kamarnya. Kakeknya itu tidak doyan makan.Langkah kaki ringan dengan aroma harum mendekat. Alvaro sudah hapal, itu langkah kaki Saskia."Pa, sedang apa? Nanti jam sembilan ada sesi terapi." Saskia mengingatkan sambil berdiri di sisi Alvaro. Alvaro meliriknya. Saskia tampak segar dengan gamis berwarna hijau lembut dan jilbab bermotif bunga berwarna senada. "Menikmati udara segar," sahut Alvaro pelan. "Mama mau kemana?""Ada kajian pagi ini, aku mau datang. Temanya bagus.""Apa itu khusus wanita?""Iya. Untuk pria ada di waktu malam sehabis Isya." Saskia melirik Alvaro. Baru kali ini Alvaro menunjukkan ketertarikan pada kegiatannya."Well, sekarang aku pengangguran. Aku akan meminta Pakde Gito menemaniku nanti malam," gumam Alvaro setelah nampak mempertimbangkan dengan seksama."Masyaa Allah," ucap Saskia spontan, namun dia juga berusaha setengah mati menyembunyikan keb
Kalimat yang diucapkan dengan lirih, akan tetapi mengalirkan kehangatan di sekujur tubuh Saskia. Dalam hati Saskia bersyukur, dia memilih bertahan dengan keadaan Alvaro yang sekarang. Andaikan dia mundur lebih dulu, telinganya tak akan mendengar Kalimat yang telah ditunggunya sekian bulan. "Papa serius?" tanya Saskia, masih ragu."Kamu milikku. Aku bersumpah akan mencintaimu dengan cara terbaik yang kutahu." Alvaro mengikis jarak di antara keduanya. Aroma harum napasnya membelai wajah Saskia yang sudah semerah tomat. Saskia memejamkan mata, tak tahan harus bertukar pandang dengan manik biru yang terus menatapnya secara intens. Bibirnya merasakan bibir Alvaro yang lembut. Tangan yang hangat itu meraba dada sang istri yang sudah lama tak disentuhnya. Saskia mengejang dan membalas dengan bergairah. Malam itu, sang wanita memegang kendali untuk pertama kali. Tanpa ragu-ragu lagi, Saskia memposisikan tubuhnya di atas sang suami.Malam Kian larut, menjadi saksi akan desah dan hasrat dua
Andry duduk dengan gelisah di kursinya. Jarinya yang panjang saling bertaut di atas meja. Alvaro tak kunjung datang sedangkan rapat akan segera dimulai.Seseorang berjaket hitam mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat Andry mengangguk-angguk. Kemudian orang itu pergi."Tuan Alvaro datang." Beberapa orang berkata.Alvaro memasuki ruangan bersama Sega dan Pak Zul. Wajah sang lelaki tampan tampak dingin dan datar seperti biasanya. Tak ada yang tahu kalau jauh di dalam lubuk hatinya, kepercayaan dirinya terguncang. Namun kebulatan tekadnya berhasil menutupi segala kekurangannya, apalagi sekarang dia sudah mendapatkan wanita yang utuh. Seorang wanita yang mencintai dan mendukungnya menempuh perjalanan hidupnya.Sekilas gairah panas semalam melintas di benaknya. Alvaro tersenyum kecil. Ternyata Saskia lebih hot dari yang selama ini ditunjukkannya.Alvaro memandang berkeliling. Dia tak melihat Bernard, Kandidat CEO yang diusung Djonny Tumaritis. Alvaro menulis di IPadnya [Mana Bernard