49Jalinan waktu terus bergulir. Bulan berganti dengan kecepatan maksimal. Musim penghujan di Jakarta telah mencapai puncaknya, bertepatan dengan pergantian tahun. Siang itu, Avreen dan kedua sahabatnya tengah berada di koridor depan ruang sidang. Ketiga gadis tersebut saling berpegangan tangan untuk menguatkan hati. Avreen, Tyas dan Viviane, lebih banyak diam sambil memerhatikan sekeliling. Rekan-rekan mereka juga sama teganghya, karena mereka masih menunggu pengumuman seusai melakukan sidang skripsi. Puluhan menit terlewati, Avreen dan teman-temannya berlarian di sepanjang koridor. Mereka berseru kegirangan untuk meluapkan kegemberaan, karena semuanya telah berhasil dengan tugas akhir. Setibanya di tempat parkir, Avreen langsung memberitahukan keberhasilannya pada Marley dan Panglima, yang menjemputnya bersama kedua ajudan. Panglima berjoget bersama Tyas dan Viviane. Sementara Marley mendekap Adik sepupunya dan memutar Avreen yang spontan memekik takut jatuh. Setelah berpamita
50Sekelompok orang tengah berkumpul di kediaman Keven malam itu. Mereka membahas isi perbincangan antara Jauhari dan Rupert, yang berlangsung sore tadi. Bryan, Keven, Jourell dan Hansel menyambut baik tawaran dari Rupert. Mereka akan meneruskan hal itu pada Timothy, yang menjadi penjamin terbesar tim PBK. Geoff telah menelepon Alvaro dan menerangkan tawaran Rupert. Semua petinggi PBK menyerahkan keputusan itu pada tim kuasa hukum kelompok Jauhari. Sementara itu di Jakarta, Alvaro dan teman-temannya juga tengah membahas hal yang sama di ruang kerja di rumahnya. Selain ketujuh Power Rangers, beberapa pengawal lapis tiga juga berada di sana. "Suf, Nang, tugas kalian bertambah," ujar Alvaro. "Ya, Bang," jawab Yusuf dan Nanang nyaris bersamaan. "Aku nggak bisa ngasih tugas penting ini ke Mukti atau Fikri. Jadi kalian berdua, Beni dan Taylor yang harus mengatur semuanya di sana," imbuh Alvaro. "Dedi, kerjaannya sudah banyak. Dia juga harus bagi waktu dengan persidangan. Jadi, aku ngg
51Hari berganti hari. Pagi itu, Jauhari baru keluar dari sel bersama keempat rekannya, ketika kelompok Rupert muncul di ruangan petugas jaga. Kendatipun sudah berdamai, tetapi ketegangan masih terasa. Sang petugas memerintahkan kelompok Jauhari meneruskan langkah menuju ruang tamu. Namun, Rupert telanjur menyambangi Jauhari dan mengajaknya berbincang berdua. "Pengacaramu harus menahan diri. Jangan menekan Nona Avreen. Karena jika keluarganya marah, perjanjian kita batal!" tegas Jauhari. Dia sama sekali tidak takut, meskipun badan Rupert jauh lebih besar darinya."Sku sudah memprotesnya. Kamu jangan cemas, dia tidak akan berani lagi mendesak nonamu," bujuk Rupert. Dia membutuhkan bantuan rekan-rekan Jauhari, karena itu dia mau bekerjasama dengan mereka. "Kalau di sidang nanti dia berulah lagi, bagaimana?" "Kupastikan tidak akan begitu. Kamu bisa pegang janjiku." "Aku bisa memercayaimu, tapi Pak Sultan dan Pak Tio, belum tentu." "Tolong yakinkan mereka. Kamu pasti bisa." Jauhari
52Jauhari menonton video yang dikirimkan Avreen, melalui ponselnya yang dibawakan Beni, yang sore itu datang menjenguknya bersama Dedi, Jafan, Chatur dan Angga. Jauhari menelan ludah untuk mendorong sesuatu yang membuat tenggorokannya tercekat. Dia menonton video itu tiga kali, sebelum memutuskan untuk menghubungi kekasihnya. Jauhari mengambil ponsel dari meja, lalu berpindah ke sudut kanan ruang tamu. Dia mengusap wajah dengan tisu, lalu menyugar rambutnya yang lembap, karena telah dikeramas saat mandi tadi. Detik demi detik menunggu panggilannya tersambung, dijalani Jauhari dengan sabar. Dia spontan tersenyum ketika panggilan video itu diangkat dan wajah Avreen muncul di layar ponsel. "Assalamualaikum," sapa Jauhari. "Waalaikumsalam," balas Avreen. "Abang baru potong rambut, ya?" tanyanya. "Iya, tadi dicukur di barber shop-nya Koko Yìchèn." "Tambah cakep. Aku suka." Jauhari kembali tersenyum. Dia menyukai gaya bicara Avreen yang selalu jujur. "Lagi di mana, Reen?" desaknya.
53Lagu berjudul Selamat Ulang Tahun, bergema di ruang tamu lapas kejaksaan, sesaat setelah Jauhari memasuki ruangan itu.Pria berkaus biru tua, menyunggingkan senyuman menyaksikan para sahabat dan keluarga bos, tengah berkumpul untuk merayakan hari jadinya yang ke-31. Jauhari maju tiga langkah. Namun, langsung dihalangi Beni yang merentangkan kedua tangannya di depan Jauhari. Pria bermata sipit itu hendak bertanya, tetapi diurungkan saat Beni menunjuk ke pintu samping kanan. Jauhari menoleh dan seketika membulatkan matanya. Avreen memasuki ruangan sambil membawa kue berhiaskan lilin. Di belakang Avreen, keempat petinggi PBK menyusul bersama Yusuf, Hisyam, Nanang, dan Aditya. Jauhari terperangah kala Jasmine juga turut memasuki ruangan bersama Tyas, Viviane, Aisyah, dan beberapa pengawal muda lainnya. "Selamat ulang tahun, Abang," ujar Avreen sembari memandangi kekasihnya lekat-lekat. "Makasih," jawab Jauhari. "Speechless aku. Beneran nggak nyangka kamu akan ikut tim-nya Yusuf,"
54Dua unit mobil SUV hitam berhenti di depan mess pegawai PBK di tepi Kota Sydney. Semua penumpangnya turun dan bergegas memasuki rumah besar dua lantai. Sekelompok orang menyambut mereka dengan pelukan, kemudian semuanya berpindah ke ruang santai di lantai dua, yang lebih luas. Alvaro dan rekan-rekannya mendengarkan penjelasan Chyou, Kakak sepupu Dante, yang bermukim di Taiwan.Cheung Chyou Jaden, adalah pemilik CJC, yang merupakan anak perusahaan PBK, yang mengelola jasa pengamanan di seluruh wilayah RRC. Chyou datang bersama adiknya, Jianzhen, dan kelima sepupunya, yakni To Mu, Yuze, Shen, Xiuhuan dan Xander, Adik Delany, alias iparnya Wirya. Selain mereka, keempat supervisor PBK khusus wilayah Asia, juga ikut datang. Loko, Michael, Cedric dan Gibson, tidak mau ketinggalan untuk menyukseskan rencana buatan Wirya serta Alvaro. Ketujuh ajudan keluarga Cheung, Vong, dan Zheung, yang juga ikut menemani para bos mereka, turut mendengarkan percakapan yang sepenuhnya menggunakan bah
55Ruang sidang yang semula hening, berubah menjadi ribut dengan tepuk tangan dan suitan hadirin, sesaat setelah kelompok saksi yang dihadirkan tim pengacara Jauhari memasuki ruangan. Avreen melenggang dengan santai bersama Jasmine, Tyas, Viviane, Hisyam, Beni, Yusuf, Nanang, Dedi, Jafan, Chatur dan Angga. Mereka berhenti dan berbaris di depan meja hakim, kemudian mereka serentak membungkuk sedikit untuk memberi hormat, pada kelima orang berjubah hitam khas pengadilan. Setelahnya, Avreen dan rekan-rekannya menempati kursi kosong di dekat tempat para juri. Sedangkan Hisyam meneruskan langkah menuju podium khusus saksi. Selama belasan menit berikutnya, Hisyam dicecar banyak pertanyaan oleh jaksa penuntut umum. Pria bertubuh tinggi tersebut, menjawab semuanya dengan lancar dan terlihat tenang. Setelah Cayden menanyai Hisyam sesuai kapasitasnya sebagai sahabat Jauhari, kelima hakim turut mengajukan pertanyaan yang dijawab Hisyam dengan lugas Selanjutnya, giliran Yusuf, Beni, Nanang,
56Selama 5 hari berikutnya, Avreen tetap bertahan tinggal di caravan satu. Dia bolak-balik sesering mungkin untuk menjenguk Jauhari atau Nuriel, sambil membawa buah tangan. Terkadang Avreen memasuki ruangan petugas bersama kelima perempuan lainnya, sembari mengantarkan buah-buahan ataupun makanan, yang disambut para penjaga dengan gembira. Jumat pagi, Avreen terpaksa menurut untuk dipindahkan ke apartemen yang baru dibeli Alvaro. Sang nona muda Gahyaka, tinggal di sana bersama Aisyah, Tyas, Viviane, Mizan, dan Shahid. Sore harinya, Avreen dan rekan-rekannya melepas keberangkatan tim Alvaro yang hendak pulang ke Indonesia. Avreen manggut-manggut saat dinasihati Alvaro, Yanuar, Wirya dan Zulfi. Namun, ketika bersalaman dengan Jasmine, Avreen seketika menangis sambil memeluk Adik Jauhari tersebut. "Kamu harus kuat, Reen. Abang butuh dukunganmu," bisik Jasmine sembari mengurai dekapan. "Ya. Aku akan berusaha tegar di depannya, dan hanya akan menangis di sini," cicit Avreen. "Sebel
76Kedatangan para petugas polisi kantor pusat pada Sabtu pagi menjelang siang, menjadikan Jauhari gembira, karena Gilbert, Paul dan Harper juga mengajak keluarga mereka berkunjung ke lapas kejaksaan. Keempat bocah serentak mengangguk, ketika diajak Yusuf untuk melihat isi caravan. Sedangkan kedua anak Gilbert yang sudah remaja, justru sibuk berbincang dengan Jauhari. Nicoline dan Lenard, bergantian bertanya pada Jauhari tentang kasus yang menimpa pria berlesung pipi terpaksa. Kedua remaja berambut pirang gelap, bahkan mencatat dan merekam penjelasan Jauhari. Gilbert meringis ketika Lenard berkata bila dirinya ingin berkaries sebagai pengawal. Menurut Lenard, karier sebagai bodyguard lebih menantang dibandingkan menjadi polisi, seperti daddy-nya. "Berapa usiamu?" tanya Jauhari. "16 tahun," jawab Lenard. "Kalau kamu?" desaknya. "31.""Apa kamu sudah menikah?" "Belum, tapi aku tengah merencanakan pernikahan dengan kekasihku." "Yang itu, bukan?" Nicoline menunjuk Avreen yang teng
75Bulan Mei berganti menjadi Juni. Musim gugur telah berakhir dan hawa musim dingin mulai terasa. Orang-orang mengeluarkan jaket tebal dan berbagai atribut lainnya, untuk bersiap-siap menghadapi musim paling sejuk di Australia. Pagi itu, Avreen tengah berias, ketika Aisyah memasuki kamarnya dengan raut wajah tegang. Sang ajudan tidak mengatakan apa pun dan langsung menarik tangan kanan nonanya menuju luar kamar. Avreen membeliakkan mata, ketika melihat Jauhari telah berada di ruang tamu. Dia masih terperangah, ketika pria berjaket abu-abu tebal itu menyambanginya sambil membawa kotak kue kecil. "Happy birthday, Sayang," ucap Jauhari seraya tersenyum. "Ehm, ya, makasih," sahut Avreen. "Abang, kenapa bisa ada di sini?" tanyanya. "Aku diminta jadi saksi kasus penyerbuan Mason ke lapas, tempo hari. Kebetulan, Bang Harper yang ngawal, dan aku minta diantarkan ke sini dulu. Sebelum ke kantor pengadilan." "Abang bikin aku kaget." "Sukses berarti kejutannya." "Hu um." "Tiup dulu lil
74Hari berganti menjadi minggu. Pasukan pengganti telah tiba dan ditempatkan di unit apartemen, di sebelah kanan unitnya Avreen. Seusai beristirahat selama beberapa jam, Qadry, Jeffrey dan ketujuh pengawal muda, berangkat menuju kediaman Keven, untuk melaporkan wajah-wajah pengawal baru angkatan 18. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Keven, Aruna, Bryan, Sekar, Jourell, Vlorin, Cayden dan Geoff yang berkumpul di sana sejak sore tadi. Begitu pula dengan Dedi dan rekan-rekannya yang kebetulan tengah off. "Sudah siap serah terima jabatan, Dhif?" tanya Dedi sambil memandangi pengawal lapis 7 tersebut. "Siap," balas Nadhif. "Walaupun aku deg-degan harus mimpin pasukan besar, tapi insyaallah, aku bisa meneruskan kerja keras Abang selama 3 tahun terakhir di sini," lanjutnya. "Petugas pengganti, namanya siapa saja?" Nadhif menunjuk pria muda di sebelah kanannya. "Ini, Yovhi. Seterusnya, Firman, Banyu, Singgih, Zakaria dan Nurikmas," jelasnya. "Banyu, wajahmu mirip sama Eros," sela
73Jalinan waktu terus bergulir. Bulan berganti dengan cepat, hingga nyaris tidak dirasakan oleh manusia di seluruh dunia. Jauhari dan tim Rupert, telah diizinkan untuk beraktivitas di luar sel. Setiap pagi hingga siang, mereka akan mengerjakan apa pun untuk membantu petugas. Jauhari lebih menyukai kegiatan bersih-bersih. Dia bisa berjam-jam di bagian laundry, ataupun menyapu halaman di sekitar bangunan. Tim Rupert yang cukup berbakat memasak, menjadikan para koki senang, karena mereka sanggup menjadi asisten andalan. Pagi itu, seperti biasa, Jauhari keluar dari pintu samping sambil membawa sapu bergagang panjang. Dia memulai rutinitas sembari mendengarkan musik dari earphone. Jauhari tidak menyadari jika tengah diperhatikan beberapa orang dari dalam bangunan. Dia meneruskan menyapu dan memindahkan sampah ke drum. Kemudian Jauhari mencuci tangannya di wastafel luar. "Apa dia pembunuh Daymion?" tanya pria bercambang, sambil memerhatikan Jauhari yang sedang mengusap wajahnya denga
72Rombongan dari Hervey Bay tiba di Sydney siang itu. Mereka langsung menemui keluarga masing-masing yang menunggu di hotel milik keluarga Arvasathya. Seusai bersantap di restoran utama, mereka beranjak menuju kamar yang ditempati sejak 5 hari silam. Tim Yusuf dan tim Taylor juga diinapkan di sana, supaya mereka bisa beristirahat, sebelum bertugas kembali esok hari. Matahari bergerak cepat menuju barat. Langit perlahan menggelap, hingga sang surya benar-benar tenggelam di garis cakrawala. Malam harinya, seusai salat Magrib, tim PBK berangkat menuju kantor polisi pusat. Dua unit mobil MPV hitam melesat di jalan raya yang cukup lengang, karena hari itu merupakan penghujung minggu. Puluhan menit berlalu, kelompok Alvaro telah berada di ruang tunggu. Mereka berbincang dengan Jauhari dan Loko, yang turut menemani di dalam sel. "Jadi, aku nggak dipindahkan ke lapas umum?" tanya Jauhari. "Ya. Tim pengacaramu berhasil meyakinkan pihak kejaksaan, jika akan sangat berbahaya bila kamu dip
71Peristiwa yang terjadi siang tadi di Hervey Bay, menjadi trending topic di semua media sosial. Pro dan kontra bermunculan. Banyak yang lebih mendukung perlawanan tim PBK, dan menganggap polisi setempat sangat lamban dalam menangani kasus tersebut. Cayden telah menghubungi temannya sesama pengacara yang bermukim di sana, untuk mendampingi tim PBK. Cayden dan Geoff juga sudah berangkat ke Hervey Bay bersama dua asisten mereka, serta Andrew, direktur operasional Arvasathya Grup. Andrew merupakan sahabat Keven semenjak beberapa tahun silam. Pria berbadan tinggi besar itu juga pernah mendekam di sel penjara kantor polisi Sydney, karena ikut berkelahi bersama Keven, melawan kelompok penjahat yang dikerahkan lawan bisnis mereka. Kelompok Cayden tiba saat hari sudah malam. Tanpa beristirahat, mereka langsung bergabung dengan teman-teman pengacara, yang tengah berusaha membebaskan para pengawal PBK dan semua bos yang terlibat dalam pertempuran tadi siang. "Kalian sudah makan?" tanya Cay
70Khairani mendekap keluarganya satu per satu. Saat tiba di depan Benigno, keduanya saling menatap sesaat, sebelum pria berparas blasteran itu memeluk Adik iparnya, yang langsung terisak-isak Akrab sejak bertahun-tahun silam, menjadikan Benigno menganggap Khairani sebagai Adik kandungnya. Begitu pula sebaliknya. Bagi Khairani, Benigno adalah Kakak tertua sekaligus jadi panutannya dan semua saudara Falea. Benigno mencium puncak kepala Khairani dengan segenap rasa sayang. Dia tahu, jika gadis dalam dekapannya memang harus pergi menjauh, untuk mengobati hatinya yang terluka karena cinta. "Jangan keluyuran sendiri, Ran. Tunggu Novan atau Syafid datang ke Belanda, baru kamu bisa keliling tempat wisata," tutur Benigno seusai mengurai dekapan. "Syamsiah dan Abyaz itu junior, mereka belum tahu sikon. Jadi kamu yang harus lebih mengarahkan mereka dan para sekuriti serta junior lainnya di sana," tambah Benigno. "Kalau ada masalah, usahakan untuk diselesaikan sendiri. Nggak sanggup, seger
69Berita tentang rencana pernikahan Jauhari dan Avreen, akhirnya sampai pada Khairani. Gadis tersebut memutuskan untuk menyendiri dan lebih banyak diam. Hal itu tentu saja membingungkan teman-teman satu mess. Sebab biasanya Khairani akan ceria. Terutama setelah mudik dari kampung halamannya. Andara yang tahu penyebab sepupunya murung, tidak bisa melakukan apa pun. Begitu pula dengan Falea. Andara yang baru tiba kemarin sore dari Sydney bersama orang tuanya, mengajak Khairani untuk menginap di rumah Falea. Namun, ditolak gadis berpipi tembam tersebut, dengan alasan tengah tidak enak badan. Andara mengajak Falea dan Benigno berbincang di ruang kerja. Supaya tidak terdengar keluarga lainnya yang tengah berkumpul di ruangan depan. "Dia sedang parah hati, Ra. Nggak bisa dinasihati. Mental semuanya," keluh Falea. "Wajar itu. Rani sedang dalam proses melupakan, lalu ada kabar kayak gini. Dia pasti kaget," sahut Benigno. "Kupikir ikut terapi bisa membuatnya cepat melupakan Bang Ari. T
68*Grup Petinggi PBK New*Tio : @Jauhari, kamu bikin heboh keluarga di Malang.Yanuar : Ada apa, @Mas Tio? Aku nggak ngeh. Zulfi : What happen, aya naon? Yoga : Aku baru on. Andri : @Jauhari. Terangkanlah. Haryono : Aku masih menunggu artisnya muncul. Hisyam : Mungkin Ari sudah tidur. Di sana hampir jam 12 malam. Yusuf : Minal aidin wal faidzin, semuanya. Aditya : Mohon maaf lahir batin. Wirya : Sama-sama, @Yusuf dan @Aditya.Wirya : Di Taiwan malah sudah sepi. Aku bingung mau ngobrol sama siapa. Biasanya ada tim Loko, tapi mereka lagi stand by di Sydney. Mardi : Aku baru bangun. Habis salat isya, tepar. Capek keliling rumah keluarga. Said : Di rumah abi-ku, sepi. Kakak dan adikku lebaran di tempat mertua masing-masing. Mertuaku rumahnya dekat. Jadi nggak berasa lagi lebaran. Jaka : Aku baru kali ini lebaran di Yogyakarta. Enak juga. Ilyas : Aku tadinya pengen lebaran di Antartika, tapi takut nggak bisa napas. Jeffrey : @Bang Ilyas, aku ngakak dan dicubit istriku, karena