"Apakah sebelumnya kau tidak pernah merindukanku?" Ale bertanya dengan nada kecewa.
"Bagaimana aku bisa merindukan seseorang yang hanya satu kali aku temui. Alejandro Castillo kau jangan mengada-ada." Sasmaya tertawa renyah."Tetapi aku selalu mengingatmu dan merindukanmu sejak pertama kita bertemu," sahut Ale dengan serius."Apakah kita bertemu lagi setelah pertemuan malam itu? Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu selain di Madrid waktu itu." Sasmaya mengerutkan keningnya, menatap Ale lekat-lekat."Iya, tetapi kau tidak menyadarinya. Sewaktu final piala dunia 2006 di Berlin. Kau bersama putri kecilmu dan Andrea Belucci." Ale menjawabnya dengan tenang."Astaga! Aku sungguh tidak tahu kau berada di sana juga." Sasmaya terlihat salah tingkah mendengar pengakuan Ale."Wajar saja kau tidak tahu, saat itu kau cukup sibuk melindungi putrimu dari media yang mengerumuni dirimu." Ale tersenyum tipis."Iya, aku tidak ingin putr"Ada apa Javier?" Alena menatap bocah lelaki yang baru berusia dua belas tahun itu dengan heran."Ada sesuatu yang harus aku pilih untuk dibawa berlibur. Siapa tahu Tante bisa membantuku." Javier tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya."Pergilah! Biar aku siapkan sendiri semua keperluan Senor." Antonio menyuruhnya untuk pergi dengan Javier.Alena mengangguk dan berbalik, tidak jadi menuju ruang kerja Ale. Dia mendekati Javier yang berdiri di anak tangga terbawah."Ayo, Tante akan membantumu berkemas." Alena menggandeng bocah lelaki itu ke kamarnya yang ada di lantai dua."Ada apa? Katakan pada Tante sekarang." Alena menatap Javier dan menyentuh bahunya dengan lembut setelah mereka tiba di kamarnya."Tante, lihat itu." Bocah itu menunjuk pada laptopnya yang menyala, yang ada di atas meja belajarnya.Alena mendekati meja dan mengambil laptopnya kemudian duduk di tepi tempat tidur. Javier turut duduk di sampingnya.
"Alena!" Seseorang menegurnya dan menepuk bahunya, mengejutkannya."Ada apa?" Alena menyahut setengah berbisik."Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Antonio tersenyum meringis, menatap wanita berkacamata itu."Siapa?" Alena memperbaiki letak gagang kacamatanya."Andrea Belucci," sahut Antonio setengah berbisik."Senor Belucci?" Alena terkejut dan tanpa sadar melirik Ale yang masih asyik bermain game dengan putranya."Iya, dia ada di sini. Tadi dia bersama seorang wanita." Antonio menganggukkan kepalanya."Wanita? Andrea bersama seorang wanita di Como? Ini aneh, bukankah dia selalu menghindari media dan publik?" Alena bergumam seorang diri."Sebaiknya kau segera temui dia. Mungkin ini hal yang penting untuk Senor Castillo." Antonio menyarankan dengan bijak."Baiklah! Aku berpamitan dulu pada Ale." Alena mengangguk setuju.Alena mendekati Ale yang masih asyik bermain game dengan Javier. "Ale," tegurnya pelan."Ehm, ada apa?" Ale menyahut tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar
"Halo Senorita Alena, apa kabar anda?" Seorang pria tampan menyambutnya dengan ramah dan mempersilakannya untuk duduk."Terima kasih," sahutnya pelan seraya duduk di kursi yang telah disediakan."Aku baik saja Senor. Bagaimana dengan anda?" Alena tersenyum ramah."Seperti yang anda lihat, saya pun baik-baik saja." Andrea tertawa pelan."Baguslah kalau begitu Senor. Ngomong-ngomong apa yang membuat anda ingin bertemu dengan saya? Apakah mengenai Ale?" Alena menatapnya seakan-akan mencurigainya."Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Ale. Maksudnya bukan tentang karirnya. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada anda. Silakan minumannya Senorita." Andrea berbicara dengan hati-hati dan terjeda sementara waktu karena pelayan datang dengan membawakan minuman dan makanan yang telah dipesannya."Tentang apakah itu?" Alena mengambil gelasnya dan mengguncangnya pelan."Ini agak sulit karena bersifat privasi, tetapi saya tidak tahu lagi harus bertanya kepada siapa selain anda." Andrea kembali
"Apa yang kau dapatkan Andrea?" Sasmaya menatap Andrea yang terlihat begitu gembira."Banyak, dan aku tidak mengira akan semudah itu mendapatkan informasi dari Alena." Andrea tersenyum tipis."Alena? Siapa dia?" Sasmaya duduk menyilangkan kaki, bertopang dagu menatapnya dengan serius."Asisten pribadi Alejandro Castillo." Andrea menjawab dengan santai, menyulut rokok dan menghisap gulungan tembakaunya."Ale? Kenapa dengan dia?" Sasmaya menegakkan tubuhnya dan meregangkan lengannya."Putra pertama Ale disinyalir sebagai hasil inseminasi. Bukan dari hasil pembuahan normal antara lelaki dan perempuan." Andrea masih bersandar di tiang teras dengan santai."Benarkah? Aku kira itu hanya gosip." Sasmaya perlahan berdiri dan mendekati Andrea, berdiri di sampingnya menatap danau Como yang indah."Itu benar. Keterangan Alena tadi menguatkan dugaan itu. Sepertinya Ale mendapatkan donor atau membeli sel telur berkualitas dari bank sperma dan sel telur di Jepang," jelasnya lagi cukup panjang."Jepa
"Apa yang kau bicarakan dengan Andrea?" Ale bertanya saat mereka sarapan pagi bersama.Selain Alena, Alicia dan Mireya pun menemaninya pagi ini. Situasi yang menurut Ale sangat canggung."Tidak banyak, dia meminta bantuanku untuk merekomendasikan sesuatu," sahut Alena dengan santai."Sesuatu?" Ale menatapnya sebentar."Sepertinya dia berencana untuk mengikuti program inseminasi." lagi-lagi Alena menyahut dengan santai tanpa beban.Diantara mereka bertiga, mungkin hanya Alena yang bisa bersikap santai dan wajar. Alicia dan Mireya hanya mendengarkan percakapan mereka dalam diam."Serius?" Ale tertawa terkekeh seakan tidak percaya."Orang seperti Andrea Belucci terlalu takut untuk hidup di bawah tekanan seorang wanita." Mireya yang sedari tadi diam ikut berkomentar."Karena wanita adalah makhluk yang sulit untuk dimengerti," sahut Ale dengan santai."Ale!" Ketiga wanita di hadapannya serentak berteriak marah."Kenapa? Bukankah yang aku katakan itu benar?" Kembali Ale menyahut dengan santa
"Hanya ada wanita itu yang sedari tadi berada di teras. Sepertinya dia juga tengah berlibur dan enggan pergi kemanapun." Mikaila bergumam dan terus mengawasi gerak-geriknyaHingga sore hari, kapal tidak pergi kemana-mana. Hanya bersandar di satu tempat. Namun sepertinya ini pilihan yang tepat, karena suasana di sekitarnya sepi dan lengang."Ale pun sedari tadi hanya menatapnya meski sibuk dengan gadgetnya. Apa mereka berkomunikasi?" Mikaila menduga-duga dan melirik Alicia yang kini sibuk berswafoto bersama Julio dan Maria."Huh! Apa peduliku? Sudahlah, aku tidak ingin terlibat lebih dalam, sebatas tahu saja, itu sudah cukup." Mikaila kembali ke buritan dan duduk bersama Alicia dan putra-putrinya.@Sasmaya[Apa yang kau lakukan di sana Senor?]Pesan dari Sasmaya membuat Ale tersenyum seorang diri. Rupanya dia menyadari kapal yang bersandar tak jauh dari rumah peristirahatannya adalah kapal miliknya.@Ale[Hanya memandang dirimu saja]@Sasmaya[Menghabiskan waktumu saja Ale][Pergilah be
"Finn namanya," gumam Ale menatap foto pria yang sekilas memang mirip dengannya.Ale menelusuri satu demi satu unggahan di akun Sasmaya dalam rentang satu tahun lalu. Tidak banyak memang, tetapi ada beberapa hal yang menarik hatinya."Aku tidak tahu apa yang kau rasakan padaku dari awal kita bertemu. Namun apa yang aku rasakan padamu tidak pernah berubah, dari dahulu hingga sekarang," gumamnya lagi masih di dalam hatinya.@Sasmaya[Ale][Sudah tidur?]Ale tertegun menatap smartphone-nya. Pesan dari Sasmaya muncul di layar. Ragu untuk membalas tetapi dia tidak memungkiri hatinya yang merindukan wanita itu.@Ale[Belum][Kenapa?][Kau rindu padaku?]Ale sengaja membalasnya dengan bercanda. Dia cukup mengerti kondisi Sasmaya yang mungkin masih labil. Setelah ditinggalkan orang-orang yang dicintainya bertubi-tubi.@Sasmaya[Entahlah][Mungkin rindu][Mungkin juga hanya karena terbiasa]Balasan darinya membuat Ale tersenyum. Satu hal yang disukainya dari Sasmaya adalah keterusterangan tanpa
Hingga sore hari keduanya menghabiskan waktu di pantai sunyi itu. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Seakan-akan dunia ini hanya ada mereka berdua tanpa ada yang mengganggu."Lapar?" Ale bertanya pelan sembari membelai rambutnya yang berwarna abu keperakan yang cantik ."Iya. Ayo kita kembali ke hotel!" Ajaknya sembari berdiri dan mengulurkan tangannya pada Ale."Si!" Sahut Ale dan meraih tangan mungil Sasmaya.Keduanya kembali menelusuri pantai bergandengan tangan, kembali ke hotel sembari menikmati indahnya moment matahari tenggelam. Sesekali Sasmaya akan berhenti dan memungut kerang-kerang yang berbentuk lucu dan unik.Mereka tiba di hotel, tepat sebelum gelap, saat matahari sudah tenggelam sempurna di langit barat. Kamar Sasmaya lebih mudah dijangkau karena terletak di lantai dasar sedangkan kamar Ale berada di bagian lain dan lumayan jauh."Mau mampir?" Sasmaya ragu-ragu bertanya."Nanti saja, aku tidak membawa pakaian ganti." Ale menunjuk ke celana pendek dan kemejanya ya
"Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g
[Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang
"Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de
"Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu
[Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor