Alisa memberhentikan motornya di depan teras rumahnya dan langsung turun dari atas motor.
Alisa berlari masuk ke dalam kamar mamanya dengan air mata yang membanjiri pipinya.
Alisa melihat Ibu Aminah duduk di bibir tempat tidur sambil menangis.
"Ibu, gimana mama Isa," ucapnya yang menangis dan memeluk mamanya.
"Mama kamu masih hidup kamu cepat telepon taksi biar bisa dibawa ke rumah sakit," ucap Ibu Aminah.
"Iya Bu," ucap Alisa yang memasukkan tangannya ke dalam tas kuliahnya dan mencari ponselnya. Alisa memesan taksi online yang ada di aplikasinya saat ponselnya sudah di tangannya.
"Kenapa taksinya lama kali datangnya," ucap Alisa sudah tidak tahu lagi apa yang akan dilakukannya saat ini. Taksi yang dipesannya terasa begitu sangat lambat sampai di rumahnya.
"Sabar nak, semoga mama Isa gak apa-apa," ucap Aminah yang berusaha menenangkan Al
Alisa memandang mamanya dipindahkan ke ruangan perawatan. Alisa mengambil kamar kelas 3 untuk mamanya.Perawat tersebut mendorong mamanya masuk ke dalam kamar kelas kelas 3. Di dalam kamar tersebut, tersusun 5 bangsal. Perawat pergi meninggalkan kamar setelah mengecek infus dan memasang selang oksigen di hidungnya."Mama," ucapnya yang menangis memeluk mamanya.Nur tersenyum memandang putrinya.Alisa duduk di samping tempat tidur mamanya dan mencium-cium tangan mamanya tersebut."Gimana ma, apa ada yang sakit? tanyanya"Masih mati rasa, mama haus," jawab Nur."Tunggu buang angin ya ma," ucap Alisa yang memaksa senyum di bibirnya.Nur menatap sendu wajah putrinya. Mata putrinya bengkak karena menangis. Nur mencoba mengangkat tangannya yang terasa berat, ia ingin mengusap air mata putrinya
Alisa datang ke rumah sakit dan melihat kondisi mamanya semakin kritis. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan ginjal. Alisa hanya diam saat mendengar ucapan dokter tersebut. Kakinya terasa sakit lemas. Tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan hingga hampir terjatuh. Dokter itu langsung memegangnya dan menahan tubuhnya.Dokter tersebut membantunya duduk di kursi yang ada di depan ruangan ICU.Alisa menangis tiada sudah tidak tau harus berbuat apa. Pihak rumah sakit sudah memberikan nya surat pemberitahuan tagihan. Bila dalam waktu 3 hari, Alisa tidak bisa melunasi biaya rumah sakit, maka semua alat yang menempel di tubuh mamanya akan dicabut. Alisa memandang kertas kecil yang di tangannya. Di pejamkannya matanya sambil menimbang-nimbang apa yang dikatakan temannya itu memang benar. Apa artinya keperawanan bila itu bisa menyelamatkan nyawa namanya. Namun setelah ini ia akan menyandang status PSK. Walaupun hanya sa
Setelah puas menangis, Alisa keluar dari ruangan ICU. Ia berjalan ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.Dengan tubuh yang terasa lemas, Alisa berjalan menuju lift dan kemudian masuk ke dalam lift tersebut. Sesuai instruksi dari perawat rumah sakit Alisa berjalan ke arah pintu yang tertutup rapat. Alisa membaca tulisan yang terpampang di depan pintu tersebut. Setelah yakin bahwa ia tidak salah ruangan Alisa mengetuk pintu itu.Alisa mengusap air matanya sebelum membuka pintu saat mendengar sahutan dari dalam.Alisa masuk ke dalam ruangan dengan menundukkan kepalanya. Orang yang akan ditemuinya saat ini begitu sangat ditakutinya.Attar memandang gadis yang saat ini menundukkan kepalanya. Attar merasa Kasihan saat mengetahui apa yang terjadi terhadap gadis itu.Kaki Alisa gemetar saat berada di dalam ruangan yang tidak bisa diperhatikannya dengan jelas. Alisa berd
"Isa akan cari tahu di google om," jawabnyasambil memandang pria di depannya. Alisa seakan bermimpi saat ini."Bagus," ucap Attar.Alisa diam tanpa berani memandang wajah pria yang saat ini duduk di depannya. Alisa masih tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi dengannya. Bagaimana mungkin hanya hitungan jam dia akan menikah. Ini semua tidak pernah ada dalam pikirannya. Dadanya berdebar-debar dan merasa grogi saat merasakan tatapan pria yang tertuju padanya. "Apakah orang kaya memang seperti ini, aneh," pikirnya dalam hati."Kamu bilang saya aneh?" tanya Attar.Alisa menelan air ludahnya yang terasa begitu sangat kering. Alisa tidak menduga pria itu mendengar ucapan yang tidak dikeluarkannya. Seingatnya, Ia hanya berbicara di dalam hati. Alisa mengangkat kepalanya dan memandang pria yang duduk di depannya tanpa berbicara.Attar memandang
Alisa memandang pria yang akan menjadi suaminya. Air matanya menetes saat mendengar ucapan calon suaminya. Perkataan pria itu begitu sangat menyentuh hatinya. Bagaimana mungkin pria yang berwajah tampan itu meminta menikah dengannya, bila pria itu tidak mencintainya. Alisa masih belum bisa menjawab pertanyaan dari apa yang ada dipikirannya.Attar memegang tangan Alisa dan meletakkan tangan calon istrinya di tangan calon mertuanya. "Kita akan menikah jadi minta restu sama mama kamu," ucapnya.Alisa menangis dan menganggukkan kepalanya. "Mama restui Isa, doakan Isa bahagia ma," ucapnya dengan terisak."Namanya Attar, Dia pria yang baik. Isa yakin ma, Isa gak akan menyesal menikah dengannya," ucap Alisa di dalam hatinya. Hanya Isak tangisnya yang terdengar di dalam ruangan yang begitu sangat senyap tersebut.Attar mengusap kepala calo
Attar menyandarkan kepala istrinya di dadanya. Tangannya mengusap-usap punggung istrinya. "Berdoa sayang," ucapnya. Alisa mengangkat kepalanya saat mendengar ucapan suaminya. Alisa tahu suaminya pasti hanya berusaha untuk memberikan semangat kepadanya. Alisa menganggukkan kepalanya menyandarkan kepalanya di dada suaminya terasa begitu sangat nyaman baginya. "Apa kamu capek?" Tanya Atar setelah lebih 1 jam mereka duduk di depan ruangan tersebut. Alisa menggelengkan kepalanya. "Isa nggak capek Om, kalau Om capek Om istirahat aja. Isa tunggu mama di sini," ucapnya yang menundukkan kepalanya. Alisa tidak mampu memandang wajah suaminya. Setiap kali memandang wajah Suaminya, detak jantungnya semakin kuat. "Saya akan temani kamu, kita menunggu berdua," ucap Attar yang tidak ingin meninggalkan istrinya. "Terima kasih ya om," ucap Alisa.
Alisa tidak ada henti-hentinya tersenyum memandang mamanya yang sudah berada di atas tempat tidur pasien. Saat ini mamanya masih di dalam ruangan ICU untuk pemantauan Kondisinya lebih lanjut. Bila nanti mamanya sudah sadar dan kondisi detak jantung dan sebagainya sudah baik maka akan dipindahkan ke ruangan pasien. Alisa duduk di kursi yang diseret nya di samping tempat tidur mamanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memegang tangan mamanya dan mencium punggung tangan mamanya tersebut. "Nanti Saat Mama bangun pasti Mama akan merasa ada yang aneh. Tapi nanti Isa bakalan jelaskan semuanya ke mama, biar mama jangan kaget," ucapnya sambil tersenyum. "Sebenarnya ini semua seperti mimpi bagi Isa ma. Kehadirannya seperti seorang malaikat yang menyelamatkan hidup Isa dan juga mama," ucapnya yang menyebut suaminya. "Isa benar-benar nggak nyangka kalau mama masih ada untuk Isa," ucapnya.  
Attar hanya tersenyum tipis dan pergi meninggalkan istrinya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi. Berada berdua dengan wanita yang baru saja menjadi istrinya, membuat pria itu cukup gugup, jantungnya berdetak dengan kencang. Disaat malam seperti ini, Attar memutuskan untuk berendam di dalam air dingin guna mendinginkan tubuhnya yang terasa panas saat berada berdua dengan istrinya. Selama ini ia selalu berfantasi dan berhalusinasi bisa berjumpa dengan gadis yang saat ini sudah menjadi istri. Saat memandang foto istrinya yang disimpannya diponselnya, ia selalu berharap bisa mengecap rasa manis bibir yang kecil dan tipis tersebut. Cukup lama ia berendam di dalam air dingin dan kemudian keluar dari dalam kamar setelah ritual mandinya selesai. Attar Melihat Istrinya yang masih duduk di atas tempat tidur. "Apa kamu tidak mandi?" tanya nya. "Iya om, Isa mau mandi. tapi Isa gak bawa baju ganti
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e