Noura tetap menjelaskan kronologi kematian Luke meski ayahnya sudah melarang. Ketika bertemu dengan istri Luke, dia membela diri di hadapan wanita hamil itu. "Aku rasa semua wanita akan melakukan hal yang sama." Tidak disangka, Hanna menerima permintaan maaf Noura dengan mudah. Sembari menggenggam tangan Noura, dia juga meminta maaf dengan tulus. "Kebiasaan Luke sulit untuk diubah, dan aku rasa ini adalah jalan terbaik untuk mengakhiri hubungan kami."Noura tersenyum lembut. "Terima kasih."Setelah pertemuan itu, Hanna berencana kembali pada kedua orang tuanya. Sedangkan Noura bergegas menyusul Moana yang sudah lebih dulu keluar kafe."Bagaimana ...?" Moana terlihat khawatir. "Apa wanita itu akan menuntutmu?" "Dia tidak akan berani," jawab Noura dengan tenang. "Aku dengar ayahku sudah memberikannya properti, tentu saja dia akan diam."Awalnya, Hanna ingin membuat perhitungan dengan Noura. Namun, setelah mengetahui bahwa Noura adalah anak kandung Reghab Hammadi, sementara suaminya h
Noura mencoba menghubungi Mike melalui nomornya yang baru, tapi panggilan itu tidak kunjung mendapatkan jawaban. "Apa terjadi sesuatu dengan mereka?" Noura mulai resah. Sudah beberapa hari dia menunggu Mike, namun temannya itu belum ada kabar."Coba hubungi Richard saja, siapa tahu Mike sedang bersama dengannya sekarang!" Moana memberi saran. Semenjak memutuskan keluar dari dunia malam, Moana selalu bersama dengan Noura. Rencananya, mereka akan mendirikan usaha bersama juga."Baiklah." Noura segera melakukan panggilan telpon pada Richard.Ketika panggilan itu tersambung, Noura langsung bertanya tentang Mike. "Halo, Richard, apa kamu sudah bertemu dengan Mike? Dengan anakku juga? Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa kalian belum juga membawa Angel padaku?" cecar Noura tanpa jeda.Richard terdiam. Tatapannya pada Mike mengisyaratkan bahwa dia sedang meminta pendapat dari pria itu. Akan tetapi, pertanyaan itu juga adalah yang dihindari Mike sejak awal. Sulit baginya untuk memberi jawa
"Jadi yang membunuh Aira juga adalah ibu?" Rona belum mengetahuinya dengan pasti, jadi dia memastikan. "Apa yang kamu lakukan, Bu?""Tentu saja aku mencekiknya sampai mati." Seperti psikopat, Heba tidak merasa bersalah dengan kelakuannya. "Apa ....?" Rona terkejut dengan ucapan ibunya.Sembari menyeringai licik, Heba melipat kedua tangan di dadanya. "Salah sendiri tidak mau menuruti perkataanku. Seandainya dia diam saja dan tidak membantah ucapanku, aku tidak akan membunuhnya juga."Heba tersenyum licik. Dia masih mengingat kejadian itu dengan jelas. Kala itu, Aira mengetahui keberadaan Maryam yang masih hidup dan tinggal bersama dengan Noura. Aira yang malang berniat akan mengadukannya pada Nader dan Imtiyaz. Tapi sebelum terjadi, langkahnya sudah lebih dulu dicegah oleh Heba. Tidak bisa diajak bekerja sama, Heba pun terpaksa menghabisi Aira dan merekayasa kematian gadis itu seolah-olah Noura yang telah melakukannya.Mendengar ucapan Heba, Nader tidak kuasa menahan diri lagi. Pria
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su