Mata gadis itu melebar karena terkejut dan terperangah, dia seperti tertangkap basah melakukan kenakalannya. Ketika dia ingin menarik tangannya dari cekalan tangan Leeray, pria itu justru menariknya balik hingga tubuhnya jatuh menimpa tubuh Leeray.
"Aaaaahhh!" jerit gadis itu ketika bertabrakan dengan tubuh keras kekasihnya yang terbaring di sofa.
Sebelum gadis itu pulih dari keterkejutannya, Leeray mendekapnya serta memerangkap bibir merah muda mungil milik gadis itu dengan bibirnya yang lapar akan sentuhan.
Deasy merasa aneh dengan apa yang dia rasakan, entah mengapa dia justru ingin Leeray lebih banyak menyentuhnya di tempat-tempat lain yang terasa begitu mendambakan sentuhan pria itu. Ohh mungkin dia sudah gila!
Leeray membalik posisi mereka hingga pada akhirnya gadis itu berada di bawahnya, dia menyusurkan jemarinya di perut Deasy dari dalam bajunya lalu naik ke gundukan lembut yang membulat itu serta memilin puncaknya yang mengeras. Dia dapat
Ini adalah hari Minggu, Leeray tidak berangkat ke kantor. Dia sudah mandi pagi, begitu pula dengan Deasy. Berhubung dia tidak merencanakan untuk menginap di rumah Leeray, dia tidak membawa baju ganti. Baju gantinya di ransel sudah dipakai ketika berwisata di Margaret River kemarin.Leeray meminjaminya tshirt miliknya yang agak longgar ketika dipakai di tubuh Deasy. Setidaknya baju itu bersih.Mereka berdua sedang sarapan pagi bersama di meja makan. Seperti biasa menu makanan di atas meja makan selalu banyak dan beragam pilihannya layaknya menu sarapan di hotel bintang 5."Apa badanmu sehat, Deasy?" tanya Leeray memastikan kondisi gadis itu karena kemarin di nyaris tenggelam dan meminum banyak air laut.Deasy menatap Leeray dengan mata birunya yang lebar. "Iya, aku sehat, Lee. Kau tak perlu kuatir." Dia pun melanjutkan sarapannya, dia menyantap salad sayuran yang lezat dengan saus thousand island."Ohh ya, aku akan mengunjungi proyek superblock di k
Akhirnya mereka berdua pun sampai di lokasi proyek superblock. Deasy baru pertama kalinya menginjakkan kakinya di lokasi pembangunan mega proyek di tengah kota Perth itu. Dia memang selama ini sering lewat tempat ini. Namun, dari luar, lokasi ini tertutup oleh papan poster pembangunan proyek superblock .Leeray menggandeng tangan gadisnya itu seraya berjalan pelan mengelilingi lokasi proyek yang masih sangat berantakan itu. Hari Minggu semua tukang bangunan libur, sehari dalam seminggu. Dia memang sengaja tidak menghubungi mandor proyek sebelum melakukan survey."Lee, dulu kau mengambil jurusan apa saat kuliah?" tanya Deasy penasaran.Pria itu menoleh menatap Deasy lalu menjawab, "Teknik sipil seperti papiku. Aku harus paham tentang bangunan karena itu bisnis usaha keluargaku yaitu properti. Studi S2 yang aku ambil dulu bisnis internasional.""Menurutku, kau luar biasa, Lee," puji Deasy sembari tersenyum menatap wajah Leeray. Pria itu tampak sangat matang
Sesampainya di unit apartmentnya, Deasy langsung mandi di bawah shower. Lokasi proyek pembangunan superblock tadi membuat tubuhnya kotor karena debu yang beterbangan dan menempel.Ketika dia ingin melepaskan tshirt pinjaman dari Leeray, dia bisa mencium aroma tubuh Leeray yang menempel di kaos itu, begitu maskulin. Ada apa dengan dirinya belakangan ini? pikir Deasy. Apa dia mulai jatuh cinta pada Leeray?Air shower yang hangat deras membasahi seluruh tubuhnya, Deasy membalurkan sabun cair ke tubuhnya yang mulai tertutup oleh busa sabun. Mungkin sebaiknya setelah mandi, dia langsung tidur saja, pikirnya.Seusai mandi, Deasy mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.Ponselnya berbunyi.Donovan. Caller id name yang muncul di layar ponselnya."Halo, Don.""Halo, Deasy. Aku ingin mengajakmu ke pesta grup Harper malam ini. Kamu mau kan?" ujar Donovan dengan setengah memaksa."
Sepatu high heels Versace berwarna perak itu sangat tinggi, Deasy sangat berhati-hati ketika dia berjalan, dia takut akan terpeleset lalu jatuh mencium lantai. Donovan sepertinya menyadari itu, dia pun menggamit tangan Deasy di lengannya.Valet parking tiba di lobi apartment Deasy lalu menyerahkan mobil Tesla Roadster putih itu pada Donovan.Donovan membukakan pintu kursi penumpang untuk Deasy dan mempersilakan gadis itu untuk naik ke mobilnya. Dia pun berlari ke kursi pengemudi lalu duduk di sebelah Deasy."Kita berangkat sekarang ya, Sayang," ujar Donovan sembari memasang seat belt-nya.Deasy pun memasang seat belt-nya juga sendiri. Dia teringat Leeray yang sering memasangkan seat belt untuknya. 'Ahh bagaimana dia bisa lupa memberitahu Leeray bahwa dia pergi dengan Donovan ke pesta?' omelnya dalam hati.Dia pun segera mencari ponselnya di tas tangan yang ada di pangkuannya lalu mengetik pesan kepada Leeray sambil berharap kekasi
Leeray menurunkan tubuh Deasy di samping mobil Lamborghini biru kesayangannya. Dia membukakan pintu mobilnya dan membantu gadis itu naik ke mobilnya. Kemudian melepaskan sepatu pembawa malapetaka itu dari kaki Deasy. Dia mengagumi betis indah Deasy dalam hatinya. Pacar kecilnya itu memang sangat molek, dari ujung kepala hingga ujung kaki.Deasy merasa wajahnya menghangat, dia merasa malu karena bosnya memperlakukannya dengan begitu manis. Bagaimana dia tidak menjadi semakin jatuh hati?Setelah itu Leeray berjalan ke kursi pengemudi lalu mengendarai mobilnya menuju sisi selatan pinggiran kota Perth. Kediaman keluarga Harper ada di sisi timur kota Perth. Perjalanan pulang ke rumahnya akan memakan waktu cukup lama sepertinya."Gaun itu sangat cantik ketika kamu yang memakainya, Sayang," puji Leeray seraya sekilas menatap Deasy di sebelahnya."Oohh benarkah? Terima kasih atas pujianmu, Lee." Wajah Deasy merona ketika tersenyum menatap Leeray. "Kau pun b
Leeray mendengar ucapan Deasy sekalipun lirih sekali. Namun, dia pura-pura tidak mendengarnya. Leeray kuatir gadis itu hanya terbawa perasaan saja malam ini.Mereka berdua berbagi mie kuah buatan rumah yang dimasak Bibi Rina. Dia memang tidak suka makan mie instan buatan pabrik."Mmmm ini enak sekali, Lee. Bi Rina pandai sekali memasak, ya?" puji Deasy sembari mengunyah mie-nya."Ya. Mie kuah seperti ini lebih sehat dibanding mie instan, Sayang. Apa kamu sering makan mie instan?" ujar Leeray yang telah menyelesaikan makan malamnya.Deasy masih menghabiskan beberapa suap terakhir mie kuah di piringnya. "Tidak juga, aku lebih sering makan roti dan pasta selama tinggal di Aussie."Setelah mereka berdua selesai makan malam yang terlambat itu, Leeray menggendong Deasy kembali ke kamarnya. Gadis itu mengalungkan tangannya ke leher Leeray sembari menatapnya dengan lembut seolah dia memiliki perasaan istimewa pada Leeray.Leeray me
Setelah mengantar Deasy pulang ke apartment-nya. Leeray langsung berangkat ke kantornya. Hari ini dia mengizinkan Deasy untuk bekerja dari rumah untuk memulihkan kondisi kaki kanannya yang cedera.Pagi itu ponselnya berbunyi, Leeray melihat id caller penelepon ternyata papinya. Dia pun segera menerima panggilan itu."Halo. Ya, Pi.""Halo, Lee. Kamu apa bisa ke Jakarta, hari ini?" ucap Leonard, Papi Leeray.Leeray berpikir sejenak lalu menjawab, "Bisa, Pi. Kalau boleh tahu, ada apa ya kok mendadak harus ke Jakarta?""Papi mau kamu membantu mengurus beberapa pekerjaan di Jakarta, jadwal Papi terlalu sibuk dan tidak ada yang membantu karena kamu di Australia," jawab Leonard apa adanya."Oohh oke. Leeray akan pesan tiket untuk berangkat siang ini dari Perth. Sampai jumpa di Jakarta, Pi," balas Leeray."Oke, thanks, Son. Sampai jumpa," ucap Leonard lalu menutup panggilan telepon itu.Leeray pun segera meminta sekretarisnya mas
Michael menjemput kakak sulungnya, Leeray, di bandara Soekarno Hatta. Kakaknya itu seperti biasa tampak begitu keren ketika berjalan dari gerbang kedatangan penumpang pesawat di bandara."Hai, Bang. Penerbangannya lancar, kan?" sapa Michael seraya memeluk Leeray dengan akrab."Hai, Mike. Lancar kok. Kita langsung ke kantor saja." Leeray berjalan bersisian dengan Michael ke parkiran mobil.'Bang Leeray memang gila kerja,' batin Michael dalam hatinya."Ehh gimana kabarnya, Deasy? Kalian sudah jadian, kan?" tanya Michael penasaran sembari menyetir AUDI hitamnya keluar dari parkiran bandara Soekarno Hatta.Leeray tersenyum seraya memalingkan wajahnya ke kaca samping mobil.Michael tertawa melihat abangnya yang tersipu malu. "Ayo cerita dong, Bang. Masa sama adik sendiri aja malu ...," goda Michael."Udah jadian, tapi rasanya aneh aja. Keseringan diajak bunuh diri sama Deasy ...," jawab Leeray sembari tertawa.Michael seperti terkej
Elena tinggal setengah tahun di rumah Leeray sebelum akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Dia memiliki keterikatan yang sangat erat pada Leon secara batin, jadi sulit baginya untuk melepas Leon jauh darinya. Namun, di sisi lain Elena juga memikirkan Leo-nya yang tidak muda lagi dan masih harus bolak-balik Jakarta-Perth naik helikopter demi bisa bersama dengannya.Dalam pikiran Leon yang memang lebih dewasa dibanding bocah seumurnya, diapun memikirkan papinya sehingga meminta Elena untuk kembali ke Jakarta. Dia berjanji akan sekolah dengan rajin dan lulus secepat mungkin.Pada tahun kedua sekolahnya di Applecross Primary School, Leon mendapat tawaran akselerasi pendidikan sebanyak 2 tingkat. Jadi dia langsung naik ke kelas 6 primary school. Ketika Leeray dipanggil oleh kepala sekolah Mr. Thomas Banks dan diberitahu mengenai kabar ini, dia sangat senang sekaligus terkejut."Leon, apa kamu siap bila harus belajar lebih banyak dan lebih cepat dibanding murid yang la
Chef yang dipekerjakan oleh Leeray di resort itu sangat ahli memasak. Menu-menu yang dipesan oleh keluarga Indrajaya memang sengaja dipilih begitu variatif dan sulit. Namun, eksekusi setiap hidangannya terasa lezat dan tampilannya begitu menggugah selera. Tamu yang makan di restoran resort bisa dipastikan tidak akan kecewa."Masakannya enak sekali, Bang. Bolehlah diadu sama masakan Bibi Rina," puji Leon sambil mengambil desert."Aku setuju denganmu, Leon," sahut Midori yang masih mengunyah makanannya.Anak-anak itu sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi orang tuanya. Tahun ini mereka berusia 7 tahun menuju ke 8 tahun."Bang, apa ada live entertainment untuk pengunjung resort nantinya?" tanya Leon penasaran karena saat mereka di resort itu memang tidak ada hiburan selain keindahan alam.Pertanyaan yang mengejutkan dari Leon, memang dia belum mempersiapkannya mengenai live entertainment itu. Namun, sepertinya perlu dirancang konsepnya dengan se
Sepanjang sore itu, Leeray dan Deasy tidak keluar dari kamar yang mereka tempati di resort pulau pribadi milik mereka. Lengan Leeray tak ingin melepaskan dekapannya di tubuh Deasy seolah tidak dapat berpisah jauh dari istrinya.Setelah meminta berulang kali untuk melepaskannya, Deasy pun malah ketiduran di pelukan suaminya dan berhenti protes. Memang tidak ada yang bisa menandingi ego Mr. CEO. Sepertinya sepanjang pernikahan mereka, Deasy hampir selalu berkompromi bila berhadapan dengan Leeray. Suaminya itu terlalu persuasif bila menginginkan sesuatu.Leeray tidak mengantuk, dia memandangi wajah Deasy sambil membelai rambut panjang Deasy, wanita yang dia cintai dengan segenap jiwanya.Perlahan mata Deasy membuka, bulu matanya bergetar seperti sayap kupu-kupu. Dia pun menatap Leeray yang berhadapan dengannya."Apa kau tidak tidur, Lee? Sejak kapan kau memandangiku?" tanya Deasy jengah.Leeray pun tersenyum dan menjawab, "Aku tidak
Sepanjang sore mereka semua bermain-main di kolam renang dan menikmati snacks and beverages yang disediakan di pool bar oleh chef yang dipekerjakan di sana. Head manager resort itu memang ingin memberikan demo untuk service resort itu sesuai permintaan Leeray.Rencananya bila segalanya sudah siap, mereka akan melakukan launching resort pulau pribadi itu. Hanya saja memang mereka belum menemukan nama yang cocok untuk pulau pribadi itu.Leeray berbicara pada Deasy, "Baby Girl, apa kamu ada ide untuk nama pulau ini? Aku masih belum menemukan nama yang cocok hingga sekarang.""Mungkin kita harus memikirkannya lagi, Lee. Rasanya begitu sulit karena ada perasaan emosional di dalamnya dan nama yang terlalu biasa akan membuat kita kecewa nanti," jawab Deasy dengan bijak.Mereka berdua berendam di dalam kolam renang yang airnya hangat tertimpa sinar matahari siang tadi. Sementara ketiga bocah itu bermain bola di air bersama Leonard dan Elena."T
Setelah bocah-bocah itu pulang dari sekolah, rombongan keluarga Indrajaya bertolak ke pulau pribadi yang masih belum diberi nama itu dengan 2 helikopter. Leon ikut bersama papi maminya, sedangkan Midori dan Poseidon ikut bersama Leeray dan Deasy di helikopter lainnya.Mereka memang berencana untuk menginap semalam di resort yang sudah jadi di pulau pribadi itu, jadi mereka membawa koper berisi pakaian ganti.Perjalanan dengan helikopter memakan waktu sekitar 3 jam lebih sedikit dari helipad samping rumah Leeray ke pulau pribadi itu. Mereka pun sempat tertidur di perjalanan karena mengantuk dan bosan. Akhirnya, mereka pun berhasil mendarat di landasan pesawat yang dibangun di sisi barat pulau itu. Leeray sengaja membuat bandara kecil agar jet pribadi atau pesawat komersil yang tidak terlalu besar dapat mendarat di pulau itu untuk tujuan menarik customer berkantong tebal.Leonard membantu Elena dan Leon turun dari helikopter. Brian, pengawal pribadinya memba
Sore itu sekitar pukul 16.00 saat matahari sudah tidak terlalu terik, Deasy dan Leeray memakai baju berkuda mereka. Mereka sudah berjanji untuk mengajari anak-anak berkuda.Leonard dan Elena juga ikut berjalan kaki ke istal untuk melihat-lihat kuda koleksi Leeray. Awalnya hanya ada 2 ekor ketika Leeray membelikan kuda itu untuk ulang tahun Deasy 6 tahun lalu saat anak-anaknya masih bayi. Tetapi, kemudian Leeray memutuskan untuk melakukan breeding kuda Thoroughbred itu. Terkadang ada kolektor kuda ras bagus yang membeli keturunan kuda miliknya dengan harga fantastis.Leeray terkadang meminta James, adik nomor tiganya yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk mengecek kesehatan kuda-kudanya sekaligus mengajak Jacob dan Joshua, putera kembarnya mengunjungi Midori dan Poseidon, sepupu mereka."Kudanya total ada berapa ekor, Lee?" tanya Leonard sembari merangkul pinggang Elena memasuki istal yang bagus dan bersih itu."Sekarang total ada 10 ekor kuda, Pi. Aku
Setelah mengurus keperluan administrasi pindah sekolah baru untuk Leon, Leeray menunggu Midori dan Poseidon pulang sekolah. Dia sengaja cuti kerja sehari untuk menyelesaikan berbagai hal terkait sekolah Leon. Dia menemani Leon berkeliling sekolah barunya, Applecross Primary School."Bang, apa tidak masalah hari ini Abang tidak masuk kantor?" tanya Leon sambil berjalan di sebelah Leeray mengelilingi sekolah barunya yang sangat luas.Leeray menoleh ke arah Leon yang lebih pendek darinya. "Nggakpapa, sehari saja. Abang nggak ada janji di kantor kok hari ini," jawabnya sembari tersenyum tipis. Mereka berdua lebih mirip seperti ayah dan anak dibanding seperti kakak beradik.Bel tanda usai pelajaran sekolah hari itu berbunyi nyaring. Para siswa Applecross Primary School berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing.Midori dan Poseidon keluar dari ruang kelasnya dan melihat papi mereka berjalan di koridor sekolah bersama Leon."Pap
Seusai makan malam, anak-anak kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena Midori dan Poseidon besok harus masuk sekolah. Leon pun lelah setelah melakukan perjalanan jauh Jakarta-Perth. Kamarnya ada di sudut berbeda satu kamar dengan Poseidon, dia sendiri yang memilih kamar itu. Di mansion house Leeray ada sekitar 10 kamar yang sebagian besar berukuran sedang yang cocok untuk anak-anak hingga remaja.Kamar yang dulu ditempati oleh Papi Leo dan Elena ketika mengandung Leon masih dirawat dalam kondisi kosong. Leeray memang menyediakannya kalau sewaktu-waktu papinya ingin berkunjung ke rumahnya.Sementara itu di Jakarta, papinya sedang berusaha keras mengalihkan pikiran Elena yang mengkuatirkan putera tunggalnya yang tadi pagi berangkat ke Perth. Leonard sadar betul bahwa Elena memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Leon.Tangan Leonard membelai pipi Elena sembari berkata, "El Sayang, jangan menguatirkan Leon lagi ya. Leeray sudah mengirimkan fot
Pukul 15.00 waktu Perth. Kedua anak kembar dan papi mami mereka sudah menunggu Leon di ruang tunggu gerbang kedatangan penumpang pesawat dari Indonesia.Bocah 7 tahun yang tampan itu menyeret sendiri kopernya yang tampak agak terlalu besar untuknya. Keluarga Leeray tertawa melihatnya.Dengan segera, Leeray membantu Leon membawakan kopernya. Mereka berpelukan sebentar. Sebenarnya status mereka kakak beradik hanya saja berbeda 36 tahun usia dan berbeda ibu."Penerbangannya lancar 'kan, Leon?" tanya Leeray."Lancar, Bang. Pilotnya bagus," jawab Leon."Leeoooonnn!" seru Midori seraya berlari menubruk tubuh Leon memeluknya erat.Leon pun menyeringai memeluk keponakan yang seusianya itu. Kemudian Poseidon juga memeluknya sekalipun tidak seheboh Midori."Welcome to Perth, Leon!" ucap Poseidon lalu mengacak-acak rambut Leon dengan iseng sambil menyengir bandel mirip kebiasaan maminya.Midori pun melepaskan pelukannya pada Leon. Kemudia