Tok tok tok.
Pintu unit apartment Deasy diketok dari luar. Deasy baru saja selesai mandi dan berdandan sebelum berangkat ke kampus. Dia pun bergegas menuju pintu dan mengecek melalui lubang intip di pintunya, siapa gerangan yang bertandang ke tempatnya sepagi ini.
Ternyata Mark Bennet, pengawal pribadi yang disewa Leeray untuk menjaga Deasy. Dia pun segera membukakan pintu.
"Selamat pagi, Mark. Ada perlu apa datang ke tempatku pagi-pagi begini?" sapa Deasy seraya memberi isyarat untuk masuk ke unitnya lalu menutup kembali pintu unitnya.
Mark Bennet pun masuk ke unit apartment Deasy lalu duduk di sofa. "Bos Leeray memintaku membelikan jam tangan pintar ini untukmu. Kemarilah ...," ujar Mark sembari meminta Deasy duduk di dekatnya.
"Oya, dimana Bos? Semalam dia menginap di sini, kan?" tanya Mark sambil memasangkan jam tangan pintar itu di pergelangan tangan kiri Deasy. "Nah, selesai."
"Sebenarnya ini untuk apa, Mark?" tanya Deasy penasar
"Halo, Alfred. Apa kabar?" sapa Nicolas Carson pada sahabat masa kecilnya, Alfred Harper.Alfred Harper merangkul kawannya itu dengan ramah seraya membalas, "Hey, Nick. Kabarku luar biasa, bagaimana denganmu? Apa kabar?""Baik, Fred. Ahh siapa ini?" tanya Nicolas ketika melihat seorang pemuda tampan berpakaian eksekutif yang necis berjalan mendekat ke arahnya dari dalam rumah."Ohh kenalkan, ini Donovan, putera tunggalku. Don, kemarilah ... beri salam pada Paman Nicolas Carson, sahabat Daddy," ujar Alfred Harper pada puteranya.Donovan mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Nicolas. Dalam hatinya, dia menebak-nebak, 'Carson' sama seperti nama keluarga Deasy. Apakah ini ayah Deasy? Wajah Deasy sekilas agak mirip dengan pria di hadapannya saat ini."Maaf, Paman Nick, apa Paman mempunyai puteri yang bersekolah di Perth?" tanya Donovan sambil duduk bersama daddy dan Nicolas di sofa ruang keluarga.Nicolas agak terkejut mendengar per
Deasy meronta-ronta dalam dekapan Donovan, dia tidak menyangka akan menghadapi kejadian yang sama dua kali bersama Donovan."Lepaskan aku, brengsek! Aku tidak mencintaimu, Don. Aku sudah menikah dengan Leeray!" teriak Deasy masih meronta-ronta dengan segenap kekuatannya.Donovan memanggul tubuh Deasy di bahunya lalu berjalan ke ranjang king size yang ada di tengah penthouse suite itu."Aku tak peduli, Manis. Kau terlalu sombong!" ucap Donovan dengan acuh sembari melemparkan tubuh Deasy ke atas ranjang.Deasy memencet nomor Leeray di jam tangan pintarnya. Dia berharap suaminya akan datang tepat waktu sebelum dirinya di apa-apakan oleh pria sinting di hadapannya ini. Deasy beringsut mundur di atas ranjang ketika Donovan merayap mendekatinya untuk menangkap tubuhnya."Berhenti, Don!" seru Deasy dengan suara bergetar karena ketakutan. Adrenalinnya membanjiri aliran darahnya saat ini, keringat dingin menetes dari pori-pori tubuhnya.P
Sesampainya di rumah, Leeray pun menggendong Deasy ke kamar mandi. Dia mengisi bathtub dengan air hangat dan memasukkan bubble bath lavender. Lalu dia membantu Deasy masuk ke dalam bathtub."Hati-hati, Sayang," ucap Leeray sembari memegang tangan Deasy.Deasy pun duduk bersandar di ujung bathtub. "Temani aku mandi, Lee ...," pinta Deasy sembari menarik leher Leeray ke arahnya lalu memagut bibir suaminya itu.Bibir Deasy itu memiliki efek adiktif bagi Leeray, dia seolah sulit berhenti memagut bibir merah muda yang kenyal itu. Dia pun melepaskan bibirnya ketika mereka nyaris kehabisan napas. Leeray pun melepaskan pakaiannya hingga tubuhnya polos lalu bergabung dengan Deasy di dalam bathtub berisi air hangat itu. "Jadi, bagaimana sekarang perasaanmu, Sayang? Aku hanya takut kau mengalami trauma dengan sentuhan laki-laki, makanya aku menjaga jarak denganmu terlebih dahulu," ujar Leeray mendekap Deasy yang duduk di depannya."Tidak. Aku mungkin k
Leeray mengamati pemeriksaan Deasy oleh Dokter Zhang. Pria itu selalu memeriksa segalanya dengan sangat teliti.Pria berusia awal 40 tahun itu adalah dokter yang berasal dari Cina Daratan yang berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Australia. Dokter Zhang memiliki tubuh tinggi tegap setinggi 175cm, dengan wajah khas Asia, mata monolid dengan hidung mancung dan bibir yang tipis, rambut hitamnya terpotong pendek rapi. Dia memakai kaca mata yang tidak tebal tanpa bingkai yang tidak mengurangi ketampanan wajahnya yang tampak selalu serius."Bagaimana kondisi istriku, Dokter Zhang?" tanya Leeray singkat, dia ingin segera tahu ada apa dengan Deasy."Sebentar ..., Nyonya, apa belakangan mengalami benturan kepala?" balas Dokter Zhang menoleh pada Leeray kemudian menatap Deasy bergantian."Iya, Dokter. Tadi siang bagian belakang kepalaku membentur tembok dengan keras, itu membuatku agak pusing," jawab Deasy masih terbaring di ranjang."Saya rasa ini
Leeray memarkir Lamborghini birunya di basement kemudian membantu Deasy turun dari mobil."Apa kau kuat berjalan sendiri, Baby Girl?" tanya Leeray ketika menunggu lift turun ke basement, dia melingkarkan lengannya di pinggang Deasy."Tenanglah, Hubby. Aku baik-baik saja, hanya sedikit lemas dan pusing," jawab Deasy yang merebahkan kepalanya di bahu Leeray.Lift itu pun membuka, mereka segera masuk ke dalam lift dan memencet tombol Lobi. Leeray harus menemui pelayan-pelayannya yang membawakan menu makan malam mereka.Ketika sampai di lobi, Leeray pun berjalan mendekati pelayan-pelayannya yang berjumlah 4 orang itu, dua laki-laki dan 2 perempuan. Leeray mengenal mereka berempat karena mereka berasal dari rumah keluarganya di Jakarta."Kita naik lift bareng-bareng saja, ya. Unit apartment nyonya muda ada di lantai 7," ujar Leeray pada keempat pelayannya itu.Mereka pun bersama masuk ke lift yang segera naik ke lantai 7.TING.
Ketika mereka bertiga terdiam dengan canggung, ponsel Leeray berbunyi memecah keheningan. Ternyata Papi Leo meneleponnya, dia pun segera menjawab panggilan telepon itu."Halo, Pi ..., tumben telepon malam-malam?" jawab Leeray penasaran."Halo, Lee. Kenapa? Apa kamu sedang sibuk?" tanya Leonard lalu mengubah panggilan ke fitur video call."Leeray lagi ngobrol sama Om Nicolas, Pi. Kami habis makan malam bersama Deasy juga," balas Leeray seraya berharap papinya tidak akan keceplosan mengenai pernikahannya dengan Deasy."Oohh begitu. Coba berikan ponselmu ke Om Nico. Papi ingin berbicara sebentar dengan Om Nico."Nicolas Carson pun menerima ponsel Leeray. Ponsel itu sangat mahal, dia sempat ingin membelinya bulan lalu, tapi tidak jadi."Halo, Tuan Leo. Bagaimana kabar Anda?" sapa Nicolas Carson."Baik ... baik, Tuan Nicolas. Ada perlu apa ke Australia?" balas Leonard."Ada rencana ekspansi bisnis, Tuan Leo. Mungkin nantinya s
"Leo ... ayo bangun, sudah pagi," ucap Elena yang berada dalam dekapan suaminya itu."Hhmmm ...," gumam Leonard masih malas untuk bangun. Tubuhnya kelelahan karena semalam dia bercinta beberapa ronde dengan Elena.Usianya sudah 58 tahun, tubuhnya sekuat apapun pada akhirnya harus kembali pada kapasitas sesuai usianya. Sementara Elena sedang berada di puncak kemudaannya, 28 tahun, tentu saja dia lebih mampu untuk menjalani aktivitas berpasangan yang aktif.Elena pun meremas-remas rambut Leonard hingga bertambah acak-acakan sembari memagut bibir pria itu hingga terbangun."Elenaku yang nakal rupanya memiliki cara untuk memaksaku bangun," gumam Leonard sembari membuka matanya."Efektif, bukan, Leo Sayang?" sahut Elena cekikikan lalu melepaskan lengan Leonard di tubuhnya. Dia berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan gosok gigi.Leonard menyusul Elena ke kamar mandi, dia memeluk pinggang Elena yang sedang bergosok gigi
Siang itu seusai makan siang, Leonard menemani Elena ke beberapa butik merk internasional di Plaza Indonesia. Leonard membebaskan Elena untuk memilih merk desainer mana yang akan dia pilih untuk gaun pestanya.Pilihan Elena jatuh pada gaun Givenchy, black lace classic sleeveless long dress Audrey Hepburn. Gaun itu memakai bahan kain satin hitam dengan model tanpa lengan dengan kerah berbentuk U yang memamerkan bagian punggung atas dengan bagian pinggang yang menyempit, gaun itu panjangnya hingga setengah betis. Kesannya anggun dan tidak terlalu menggoda sekalipun banyak mengekspos kulit putih Elena."Gaunnya cocok untukmu, Cantik," komentar Leonard ketika Elena berdiri memutar tubuhnya di hadapannya yang duduk di sofa tengah butik Givenchy."Oke. Aku pilih yang ini saja, Leo," balas Elena lalu kembali ke kamar pas untuk melepaskan gaun itu.Setelah keluar dari kamar pas, Elena menyerahkan gaun itu ke pramuniaga butik Givenchy yang akan memproses tra
Elena tinggal setengah tahun di rumah Leeray sebelum akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Dia memiliki keterikatan yang sangat erat pada Leon secara batin, jadi sulit baginya untuk melepas Leon jauh darinya. Namun, di sisi lain Elena juga memikirkan Leo-nya yang tidak muda lagi dan masih harus bolak-balik Jakarta-Perth naik helikopter demi bisa bersama dengannya.Dalam pikiran Leon yang memang lebih dewasa dibanding bocah seumurnya, diapun memikirkan papinya sehingga meminta Elena untuk kembali ke Jakarta. Dia berjanji akan sekolah dengan rajin dan lulus secepat mungkin.Pada tahun kedua sekolahnya di Applecross Primary School, Leon mendapat tawaran akselerasi pendidikan sebanyak 2 tingkat. Jadi dia langsung naik ke kelas 6 primary school. Ketika Leeray dipanggil oleh kepala sekolah Mr. Thomas Banks dan diberitahu mengenai kabar ini, dia sangat senang sekaligus terkejut."Leon, apa kamu siap bila harus belajar lebih banyak dan lebih cepat dibanding murid yang la
Chef yang dipekerjakan oleh Leeray di resort itu sangat ahli memasak. Menu-menu yang dipesan oleh keluarga Indrajaya memang sengaja dipilih begitu variatif dan sulit. Namun, eksekusi setiap hidangannya terasa lezat dan tampilannya begitu menggugah selera. Tamu yang makan di restoran resort bisa dipastikan tidak akan kecewa."Masakannya enak sekali, Bang. Bolehlah diadu sama masakan Bibi Rina," puji Leon sambil mengambil desert."Aku setuju denganmu, Leon," sahut Midori yang masih mengunyah makanannya.Anak-anak itu sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi orang tuanya. Tahun ini mereka berusia 7 tahun menuju ke 8 tahun."Bang, apa ada live entertainment untuk pengunjung resort nantinya?" tanya Leon penasaran karena saat mereka di resort itu memang tidak ada hiburan selain keindahan alam.Pertanyaan yang mengejutkan dari Leon, memang dia belum mempersiapkannya mengenai live entertainment itu. Namun, sepertinya perlu dirancang konsepnya dengan se
Sepanjang sore itu, Leeray dan Deasy tidak keluar dari kamar yang mereka tempati di resort pulau pribadi milik mereka. Lengan Leeray tak ingin melepaskan dekapannya di tubuh Deasy seolah tidak dapat berpisah jauh dari istrinya.Setelah meminta berulang kali untuk melepaskannya, Deasy pun malah ketiduran di pelukan suaminya dan berhenti protes. Memang tidak ada yang bisa menandingi ego Mr. CEO. Sepertinya sepanjang pernikahan mereka, Deasy hampir selalu berkompromi bila berhadapan dengan Leeray. Suaminya itu terlalu persuasif bila menginginkan sesuatu.Leeray tidak mengantuk, dia memandangi wajah Deasy sambil membelai rambut panjang Deasy, wanita yang dia cintai dengan segenap jiwanya.Perlahan mata Deasy membuka, bulu matanya bergetar seperti sayap kupu-kupu. Dia pun menatap Leeray yang berhadapan dengannya."Apa kau tidak tidur, Lee? Sejak kapan kau memandangiku?" tanya Deasy jengah.Leeray pun tersenyum dan menjawab, "Aku tidak
Sepanjang sore mereka semua bermain-main di kolam renang dan menikmati snacks and beverages yang disediakan di pool bar oleh chef yang dipekerjakan di sana. Head manager resort itu memang ingin memberikan demo untuk service resort itu sesuai permintaan Leeray.Rencananya bila segalanya sudah siap, mereka akan melakukan launching resort pulau pribadi itu. Hanya saja memang mereka belum menemukan nama yang cocok untuk pulau pribadi itu.Leeray berbicara pada Deasy, "Baby Girl, apa kamu ada ide untuk nama pulau ini? Aku masih belum menemukan nama yang cocok hingga sekarang.""Mungkin kita harus memikirkannya lagi, Lee. Rasanya begitu sulit karena ada perasaan emosional di dalamnya dan nama yang terlalu biasa akan membuat kita kecewa nanti," jawab Deasy dengan bijak.Mereka berdua berendam di dalam kolam renang yang airnya hangat tertimpa sinar matahari siang tadi. Sementara ketiga bocah itu bermain bola di air bersama Leonard dan Elena."T
Setelah bocah-bocah itu pulang dari sekolah, rombongan keluarga Indrajaya bertolak ke pulau pribadi yang masih belum diberi nama itu dengan 2 helikopter. Leon ikut bersama papi maminya, sedangkan Midori dan Poseidon ikut bersama Leeray dan Deasy di helikopter lainnya.Mereka memang berencana untuk menginap semalam di resort yang sudah jadi di pulau pribadi itu, jadi mereka membawa koper berisi pakaian ganti.Perjalanan dengan helikopter memakan waktu sekitar 3 jam lebih sedikit dari helipad samping rumah Leeray ke pulau pribadi itu. Mereka pun sempat tertidur di perjalanan karena mengantuk dan bosan. Akhirnya, mereka pun berhasil mendarat di landasan pesawat yang dibangun di sisi barat pulau itu. Leeray sengaja membuat bandara kecil agar jet pribadi atau pesawat komersil yang tidak terlalu besar dapat mendarat di pulau itu untuk tujuan menarik customer berkantong tebal.Leonard membantu Elena dan Leon turun dari helikopter. Brian, pengawal pribadinya memba
Sore itu sekitar pukul 16.00 saat matahari sudah tidak terlalu terik, Deasy dan Leeray memakai baju berkuda mereka. Mereka sudah berjanji untuk mengajari anak-anak berkuda.Leonard dan Elena juga ikut berjalan kaki ke istal untuk melihat-lihat kuda koleksi Leeray. Awalnya hanya ada 2 ekor ketika Leeray membelikan kuda itu untuk ulang tahun Deasy 6 tahun lalu saat anak-anaknya masih bayi. Tetapi, kemudian Leeray memutuskan untuk melakukan breeding kuda Thoroughbred itu. Terkadang ada kolektor kuda ras bagus yang membeli keturunan kuda miliknya dengan harga fantastis.Leeray terkadang meminta James, adik nomor tiganya yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk mengecek kesehatan kuda-kudanya sekaligus mengajak Jacob dan Joshua, putera kembarnya mengunjungi Midori dan Poseidon, sepupu mereka."Kudanya total ada berapa ekor, Lee?" tanya Leonard sembari merangkul pinggang Elena memasuki istal yang bagus dan bersih itu."Sekarang total ada 10 ekor kuda, Pi. Aku
Setelah mengurus keperluan administrasi pindah sekolah baru untuk Leon, Leeray menunggu Midori dan Poseidon pulang sekolah. Dia sengaja cuti kerja sehari untuk menyelesaikan berbagai hal terkait sekolah Leon. Dia menemani Leon berkeliling sekolah barunya, Applecross Primary School."Bang, apa tidak masalah hari ini Abang tidak masuk kantor?" tanya Leon sambil berjalan di sebelah Leeray mengelilingi sekolah barunya yang sangat luas.Leeray menoleh ke arah Leon yang lebih pendek darinya. "Nggakpapa, sehari saja. Abang nggak ada janji di kantor kok hari ini," jawabnya sembari tersenyum tipis. Mereka berdua lebih mirip seperti ayah dan anak dibanding seperti kakak beradik.Bel tanda usai pelajaran sekolah hari itu berbunyi nyaring. Para siswa Applecross Primary School berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing.Midori dan Poseidon keluar dari ruang kelasnya dan melihat papi mereka berjalan di koridor sekolah bersama Leon."Pap
Seusai makan malam, anak-anak kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena Midori dan Poseidon besok harus masuk sekolah. Leon pun lelah setelah melakukan perjalanan jauh Jakarta-Perth. Kamarnya ada di sudut berbeda satu kamar dengan Poseidon, dia sendiri yang memilih kamar itu. Di mansion house Leeray ada sekitar 10 kamar yang sebagian besar berukuran sedang yang cocok untuk anak-anak hingga remaja.Kamar yang dulu ditempati oleh Papi Leo dan Elena ketika mengandung Leon masih dirawat dalam kondisi kosong. Leeray memang menyediakannya kalau sewaktu-waktu papinya ingin berkunjung ke rumahnya.Sementara itu di Jakarta, papinya sedang berusaha keras mengalihkan pikiran Elena yang mengkuatirkan putera tunggalnya yang tadi pagi berangkat ke Perth. Leonard sadar betul bahwa Elena memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Leon.Tangan Leonard membelai pipi Elena sembari berkata, "El Sayang, jangan menguatirkan Leon lagi ya. Leeray sudah mengirimkan fot
Pukul 15.00 waktu Perth. Kedua anak kembar dan papi mami mereka sudah menunggu Leon di ruang tunggu gerbang kedatangan penumpang pesawat dari Indonesia.Bocah 7 tahun yang tampan itu menyeret sendiri kopernya yang tampak agak terlalu besar untuknya. Keluarga Leeray tertawa melihatnya.Dengan segera, Leeray membantu Leon membawakan kopernya. Mereka berpelukan sebentar. Sebenarnya status mereka kakak beradik hanya saja berbeda 36 tahun usia dan berbeda ibu."Penerbangannya lancar 'kan, Leon?" tanya Leeray."Lancar, Bang. Pilotnya bagus," jawab Leon."Leeoooonnn!" seru Midori seraya berlari menubruk tubuh Leon memeluknya erat.Leon pun menyeringai memeluk keponakan yang seusianya itu. Kemudian Poseidon juga memeluknya sekalipun tidak seheboh Midori."Welcome to Perth, Leon!" ucap Poseidon lalu mengacak-acak rambut Leon dengan iseng sambil menyengir bandel mirip kebiasaan maminya.Midori pun melepaskan pelukannya pada Leon. Kemudia