Siang itu seusai makan siang, Leonard menemani Elena ke beberapa butik merk internasional di Plaza Indonesia. Leonard membebaskan Elena untuk memilih merk desainer mana yang akan dia pilih untuk gaun pestanya.
Pilihan Elena jatuh pada gaun Givenchy, black lace classic sleeveless long dress Audrey Hepburn. Gaun itu memakai bahan kain satin hitam dengan model tanpa lengan dengan kerah berbentuk U yang memamerkan bagian punggung atas dengan bagian pinggang yang menyempit, gaun itu panjangnya hingga setengah betis. Kesannya anggun dan tidak terlalu menggoda sekalipun banyak mengekspos kulit putih Elena.
"Gaunnya cocok untukmu, Cantik," komentar Leonard ketika Elena berdiri memutar tubuhnya di hadapannya yang duduk di sofa tengah butik Givenchy.
"Oke. Aku pilih yang ini saja, Leo," balas Elena lalu kembali ke kamar pas untuk melepaskan gaun itu.
Setelah keluar dari kamar pas, Elena menyerahkan gaun itu ke pramuniaga butik Givenchy yang akan memproses tra
Ketika Elena keluar dari bilik toilet kemudian mencuci tangan sembari memeriksa make up wajahnya, sesosok wanita yang sangat dia kenal muncul dari bilik toilet di sebelahnya tadi."Elena?" sapa wanita tua itu dengan tidak yakin."Tante Linda, ke kondangan sama siapa Tante?" sapa Elena sembari menyelidik.Tante Linda adalah kakak perempuan papa Elena yang termasuk kalangan orang berada dan agak sombong. Dia memiliki bisnis katering dan wedding organizer yang cukup ternama di Jakarta."Aku kondangan sama Erika dan papanya. Kebetulan mempelai wanitanya teman dekatnya Erika dan kenal baik denganku. Kamu ke sini sama siapa, Elena?" balas Tante Linda penasaran.Elena gelagapan bingung menjawab pertanyaan Tante Linda. "A-- aaku menemani bosku, Tante," jawab Elena berbohong padahal dia menemani suaminya."Oohh pantas, ini 'kan pesta sosialita kalangan atas, tidak sembarang orang yang diundang," ujar Tante Linda sembari membetulkan make up-nya
Cuaca pagi itu tidak terlalu baik, hujan sejak subuh masih belum juga usai, langit masih nampak kelabu tanpa ada secercah sinar mentari pagi yang biasa menyapa.Sama seperti suasana hati Elena yang mendung, dia masih berbaring di atas peraduan bersama suami yang sangat dicintainya. Elena masih belum memiliki nyali untuk menghubungi papa mamanya sejak pertemuan tak sengajanya dengan kakak papanya yaitu Tante Linda, semalam di pesta wedding grup Hadikusuma.Sejak semalam Elena terus menangis hingga matanya sembab. Leo berusaha menghiburnya, membelai, dan memeluknya semalaman. Elena bertambah galau karena dia tak sanggup berpisah dari pria itu sekalipun ketika di perjalanan pulang dari Hotel Pullman, pria itu menawarkan untuk mengakhiri pernikahan mereka.Elena tahu hal itu pasti sangat melukai hati Leo, sekalipun pria itu cenderung diam dan tegar. Dia teringat bagaimana cara Leo membelanya di depan orang-orang bermulut usil yang menghina dirinya semala
Setelah dua jam berlalu, kedua sekretaris baru Leonard pun masuk kembali ke ruang CEO menghadap bos mereka.Leonard mengangkat wajahnya dari berkas yang sedang dia baca di meja. "Bagaimana, sudah dapat yang aku minta tadi?""Sudah semua, Pak. Barangnya sudah sampai di resepsionis. Tadi kami periksa semuanya dalam kondisi baik," ujar Giorgio yang berdiri di sisi Adrian."Bagus, kalian ikutlah bersamaku nanti untuk membawakan barang-barang tadi," kata Leonard kemudian menelepon Elena dengan telepon kantor. "El, datanglah ke ruanganku sekarang."Tak lama kemudian, Elena pun masuk ke ruangan CEO. Dia berjalan ke sisi Leonard. Leonard pun bangkit dari kursinya lalu menyerahkan tas kerjanya pada Elena. "Kita berangkat sekarang ya, Sayang. Ayo Adri, Gio!" ujar Leonard sembari berjalan keluar dari ruang CEO.Mereka berempat naik Alphard hitam milik Leonard yang dikemudikan oleh Brian, kepala pengawalnya. Kemana pun Leonard pergi satu pasukan pengawal
Sesampainya di lobi IGD Rumah Sakit Siloam Internasional, Brian segera turun dari mobil dan berlari ke dalam IGD untuk meminta ranjang beroda untuk pasien.Beberapa paramedis segera mendorong ranjang beroda keluar menuju lobi IGD ke samping pintu mobil Alphard hitam itu. Mereka memindahkan tubuh Budiyanto Liem ke atas ranjang beroda dengan cekatan lalu mendorongnya masuk ke IGD.Dokter jaga segera memeriksa kondisi pasien gawat darurat itu. Setelah memeriksa kondisi vital pasien, dokter itu segera menyuruh perawat memasang infus intravena lalu menyuntikkan beberapa macam obat relaksasi otot jantung. Dokter itu mengamati kondisi pasien sejenak dan mendengarkan detak jantung pasien dengan stetoskop sembari melihat monitor detak jantung mesin EKG yang terhubung dengan kabel ke jari tengah pasien."Bagaimana kondisi ayah mertua saya, Dok?" tanya Leonard ketika segalanya tampak mulai terkendali."Kondisi pasien sudah stabil, Pak. Mari kita bicara di luar." Dok
"Billy?" ucap Elena dengan perasaan campur aduk. Pria itu adalah calon suami yang dipilihkan oleh papanya beberapa waktu yang lalu sebelum Elena menikah dengan Leonard."Kenapa? Kok sepertinya terkejut melihatku ... aku hanya ingin menengok Om Budi, kudengar papamu masuk rumah sakit kebetulan aku lewat ...," ujar Billy dengan percaya diri.Pemuda itu menatap Leonard dengan dingin karena dia belum tahu bahwa Elena sudah menikah dengan Leonard. Sementara tadi dia melihat Elena berpelukan dengan pria berusia matang itu. 'Ada hubungan apa mereka?' pikir Billy kesal."Oohh papaku masih di IGD, Bill. Kalau kau ingin menjenguknya, kau bisa masuk ke sana," balas Elena seraya menunjukkan arah masuk ruang IGD pada Billy.Leonard meraih tangan Elena, menahannya untuk tidak pergi ke IGD bersama Billy. Hubungan mereka tidak perlu disembunyikan karena Leonard adalah suami sah Elena."Kau tidak ikut masuk ke IGD, Elena?" tanya Billy ketika dia mendapati Ele
Hari ini adalah hari ulang tahun Leeray, pria itu berulang tahun pada tanggal 25 Agustus. Deasy mengajak Mark Bennet untuk menemaninya mencari hadiah untuk suami tercintanya itu. Dia belum pernah memberi hadiah ulang tahun pada pria selain papanya. Deasy agak bingung akan membeli hadiah apa.Selain itu suaminya itu sudah memiliki segalanya, barang-barang milik Leeray selalu mahal. Deasy merasa tidak percaya diri untuk membelikan sesuatu sebagai hadiah untuk suaminya. Dia berpikir keras sambil berjalan-jalan di dalam Mal.Ponselnya bergetar dan berbunyi di saku dalam dada jaket kulitnya. Deasy mengecek id caller ternyata suaminya. Dia pun tersenyum lalu menjawab panggilan itu.Deasy: "Halo, Lee. Ada apa?"Leeray: "Halo, Baby Girl. Kamu dimana, Sayang?"Deasy: "Aku ... masih di kampus," ujar Deasy berbohong.Leeray: "Oohh, baiklah. Apa kamu tidak ingin makan siang bersamaku, Baby Girl?"Deasy: "Aku agak sibuk hari ini, Hubby. Mung
Pukul 22.00 pesta ulang tahun Leeray berakhir. Para pelayan membereskan sisa-sisa pesta dan Mark Bennet pun pulang ke rumahnya.Leeray bergegas mandi di bawah shower sementara Deasy berganti pakaian dengan lingerie berwarna merah dengan bahan brokat semi transparan yang dulu dibelikan oleh Leeray dan belum pernah dia pakai karena tampak begitu menantang, mengekspos bagian dada dan setiap lekuk tubuhnya dengan sangat jelas. Tapi malam ini dia memang ingin menggoda suaminya itu.Tak lama kemudian, pria itu pun keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggulnya. Air masih membasahi rambut tebal hitamnya dan sedikit menetes di bahunya. Aroma tubuhnya harum dan maskulin perpaduan antara sabun dan kulitnya.Deasy menatap suaminya dengan tatapan mendamba, dia selalu terpesona dengan keelokan fisik Leeray.Tadinya Leeray mengeringkan rambutnya dengan handuk sembari berjalan ke kamar tidur lalu dia memandang Deasy yang berdiri di tengah ruangan d
"Bulu angsa, apa aku benar lagi, Mistress?" tebak Leeray seraya tersenyum dalam kegelapan mutlaknya."Sepertinya terlalu mudah ditebak, benda yang kupilih!" Deasy menggerutu, tetapi dia harus memberikan Leeray hadiah sebuah kecupan lagi.Dia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Leeray dan mengecup bibir pria itu. Leeray tidak membalas kecupan itu, dia ingin segera mengakhiri permainan kekanak-kanakan ini dan mendominasi istri kecilnya lagi. Kesabarannya semakin menipis karena desakan hasratnya yang membuatnya pusing."Oke, ini adalah benda keempat. Tebaklah, Slave!" ucap Deasy sembari menggoreskan ujung kukunya ke kulit dada dan perut Leeray.Leeray tertawa kali ini. "Oohh, cakar kucing kecilku begitu tajam. Ahahahaa," ujarnya."Haruskah aku menghadiahkan sebuah kecupan lagi untukmu, Leeray?!" balas Deasy dengan gemas dan putus asa."Tentu, Mistress Sayangku. Aku mau hadiahku, kemarilah ...," ucap Leeray masih terbaring tak berdaya dengan
Elena tinggal setengah tahun di rumah Leeray sebelum akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Dia memiliki keterikatan yang sangat erat pada Leon secara batin, jadi sulit baginya untuk melepas Leon jauh darinya. Namun, di sisi lain Elena juga memikirkan Leo-nya yang tidak muda lagi dan masih harus bolak-balik Jakarta-Perth naik helikopter demi bisa bersama dengannya.Dalam pikiran Leon yang memang lebih dewasa dibanding bocah seumurnya, diapun memikirkan papinya sehingga meminta Elena untuk kembali ke Jakarta. Dia berjanji akan sekolah dengan rajin dan lulus secepat mungkin.Pada tahun kedua sekolahnya di Applecross Primary School, Leon mendapat tawaran akselerasi pendidikan sebanyak 2 tingkat. Jadi dia langsung naik ke kelas 6 primary school. Ketika Leeray dipanggil oleh kepala sekolah Mr. Thomas Banks dan diberitahu mengenai kabar ini, dia sangat senang sekaligus terkejut."Leon, apa kamu siap bila harus belajar lebih banyak dan lebih cepat dibanding murid yang la
Chef yang dipekerjakan oleh Leeray di resort itu sangat ahli memasak. Menu-menu yang dipesan oleh keluarga Indrajaya memang sengaja dipilih begitu variatif dan sulit. Namun, eksekusi setiap hidangannya terasa lezat dan tampilannya begitu menggugah selera. Tamu yang makan di restoran resort bisa dipastikan tidak akan kecewa."Masakannya enak sekali, Bang. Bolehlah diadu sama masakan Bibi Rina," puji Leon sambil mengambil desert."Aku setuju denganmu, Leon," sahut Midori yang masih mengunyah makanannya.Anak-anak itu sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi orang tuanya. Tahun ini mereka berusia 7 tahun menuju ke 8 tahun."Bang, apa ada live entertainment untuk pengunjung resort nantinya?" tanya Leon penasaran karena saat mereka di resort itu memang tidak ada hiburan selain keindahan alam.Pertanyaan yang mengejutkan dari Leon, memang dia belum mempersiapkannya mengenai live entertainment itu. Namun, sepertinya perlu dirancang konsepnya dengan se
Sepanjang sore itu, Leeray dan Deasy tidak keluar dari kamar yang mereka tempati di resort pulau pribadi milik mereka. Lengan Leeray tak ingin melepaskan dekapannya di tubuh Deasy seolah tidak dapat berpisah jauh dari istrinya.Setelah meminta berulang kali untuk melepaskannya, Deasy pun malah ketiduran di pelukan suaminya dan berhenti protes. Memang tidak ada yang bisa menandingi ego Mr. CEO. Sepertinya sepanjang pernikahan mereka, Deasy hampir selalu berkompromi bila berhadapan dengan Leeray. Suaminya itu terlalu persuasif bila menginginkan sesuatu.Leeray tidak mengantuk, dia memandangi wajah Deasy sambil membelai rambut panjang Deasy, wanita yang dia cintai dengan segenap jiwanya.Perlahan mata Deasy membuka, bulu matanya bergetar seperti sayap kupu-kupu. Dia pun menatap Leeray yang berhadapan dengannya."Apa kau tidak tidur, Lee? Sejak kapan kau memandangiku?" tanya Deasy jengah.Leeray pun tersenyum dan menjawab, "Aku tidak
Sepanjang sore mereka semua bermain-main di kolam renang dan menikmati snacks and beverages yang disediakan di pool bar oleh chef yang dipekerjakan di sana. Head manager resort itu memang ingin memberikan demo untuk service resort itu sesuai permintaan Leeray.Rencananya bila segalanya sudah siap, mereka akan melakukan launching resort pulau pribadi itu. Hanya saja memang mereka belum menemukan nama yang cocok untuk pulau pribadi itu.Leeray berbicara pada Deasy, "Baby Girl, apa kamu ada ide untuk nama pulau ini? Aku masih belum menemukan nama yang cocok hingga sekarang.""Mungkin kita harus memikirkannya lagi, Lee. Rasanya begitu sulit karena ada perasaan emosional di dalamnya dan nama yang terlalu biasa akan membuat kita kecewa nanti," jawab Deasy dengan bijak.Mereka berdua berendam di dalam kolam renang yang airnya hangat tertimpa sinar matahari siang tadi. Sementara ketiga bocah itu bermain bola di air bersama Leonard dan Elena."T
Setelah bocah-bocah itu pulang dari sekolah, rombongan keluarga Indrajaya bertolak ke pulau pribadi yang masih belum diberi nama itu dengan 2 helikopter. Leon ikut bersama papi maminya, sedangkan Midori dan Poseidon ikut bersama Leeray dan Deasy di helikopter lainnya.Mereka memang berencana untuk menginap semalam di resort yang sudah jadi di pulau pribadi itu, jadi mereka membawa koper berisi pakaian ganti.Perjalanan dengan helikopter memakan waktu sekitar 3 jam lebih sedikit dari helipad samping rumah Leeray ke pulau pribadi itu. Mereka pun sempat tertidur di perjalanan karena mengantuk dan bosan. Akhirnya, mereka pun berhasil mendarat di landasan pesawat yang dibangun di sisi barat pulau itu. Leeray sengaja membuat bandara kecil agar jet pribadi atau pesawat komersil yang tidak terlalu besar dapat mendarat di pulau itu untuk tujuan menarik customer berkantong tebal.Leonard membantu Elena dan Leon turun dari helikopter. Brian, pengawal pribadinya memba
Sore itu sekitar pukul 16.00 saat matahari sudah tidak terlalu terik, Deasy dan Leeray memakai baju berkuda mereka. Mereka sudah berjanji untuk mengajari anak-anak berkuda.Leonard dan Elena juga ikut berjalan kaki ke istal untuk melihat-lihat kuda koleksi Leeray. Awalnya hanya ada 2 ekor ketika Leeray membelikan kuda itu untuk ulang tahun Deasy 6 tahun lalu saat anak-anaknya masih bayi. Tetapi, kemudian Leeray memutuskan untuk melakukan breeding kuda Thoroughbred itu. Terkadang ada kolektor kuda ras bagus yang membeli keturunan kuda miliknya dengan harga fantastis.Leeray terkadang meminta James, adik nomor tiganya yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk mengecek kesehatan kuda-kudanya sekaligus mengajak Jacob dan Joshua, putera kembarnya mengunjungi Midori dan Poseidon, sepupu mereka."Kudanya total ada berapa ekor, Lee?" tanya Leonard sembari merangkul pinggang Elena memasuki istal yang bagus dan bersih itu."Sekarang total ada 10 ekor kuda, Pi. Aku
Setelah mengurus keperluan administrasi pindah sekolah baru untuk Leon, Leeray menunggu Midori dan Poseidon pulang sekolah. Dia sengaja cuti kerja sehari untuk menyelesaikan berbagai hal terkait sekolah Leon. Dia menemani Leon berkeliling sekolah barunya, Applecross Primary School."Bang, apa tidak masalah hari ini Abang tidak masuk kantor?" tanya Leon sambil berjalan di sebelah Leeray mengelilingi sekolah barunya yang sangat luas.Leeray menoleh ke arah Leon yang lebih pendek darinya. "Nggakpapa, sehari saja. Abang nggak ada janji di kantor kok hari ini," jawabnya sembari tersenyum tipis. Mereka berdua lebih mirip seperti ayah dan anak dibanding seperti kakak beradik.Bel tanda usai pelajaran sekolah hari itu berbunyi nyaring. Para siswa Applecross Primary School berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing.Midori dan Poseidon keluar dari ruang kelasnya dan melihat papi mereka berjalan di koridor sekolah bersama Leon."Pap
Seusai makan malam, anak-anak kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena Midori dan Poseidon besok harus masuk sekolah. Leon pun lelah setelah melakukan perjalanan jauh Jakarta-Perth. Kamarnya ada di sudut berbeda satu kamar dengan Poseidon, dia sendiri yang memilih kamar itu. Di mansion house Leeray ada sekitar 10 kamar yang sebagian besar berukuran sedang yang cocok untuk anak-anak hingga remaja.Kamar yang dulu ditempati oleh Papi Leo dan Elena ketika mengandung Leon masih dirawat dalam kondisi kosong. Leeray memang menyediakannya kalau sewaktu-waktu papinya ingin berkunjung ke rumahnya.Sementara itu di Jakarta, papinya sedang berusaha keras mengalihkan pikiran Elena yang mengkuatirkan putera tunggalnya yang tadi pagi berangkat ke Perth. Leonard sadar betul bahwa Elena memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Leon.Tangan Leonard membelai pipi Elena sembari berkata, "El Sayang, jangan menguatirkan Leon lagi ya. Leeray sudah mengirimkan fot
Pukul 15.00 waktu Perth. Kedua anak kembar dan papi mami mereka sudah menunggu Leon di ruang tunggu gerbang kedatangan penumpang pesawat dari Indonesia.Bocah 7 tahun yang tampan itu menyeret sendiri kopernya yang tampak agak terlalu besar untuknya. Keluarga Leeray tertawa melihatnya.Dengan segera, Leeray membantu Leon membawakan kopernya. Mereka berpelukan sebentar. Sebenarnya status mereka kakak beradik hanya saja berbeda 36 tahun usia dan berbeda ibu."Penerbangannya lancar 'kan, Leon?" tanya Leeray."Lancar, Bang. Pilotnya bagus," jawab Leon."Leeoooonnn!" seru Midori seraya berlari menubruk tubuh Leon memeluknya erat.Leon pun menyeringai memeluk keponakan yang seusianya itu. Kemudian Poseidon juga memeluknya sekalipun tidak seheboh Midori."Welcome to Perth, Leon!" ucap Poseidon lalu mengacak-acak rambut Leon dengan iseng sambil menyengir bandel mirip kebiasaan maminya.Midori pun melepaskan pelukannya pada Leon. Kemudia