1 minggu kemudian
Hari ini, Bunda Santi dan Kania pamit pulang ke kediamannya untuk menengok keadaan Karin yang sedang sakit. Setelah pulang dari Yogya bersama Bee, gadis itu nampak murung dan tidak ingin makan sama sekali. Hal itu membuat Bunda menjadi khawatir.
“Bunda, tapi janji kan kembali lagi kesini,” ucap Kasih bergelayut manja. Rasanya sangat sedih berjauhan dengan sang Bunda.
“Iya sayang, Bunda kan juga harus mengurus perusahaan di sana. Kamu jaga diri baik-baik ya. Ingat, jangan membantah perintah suami!” nasihat Bunda Santi.
“Iya, Bunda. Kalian hati-hati di jalan ya,” ucap Kasih.
Saat ini mereka berada di halaman luar, di mana sudah ada Sam yang siap mengantar.
“Berangkat sekarang, Nyonya,” ucap Sam.
“Iya, calon menantu,” goda Bunda membuat wajah Sam merona merah, sementara Kania membuang muka tidak peduli.
Setelah kepergian mereka, Kasih nampak suntuk di ru
Hari ini Wilson sengaja pulang cepat karena merasa khawatir dengan keadaan Kasih, apalagi tadi Mbok Sanih mengatakan jika Kasih tidak keluar kamar sejak siang tadi. Perasaan Wilson semakin tidak karuan, sangat khawatir terjadi sesuatu dengan Istri mungilnya itu, apalagi Kasih tidak mengangkat panggilannya bahkan ia hanya membaca pesan yang di kirim.“Lebih cepat lagi,” ucap Wilson merasa tidak sabar ingin segera sampai.“Baik, Tuan,” sahut Hito.Mobil melaju melewati jalanan Ibu kota yang begitu padat, karena ini sudah waktunya jam pulang kerja kantor. Saat lampu merah tiba, Wilson nampak mengusap wajahnya dengan kasar. Keadaan seperti ini yang ia kesal, sangat macet dan membuatnya jengah.1 jam berlaluMobil sampai di kediaman Alexander, Wilson langsung bergegas menuju lift memencet angka tiga. Setibanya di kamar, matanya terbelalak melihat tempat tidur sangat berantakan serta dengan tissue yang begitu banyak betebaran dima
“Dengarkan aku baik-baik, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang hanya ada kamu di sini.” Wilson mengarahkan tangan kecil Kasih ke dadanya. “Aku mencintaimu, sangat.”“Aku tidak percaya,” ucap Kasih menolah ke samping.Wilson nampak gusar menghadapi Kasih, gadis remaja sepertinya memang harus di bicarakan dengan lembut.“Sayang, tatap mata aku,” ucap Wilson dengan sendu. Saat ini ia menarik tubuh Kasih ke dalam dekapannya.“Aku memang sudah menjalani hubungan hampir dua tahun dengan dia, tapi semua itu hanya masa lalu dan aku sudah melupakannya.”Hening, beberapa saat Kasih tidak menjawab. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Wilson dengan air mata yang terus berjatuhan.“Bahkan aku tidak pernah menyesal berpisah dengannya, aku bersyukur karena di pertemukan denganmu yang jauh lebih baik. Aku sangat mencin
1 bulan kemudianSemenjak kejadian itu, semuanya kembali lagi berjalan dengan normal. Kini Wilson tengah di sibukkan dengan klien dari luar negri yang ingin berkerja sama dengan perusahaan miliknya. Sementara Kasih juga di sibukkan dengan membuka butik baru bersama Kania. Itu semua atas keinginan Wilson agar ia tak merasa jenuh. Sebenarnya Kasih menolak, tapi karena ia juga mempunyai ahli dalam bidang designer, Kasih pun menuruti kemauan suaminya. Pekerjaan itu juga hal yang mudah, ia tetap bisa membawa Rama sambil bermain dengannya. Wilson sudah menyiapkan ruangan khusus yang di isi dengan pernak-pernik permainan anaknya di dalam butik tersebut, sehingga bocah itu tak merasa jenuh saat sang Mommy melayani customer.“Kasih, nanti Kakak pulang cepat ya, soalnya sudah ada janji sama Sam,” ujar Kania seraya nyengir kuda. Ya, memang hubungan keduanya nampak banyak peningkatan, apalagi mereka sudah mendapat lampu hijau dari Bunda Santi.“Cieee...hav
Pagi kembali tiba.Selesai sarapan, Wilson langsung bergegas menuju kantor. Sementara Kasih masih berada dalam selimut setelah menghabiskan susu dan roti yang di bawakan suaminya. Entah kenapa hari ini terasa berbeda, ia merasakan mual dan pusing yang cukup menyiksa.“Kepalaku terasa berat, perut ku juga sakit,” gumamnya mengeluh.Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan membuat Kasih yang baru saja menutup mata langsung mengerjapkan kembali. Ia berjalan gontai menuju pintu karena memang tubuhnya terasa lemas.Drettt“Rama,” ucap Kasih tersenyum.“Mommy, jam berapa berangkat ke butik?” tanya Rama sambil memperhatikan wajah Kasih yang terlihat pucat.“Seperti biasa, sayang. Jam sembilan saja.”“Ok, Mommy. Mommy sakit ya?”“Tidak, Mommy baik-baik saja,” ucapnya berusaha menutupi.“Mommy bohong, Rama telpon Daddy ya.”&ldqu
Kasih nampak termenung di dalam kamar setelah kepergian sang Ayah. Haruskah ia menuruti kemauan tidak masuk akal itu. Lalu bagaimana dengan dirinya yang sedang hamil? Kasih terus menangis memikirkan ucapan Baron.“Kenapa Ayah tidak pernah memikirkan perasaan ku,” gumam Kasih sesegukan.“Lalu bagaimana dengan nasib Bunda jika dia tahu Ayah telah menghamili wanita lain. Ayah sungguh tega.” Kasih tidak habis pikir dengan perilaku biadab Ayahnya. Bahkan manusia seperti dia tidak layak di panggil dengan sebutan Ayah.“Apa aku harus mengadu pada Wilson,” gumam Kasih sembari mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Ia membolak-balikan benda pipih itu karena merasa ragu. Jika Wilson mengetahui rencana sang Ayah, maka habislah Baron saat itu juga.“Tidak, Wilson tidak boleh mengetahui rencana Ayah. Biarlah aku sendiri yang akan mencari solusi untuk masalah ini,” gumam Kasih sembari memijat pelipisnya yang terasa p
Dengan di temani Sam, Wilson langsung bergegas menuju rumah sakit di mana Reno sudah membawa Kasih ke sana.“Tuan, tenangkan diri anda. Nyonya pasti baik-baik saja.” ucap Sam.“Bagaimana aku bisa tenang, Sam. Beberapa hari ini aku kurang memperhatikan Kasih padahal dia sedang mengandung anak ku,” ucap Wilson merasa khawatir.30 menit kemudianMobil sampai di sebuah rumah sakit yang letaknya tak jauh dari butik milik Kasih. Wilson Langsung turun dengan tergesa-gesa. Di sana sudah ada Reno yang menunggu di parkiran.“Tuan, mari saya antar ke ruangan,” ucap Reno.“Ayo cepat!” ucap Wilson yang tak sabar.Tiba di ruangan, pintu di dorong sangat kencang. Wilson langsung masuk begitu saja membuat Rama yang sedang menyuapi Mommy nya tersentak kaget.“Sayang, kamu tidak apa--apa? bagaimana anak kita?” Wilson menciumi kening Kasih berkali-kali.&ld
Wilson membawa Kasih masuk ke dalam mobil walaupun pada awalnya Kasih menolak dengan tegas. Kasih menatap Wilson dengan tatapan yang tak seperti biasanya. Mereka saling terdiam untuk beberapa saat. Pandangannya fokus ke arah depan kaca mobil.“Aku tetap akan keputusan ini,” ucap Kasih membuat Wilson menoleh.“Kau pantas mendapat hukuman yang lebih. Aku akan menindak lanjuti masalah ini ke jalur hukum,” ucap Kasih dengan mata yang berkaca-kaca. Wilson nampak mengusap wajahnya dengan kasar.“Kau boleh mengatakan aku egois, tapi apa kau lupa? Orang yang kau bunuh itu adalah orang tua ku. Sejahat-jahat nya dia, dia tetap orang yang telah membuat aku berada di muka bumi ini,” ucap Kasih mulai menangis.“Kenapa kamu jahat, kenapa?” Kali ini Kasih menatap Wilson dalam-dalam.“Dari awal ini yang aku takutkan, dan benar saja semuanya terjadi,” ucap Kasih.“Kamu hanya memikirkan dirimu
Hi untuk pembaca TCMS yang udah baca sampai sejauh ini... Sebelumnya aku ucapkan trima kasih sebanyak-banyaknya. Aku mau crita sedikit guys, novel ini sbnernya sudah end di bab 55 yg menjelaskan Wilson di penjara. Namun pembaca setia aku di aplikasi lain gak setuju kalau cerita ini menggantung begitu saja dan sad ending pula. Jadi stelahnya aku memutuskan bkin season 2, lebih tepatnya lagi klanjutan cerita yg membuat pemirsa kecewa. season 2 ini kalau kalian baca stengah², mungkin akan ngaco, karena kalian belum tahu alurnya seperti apa. Sengaja aku bkin hanya beberapa bab di season 2 ini biar gk terlalu panjang. Jadi jangan tanya kok Wilson tiba² bebas, ngaco lah apa lah, haduhh please deh ini tuh season 2. Author yg baik hati ini ingin merubah crita menjadi happy ending. Penulis mah bebas ya kan wkwk. Kalian juga mau tahu kan bagaimana kelanjutan kisah Kasih dan Wilson. Yuk simak berikutnya.... **** Beberapa bulan kemudian... Plakkkkkk Sebuah tampar
Beberapa tahun kemudian... Oekkk.. oekkk.. Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin. "Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland. Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal. "Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya. "Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng. "Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland." "Hem, terserah," sahut Erland. "Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam." "Kok mendadak?" "Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa." "Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta. Erland terkekeh mendengarn
1 bulan kemudianWilson membawa Kasih ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Awalnya Kasih menolak, untuk apa juga suaminya memaksa ia untuk di periksa, tapi setelah di jelasin panjang lebar mengenai kehamilannya, Kasih terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, Wilson benar-benar keterlaluan. Ia tidak memikirkan perasaan putrinya yang masih kecil. Kasih masih tak percaya dengan kabar gila ini. Ia terus menatap suaminya dengan tatapan tajam.Bukan karena ia membenci kandungannya, anak ini sama sekali tidak bersalah. Tapi sikap Wilson yang melakukan itu diam-diam membuat hati Kasih terasa sakit. Seakan suaminya ini menganggap dia adalah boneka, meniduri sesuka hati dan pergi begitu saja."Sayang, aku minta maaf," lirih Wilson mengambil tangan Istrinya, namun lagi-lagi Kasih menepis dengan kasar."Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" Kasih langsung menarik selimut dan membelakangi suaminya."Apa kau tidak menginginkan anak itu, dia tidak bers
"Sayang, kau belum tidur?" ucap Wilson saat melihat Istrinya sedang asyik membaca buku. "Belum, aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali?" Kasih menaruh buku itu ke tempatnya semula dan menghampiri suaminya yang sedang berganti pakaian. "Lepaskan dulu tanganmu, aku ingin memakai baju," ucap Wilson saat Kasih memeluk pinggangnya dari belakang. Wanita itu menduselkan kepalanya di belakang punggung. "Tidak, tidak usah pakai baju! Aku ingin kau menyentuhku malam ini," ucap Kasih lagi-lagi membuat Wilson terkekeh geli. Istrinya ini sekarang banyak perubahan. Entah karena pengaruh bayi apa gimana, tapi sekarang, Kasih lebih agresif dari biasanya. Wilson memutar tubuhnya ke belakang. Ia menangkup wajah Kasih dengan kedua tangan. Di tatapnya dalam-dalam mata indah itu. Ia sedikit tersenyum saat melihat pipi Kasih yang ternyata sedikit cabi. "Kenapa, apa sekarang wajahku sudah tidak cantik?" Kasih nampak mengernyit melihat ekspresi suaminya yang
"Jadi selama ini kau membohongiku," ucap Kasih menatap nanar suaminya. "Kau sudah bebas sejak lama, tapi kenapa baru muncul sekarang, jawab aku?" Kasih menggertak Wilson hingga suaranya menggema di ruangan itu. Ya, akhirnya Wilson memilih untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah bebas sejak lama. Namun saat itu dia takut Kasih marah dan merasa kecewa kalau dirinya telah bebas. Wilson tak ingin Istrinya membenci dia. Wilson tahu kehilangan Ayahnya membuat Kasih pasti sakit hati dan terpukul. "Maafkan aku, aku sangat takut kamu..." belum selesai Wilson menjelaskan, namun Kasih langsung memeluknya sambil menangis. "Tidak apa-apa, sayang. Aku senang kau mau jujur. Tapi tolong katakan padaku, di mana selama ini kau tinggal? Apa kau tidak pernah merindukanku? Kenapa lebih memilih bersembunyi?" ucap Kasih tanpa melepas pelukannya. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Wilson. Wilson tersenyum, akhirnya Kasih memaafkan ia yang telah berbohong
Seorang dokter muda berkacamata yang merupakan teman lama Erland datang setelah 1 jam lalu Wilson mengabarinya “Siapa yang sakit, Tuan?” ucapnya. “Istriku,” sahut Wilson sedikit sinis. Karena Dokter ini terlihat tampan dan masih muda. Bisa-bisa Kasih terpana melihatnya. Ah, Wilson berusaha menepis pikiran buruk itu. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Istrinya baik-baik saja. Ia langsung mengantar Dokter Galih menuju lantai tiga. Kasih yang lagi membaca novel sedikit terkejut melihat suaminya datang bersama dokter. Sudah di pastikan Wilson pasti merasa cemas, padahal ini hanya masuk angin biasa, pikir Kasih. “Sayang, Dokter Galih akan memeriksamu,” ucap Wilson membuat Kasih menatap Dokter tampan itu. Dokter Galih tersenyum, lalu mendekat. “Biar saya periksa, Nyonya.” “Kondisikan tatapanmu! Kau tahu, aku paling tidak suka caramu memandang Istriku!” Glek Dokter Galih menelan saliva dengan susah. Bar
Hingga pagi menjelang, Kasih terbangun karena mendengar suara yang tak asing di telinga. Tangisan baby kecil yang menggemaskan. Kasih menggeliat pelan sambil menguap lebar. Saat ingin membuka selimut, matanya langsung menoleh ke samping dan sedikit terkejut. Kasih menepuk kedua pipinya sendiri memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. “Jadi semalem itu benar kamu, kamu udah bebas sayang.” Kasih mengecupi pipi Wilson berkali-kali, tak menghiraukan tangisan Wilka yang semakin menggema. Wilson yang merasa terganggu, akhirnya mengerjapkan matanya. Di lihat sang Istri tengah memandanginya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang,” ucap Wilson sedikit serak. Ia meraih tangan Kasih dan mengecupnya. “Ada apa?” tanyanya sedikit bingung. “Aku masih tak percaya dengan kehadiranmu, sayang. Ini seperti mimpi,” ucap Kasih tersenyum bahagia. “Kau boleh merindukan-ku. Tapi urusi dulu anak kita. Sedari tadi Wilka menangis kau malah terus memandangi
Malam menunjukkan pukul 20.00 Wib. Rama meminta Kasih mendongengkan sebuah cerita. Rama sangat rindu dengan celotehan Kasih saat mendongeng. Semenjak adiknya lahir, Mommy nya ini selalu sibuk dan jarang sekali menemaninya tidur. "Sekarang Rama mau minta dongeng apa sama Mommy?" "Eitss tungu...!" ucap Kasih menahan bibir Rama yang hendak menjawab. "Jangan bilang minta dongeng mafia lagi. Mommy gak mau!" ucap Kasih terkekeh. Rama terkikik geli melihat ekspresi Mommy nya. "Memang kenapa kalau dongeng mafia Mommy? Daddy kan tidak ada. Mommy takut ya di omelin Daddy?" goda Rama. "Bukan begitu sayang, kamu tuh masih kecil." Kasih malah teringat dulu mendongengkan cerita mafia untuk Rama dan malah kepergok Wilson. Laki-laki itu menatapnya dengan tajam. Bagaimana tidak, Kasih malah menceritakan dongeng yang sesungguhnya pada Rama tentu membuat Wilson merasa tersinggung. "Bagaimana kalau malam ini Mommy akan mendongeng tentang pangeran
Beberapa hari kemudian, setelah pulang dari butik, hari ini Kasih berniat mendatangi pengacara untuk membebaskan suaminya. Setelah di pikir panjang, untuk apa juga dia membiarkan suami tercintanya itu mendekam lama di penjara. Kasih juga sudah mengikhaskan kepergian sang Ayah yang memang bukan salah Wilson sepenuhnya. Hatinya sudah sangat merindukan belain itu, belaian yang sudah sangat lama tidak Kasih dapatkan dari sosok suaminya. Sebagai seoarang Ibu, Kasih juga tak mau egois, ia memikirkan perasaan Rama yang selalu menanyakan tentang Daddy nya, terlebih sekarang menambah satu, yaitu Wilka. Putri kecil yang tak pernah mendapat kasih sayang dari Daddy nya. Ia mau keluarganya utuh seperti dulu, walaupun Kasih yakin mungkin Wilson akan marah padanya karena tidak pernah menjenguk selama di dalam sel. "Nyonya serahkan semuanya pada saya. Tuan Wilson akan segera bebas seperti yang Nyonya inginkan," ucap pengacara meyakinkan. "Terima kasih banyak, Pak. Saya tunggu inform
“Eumpp...” Kasih membuka mata perlahan saat mendengar tangisan yang tak asing di telinganya. Ia beranjak dari tempat tidur, mengambil jedai yang berada di nakas kemudian mengikat rambutnya ke belakang. Kasih langsung menggendong baby Wilka yang mungkin saja haus ingin meminum asi.Ia mulai melepas kancing yang terpasang di dekat tali untuk membuka lapisan kedua agar dapat menyusui nya dengan mudah, namun matanya langsung terperanjat tatkala melihat banyak tanda merah di dada nya. Kasih merasa panik, mungkinkah di tempat tidurnya banyak serangga? padahal pembantu di sini selalu rajin mengganti sprei seminggu 2 kali. Itu tidak mungkin. Kejadian ini juga sering terjadi setiap malam jum'at.Apa mungkin yang melakukan ini adalah jin? Kasih sempat membaca perihal wanita asal Bezha di Gwanda Afrika mengaku di tiduri jinsaat suaminya sedang merantau kerja selama berbulan-bulan. Kasih jadi merinding sendiri membayangkan nya. “Tidak...tidak... apa yang kamu pikirkan,