Share

Bab 5

Author: Alina Tan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Clara menatap Ansel tidak percaya. Bahkan matanya tidak berkedip lagi karena terkejut. Penipuan macam apa ini? Jangan-jangan besok Ansel akan meminta Clara mencuci bajunya juga?

"Apa?! Kamu bilang aku akan tidur di kamar kosong dan bukannya bersamamu, Ansel! Wah, ini penipuan namanya!" Seru Clara emosi.

Clara menatap Ansel penuh amarah. Namun tiba-tiba pria itu tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Clara hanya menatap Ansel dengan tatapan bingung. Mungkin pria bernama Ansel ini sebenarnya memiliki gangguan jiwa? Bukankah banyak seniman yang memang sedikit gila? Clara mulai berpikir untuk melarikan diri saja daripada harus tinggal bersama Ansel yang tampan namun tidak waras.

"Kenapa kamu tertawa? Tidak ada yang lucu, Ansel!" Seru Clara sewot.

Ansel menyeka air matanya yang sedikit menetes karena terlalu asyik menertawai Clara.

"Aku bercanda, Clara! Mana mungkin aku akan menyuruhmu tidur bersamaku!" Jelas Ansel lalu tertawa lagi.

Mata Clara membelalak kesal. Sialan! Baru hari pertama ia pindah disini dan teman serumahnya sudah mengerjainya. Tampaknya hidup bersama Ansel tidak akan mudah. Clara harus punya banyak stok kesabaran untuk menghadapi pria ini.

"Apakah kamu sudah puas tertawa?" Tanya Clara sebal.

"Astaga, Clara! Tadi itu lucu sekali. Wajah kagetmu dan ekspresimu! Harusnya kamu melihat sendiri mukamu!" Ujar Ansel masih sambil tertawa.

Lama kelamaan Clara menjadi jengkel dengan Ansel. Dengan kesal ia menarik kopernya dan masuk di kamar kosong yang ada di sebelah kamar tadi. Ia lalu membanting pintu kamarnya tanpa perduli Ansel yang memanggil-manggilnya. Namun Clara mendengar ketukan di pintu kamarnya. Ia berpikir mungkin ia meninggalkan sesuatu di luar. Clara lalu membuka pintu kamarnya sedikit dan melihat Ansel berdiri disana.

"Ada apa?" Tanya Clara datar.

"Kamu benar-benar tidak ingin tidur di kamarku?" Canda Ansel lagi.

Clara menjelit.

"Tidak! Pergi sana!" Usir Clara sebal lalu membanting pintunya.

Clara merebahkan tubuhnya di kasur kamar baru miliknya. Ia melihat sekeliling kamar itu yang masih polos dan belum ada apa-apa di dalamnya. Tapi satu hal yang Clara syukuri adalah Ansel sudah membersihkan dan menyiapkan kamar itu dengan baik. Clara berharap hidup barunya akan berjalan dengan mulus dan indah mulai hari ini.

Singapore, please be nice to me!

***

Jam alarm Clara berbunyi pukul 6 pagi. Ia segera membuka matanya dan mematikan alarm berisik itu. Dengan sigap Clara beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi yang berada di luar kamarnya. Ia harus segera bersiap untuk pergi kerja jam 7 pagi nanti.

Setelah 15 menit membasuh dirinya dan berganti pakaian, Clara segera menuju ke dapur dan mempersiapkan sarapan.

"Haruskah aku membuatkan Ansel juga?" Gumamnya bingung.

Namun pada akhirnya Clara juga membuatkan Ansel sarapan yang sama dengannya. Entah Ansel akan menyukainya atau tidak, setidaknya Clara sudah berusaha untuk menjadi roommate yang baik, bukan?

Tidak berapa lama sejak ia mulai memasak, pintu kamar Ansel terbuka. Clara menoleh dan melihat pria itu berjalan keluar dengan mukanya yang masih mengantuk. Ansel mencium bau sedap dari dapurnya dan menghampiri Clara dengan senyum sumringah.

"Kamu membuat sarapan, Clara?" Tanya Ansel tidak percaya.

Clara mengangguk. Tangannya masih sibuk mengaduk-aduk mie tumis andalannya.

"Aku membuat stir fry noodle untuk sarapan kita. Aku tidak tahu apakah kamu akan menyukainya atau tidak, tapi hanya inilah bahan yang bisa kutemukan di kulkas." Jawab Clara santai.

Ansel langsung mengambil kursinya dan duduk di meja makan seperti anak kecil yang menunggu ibunya memasak. Senyumnya lebar dan terlihat bahagia memikirkan makanan rumahan hangat yang akan masuk ke perutnya.

"Oh, terimakasih banyak Clara! Kamu tidak tahu betapa bosannya aku selalu sarapan dengan sereal tawar itu!" Ujar Ansel ceria.

Clara hanya tertawa melihat Ansel yang tampak begitu antusias hanya karena sarapan pagi rumahan buatannya. Kalau dipikir-pikir mungkin memiliki teman serumah tidak begitu buruk.

Sepuluh menit berselang, sarapan sederhana buatan Clara selesai. Ia segera membaginya ke dalam dua piring dan membawanya ke meja makan. Satu piring untuk dirinya dan piringnya yang lain ia sodorkan ke Ansel. Pria itu dengan cerah menerimanya dan segera mengambil garpu untuk memakannya.

"Hmmm... makanan rumahan memang yang terbaik! Ternyata kamu cukup pandai memasak ya!" Puji Ansel tulus.

Clara memasang tampang bangga dan tersenyum pongah. Kemampuan memasaknya adalah satu-satunya hal yang paling Clara banggakan.

"Tentu saja! Sudah bertahun-tahun aku bekerja di restoran, tidak mungkin aku tidak bisa memasak kan?" Balas Clara.

Ansel menyantap masakan Clara dengan lahap. Ia kagum dengan hasil masakan teman serumahnya ini.

"Jam berapa kamu akan pergi bekerja?" Tanya Ansel basa-basi.

Clara menatap jam tangannya.

"Sebentar lagi. Jam setengah 8 restoran tempatku bekerja dibuka jadi aku sudah harus disana saat pukul 7." Jawab Clara.

"Kamu mau kuantar? Atau kutemani kesana? Kebetulan hari ini aku tidak ada kuliah pagi." Tawar Ansel dengan ramah.

"Ah, tidak usah, Ansel. Aku bisa pergi sendiri." Ujar Clara menolaknya dengan halus.

Ansel tersenyum tipis.

"Hubungi saja aku jika kamu butuh bantuanku, Clara. Kita kan tinggal bersama. Tidak perlu merasa sungkan kepadaku." Ujar Ansel lagi.

Clara tersenyum senang. Ternyata Ansel bukanlah seseorang yang menyebalkan seperti yang ia kira. Mungkin Ansel mengerjai Clara kemarin adalah salah satu caranya untuk mencoba akrab dengan Clara. Lagipula mereka akan tinggal serumah, sudah sewajarnya bagi mereka untuk berteman dekat, bukan?

***

Perut Clara terasa sangat tidak beres. Sudah selama dua jam terakhir ia bolak balik kamar mandi karena mulas. Ditambah lagi kepalanya yang sedikit pusing entah karena apa. Bosnya sendiri, Uncle Liem, sampai bingung melihat karyawan barunya yang tampak seperti setrika. Mondar mandir ke kamar mandi.

"Kamu kenapa, Clara? Saya lihat selama dua jam terakhir kamu sudah delapan kali ke kamar mandi. Kamu sakit?" Tanya Uncle Liem khawatir.

Clara menggelengkan kepalanya.

"Saya juga tidak tahu, Uncle. Sejak tadi perut saya mulas terus dan kepala saya pusing." Keluh Clara kepada Uncle Liem.

Uncle Liem berdecak kesal.

"Haiyah! Itu pasti salah makan ya! Kamu orang muda suka sekali makan sembarangan! Tidak jaga-jaga kesehatan ya!" Ujar Uncle Liem menggurui Clara.

Tapi Clara malah menatap Uncle Liem dengan wajah bingung. Karena sejak pagi yang ia makan hanyalah masakannya sendiri. Tidak mungkin Clara keracunan masakannya sendiri kan?

Tiba-tiba Clara merasakan ponselnya yang bergetar dan membaca nama penelepon di layarnya.

"Halo, Ansel?" Sapa Clara pada si penelepon yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ansel.

Namun sapaan ramah Clara disambut oleh semburan kekesalan Ansel.

"Kamu mengambil darimana bahan-bahan untuk sarapan tadi pagi?!" Tanya Ansel tanpa basa-basi.

"Di kulkas. Aku cuma mengambil bahan-bahan yang ada di kulkasmu." Jawab Clara polos.

Clara mendengar Ansel yang berteriak histeris di seberang telepon. Dan gadis itu semakin bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.

"Memangnya ada apa, Ansel?" Tambah Clara lagi. Ia sangat bingung dengan kemarahan Ansel yang tiba-tiba.

"Astaga Clara! Apakah kamu tidak mengecek tanggal kemasan sebelum memasak?!" Sembur Ansel lagi.

Clara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengaku kalau memang sering lalai memeriksa tanggal expired di kemasan makanan. Tapi mana mungkin Ansel menyimpan bahan makanan expired di kulkasnya kan?

"Memangnya ada apa?" Imbuh Clara masih tidak mengerti.

"Makanan yang kamu masak semuanya sudah kadaluarsa!"

Related chapters

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 6

    Gara-gara bahan masakan yang digunakan Clara tadi pagi, kini baik Clara maupun Ansel tergolek lemas karena keracunan makanan. Clara terpaksa izin untuk pulang kerja lebih awal karena fisiknya yang terasa sangat tidak sehat. Sementara Ansel harus absen dari kuliahnya karena ia terus bolak balik ke kamar mandi.Clara terduduk lemas di sofa apartemen bersama Ansel yang terguling di sampingnya. Mereka sudah ke dokter dan mendapatkan obat untuk mengurangi gejala keracunan makanan yang dialami. Namun urusan perut mereka yang terus menerus mual tampaknya belum kunjung berhenti.Mereka berdua sedang menatap kosong ke TV tanpa melakukan apapun. Lalu tiba-tiba Ansel berlari menuju kamar mandi lagi. Perutnya mules dan terus memanggil Ansel untuk ke kamar mandi."Sialan! Aku harus ke kamar mandi!" Seru Ansel sembari berlari meninggalkan Clara.Gadis itu melihat teman serumahnya dengan tatapan geli. Ia tertawa lemas karena Ansel terlihat seperti orang bodoh. Namun tak lama kemudian perut Clara iku

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 7

    Satu persyaratan yang diberikan perusahaan modeling itu membuat Clara menjadi pusing tujuh keliling. Bagaimana mungkin ia bisa membangun portofolionya sebagai model lingerie hanya dalam waktu satu minggu? Clara harus setidaknya memiliki beberapa lingerie yang akan dipakainya. Belum lagi ia harus membayar fotografer untuk melakukan sesi pemotretan! Padahal uangnya sekarang saja sudah sangat minus."Jess, agensi yang aku ceritakan padamu kemarin berkata akan menerimaku sebagai model mereka." Ungkap Clara pada Jessica saat mereka bertemu.Mata Jessica terbelalak. Ia tersenyum sumringah mendengar kabar baik dari temannya itu."Serius? Wah, bagus dong, Clara! Tapi kenapa kamu malah terlihat pusing?" Balas Jessica tidak mengerti.Clara menghela nafas pelan."Iya, karena ada satu syarat yang mereka berikan." Jawab Clara."Apa syaratnya?" Tanya Jessica penasaran."Aku harus punya portofolio sebagai model lingerie." Sambung Clara lesu.Jessica tertawa mendengar kecemasan sahabatnya itu."Oh! K

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 8

    Ansel mengedipkan matanya tak percaya. Apakah gadis ini sudah gila? Mengapa ia memilih pekerjaan yang sangat beresiko seperti itu?"Kamu masih waras kan, Clara?" Tanya Ansel heran.Clara mengangguk."Lalu kenapa kamu mau bekerja seperti ini?" Ujar Ansel kesal."Karena aku butuh uang, Ansel! Bayaran pekerjaan ini sangat tinggi dan pekerjaannya mudah! Sesederhana itu!" Seru Clara sebal.Ansel masih memalingkan wajahnya. Selama ini ia selalu melihat Clara dalam balutan piyama atau pakaian rumah lainnya. Ini pertama kalinya Ansel melihat Clara berpakaian seperti ini dan sejujurnya jantung Ansel menjadi sedikit tidak karuan karenanya."Tenang, Ansel! Tenang! Kamu harus kendalikan dirimu! Kamu bukan buaya darat yang tidak bisa melihat wanita seksi, kan?" Batin Ansel berusaha mengingatkan dirinya.Clara menatap Ansel yang tampak seperti salah tingkah. Seolah tanpa rasa bersalah, Clara dalam balutan pakaian dalam seksi itu berjalan menghampiri Ansel."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Clara bingung.

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 9

    Clara membuka emailnya dengan tidak sabar. Sudah tiga hari berlalu sejak ia mengirimkan portofolionya dan apabila ia memang diterima, seharusnya ia akan mendapatkan balasan dari agensinya hari ini. Jantung Clara berdebar kencang tidak karuan. Ia merasa sangat deg-degan sembari menunggu laman yang ia tuju sedang dimuat."Ada email masuk!" Seru Clara heboh saat melihat email balasan dari agensi yang ia lamar.Dengan mantap Clara membuka email itu dan membaca isinya. Matanya menjelajah setiap kalimat berkali-kali. Seolah tidak percaya, ia kembali membaca surat elektronik itu dari kalimat pertama. Setelah benar-benar yakin, Clara berteriak histeris karena bahagia."Aku diterima! Yeay! Aku diterima kerja!" Seru Clara heboh.Kakinya berjingkat-jingkat bahagia. Clara benar-benar merasakan euforia karena pekerjaan yang ia nanti-nanti akhirnya berhasil ia dapatkan. Dengan semarak ia berloncat dan menari-nari di atas kasurnya. Lalu kepalanya teringat dengan teman serumahnya yang sudah membantun

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 10

    Tanpa terasa, sebulan telah berlalu sejak Clara bekerja sebagai model lingerie. Ia sungguh mencintai pekerjaan barunya karena ia tidak perlu capek-capek mengelap meja hingga malam seperti dulu ketika bekerja di restoran. Bahkan Clara berpikir untuk berhenti bekerja dari restoran itu dan fokus pada kariernya di bidang ini. Namun Clara belum bisa memantapkan hatinya karena ia khawatir Tante Ana malah akan mengkhawatirkan atau bahkan mencurigai pekerjaan barunya.Dan Ansel, meskipun awalnya terasa canggung berpose menantang di depan teman serumahmu, namun lama kelamaan Clara mulai terbiasa melakukannya. Dan tampaknya Ansel juga tidak bertingkah aneh lagi seperti biasanya. "Ah! Betapa menyenangkannya pekerjaan baruku!" Seru Clara bahagia.Ponsel Clara berdenting singkat. Sebuah notifikasi masuk ke dalamnya. Clara baru saja mendapatkan paket dari agensinya dan itu berarti ia harus melakukan pemotretan lagi dalam waktu dekat. Clara berjingkat riang. Pemotretan baru itu artinya penghasilan

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 11

    Ansel baru saja mendapat kabar baik bahwa salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai model mau membantu mereka dalam pemotretan selanjutnya. Dengan semangat membara ia berlari menghampiri Clara yang sedang memasak di dapur mereka. Clara bahkan sampai terkejut karena aksi mendadak Ansel."Clara! Aku punya kabar baik untuk kita!" Seru Ansel bahagia.Clara terhenyak dan menatap Ansel dengan sebal. Apakah Ansel tidak menyadari bahwa Clara adalah manusia yang sangat mudah terkejut? Tidakkah ia sadar bahwa teman serumahnya ini, gadis bernama Clara ini, memiliki jantung yang lemah dan tidak tahan dengan segala spontanitasnya?"Astaga, Ansel! Tenangkan dirimu! Lama-lama aku bisa terkena serangan jantung gara-garamu!" Sembur Clara sewot.Ansel hanya meringis menunjukkan barisan giginya yang rapih dan putih. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Maafkan aku, Clara. Hanya saja aku terlalu senang karena kabar baik ini." Ucap Ansel bersemangat.Clara lalu menyuapkan masakannya langsun

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 12

    Ansel berjalan dengan canggung mendekati Clara. Gadis itu menatapnya tak berkedip. Membuat Ansel semakin salah tingkah."Jangan menatapku seperti itu, Clara. Kamu membuatku malu." Seru Ansel sebal.Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali. Seolah berusaha menyadarkan dirinya sendiri."Ah, maaf Ansel. Hanya saja kamu tampak berbeda." Balas Clara pelan.Marcel tersenyum sumringah sembari menghampiri mereka berdua. Tangannya memegang kamera besar yang akan digunakan untuk pemotretan."Kalian sudah siap? Ayo kita mulai pemotretannya!" Seru Marcel antusias.Dengan kikuk, Clara dan Ansel berjalan ke tempat pemotretan akan dilakukan. Keduanya berdiri berjauhan dan tidak mampu menatap wajah masing-masing."Astaga! Bagaimana aku akan melakukan pemotretan kalau kalian berpose sangat kaku seperti ini?" Ucap Marcel kesal.Ansel mendelik ke arah Marcel. Ia sebal dengan Marcel yang seolah-olah ingin terus mempermalukannya."Ansel, ayo peluk Clara dan Clara, kumohon letakkan tanganmu

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 13

    "Uncle Liem, aku pulang dulu ya!"Clara berpamitan pada Uncle Liem yang sedang asyik menghitung lembaran dollarnya. Pria tua itu hanya melambaikan tangan memberi isyarat yang mempersilahkan Clara pulang. Gadis itu berjalan dengan langkah ringan dan bahagia. Uang pemotretannya kemarin baru saja cair dan hari ini Clara akan mentraktir Ansel sebagai tanda terimakasihnya.Clara berjalan dengan penuh semangat menyusuri barisan pertokoan di kanan dan kirinya. Lalu matanya tertuju pada sebuah poster yang baru saja di tempel di etalase sebuah toko. Toko pakaian dalam wanita. Clara terhenyak. Ia melihat fotonya dipajang disana. Fotonya yang berbalut pakaian dalam seksi ditempelkan di etalase toko dan dilihat oleh ratusan pasang mata."Kenapa fotoku bisa ada disini? Bukankah Miss Grace bilang fotoku tidak akan digunakan di Singapura?!" Ucap Clara panik. Ia segera berlari menjauh dari tempat itu karena orang-orang tampak menyadari bahwa ia adalah model yang ada di poster. Dengan tergopoh-gopoh,

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 120

    Ansel dan Clara tiba di kamar pengantin mereka. Ansel sengaja menyewa kamar dengan pemandangan terbaik di Castle Bromwich Hall, salah satu hotel dengan desain klasik yang paling menakjubkan di Birmingham. Ia akan membuat malam ini menjadi malam paling romantis bagi mereka berdua.Kedua tangan Ansel menggendong Clara layaknya seorang pengantin wanita. Ia membawa istrinya masuk ke dalam kamar itu sembari sesekali mencuri ciuman ke bibir Clara. Tawa Clara terdengar renyah dan menghangatkan hati Ansel.Sesampainya di kamar, Ansel segera menurunkan Clara dan gadis itu berseru senang sembari memeluk Ansel erat."Kita akhirnya menjadi suami isteri, Sayang!" Seru Clara bahagia.Ansel mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Clara. Matanya lalu menatap Clara dengan penuh cinta seolah cinta itu bisa menenggelamkan Clara saat itu juga. Tangan Ansel menarik turun resleting gaun yang dipakai Clara dan pakaian putih itu dengan cepat meluncur ke kedua kaki Clara. "Tidak sabar lagi, hmm?" Goda Cla

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 119

    Semuanya bak mimpi yang begitu indah. Taman yang cantik ini, suasana yang begitu romantis, dan Ansel yang berlutut dengan cincin di hadapannya. Clara begitu terkejut hingga ia tak bisa mengatakan apapun. Satu-satunya reaksi yang bisa ia keluarkan hanyalah menangis. Tangisan haru yang meleleh dari kedua matanya."Clara Deolindra, will you marry me?"Ansel mengatakan itu dengan senyuman yang begitu lebar. Seolah kebahagiaan begitu besar ada di depan matanya sekarang."Aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan masa depan dimana tidak ada kamu di dalamnya. Dan kejadian kemarin membuat aku sadar betapa aku tidak ingin kehilangan dirimu." Ujar Ansel lembut.Ia mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Clara yang menangis terharu. "Jadi, maukah kamu bersamaku selamanya sebagai isteriku, Sayang?"Tak ada keraguan sama sekali di hati Clara. Sejak lama ia mendambakan hari dimana Ansel akan melamarnya. Berandai-andai dengan mimpi yang sepertinya tak akan pernah tergapai

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 118

    Kondisi Clara sudah jauh membaik sejak kesadarannya pulih. Alat bantu yang mempertahankan hidupnya sudah dilepaskan satu persatu dan bahkan Clara sudah diperbolehkan untuk keluar dari ruangannya untuk berjalan-jalan sejenak.Dan kebahagiaan teramat besar dirasakan Ansel, Elliott, serta Adeline. Bagaikan diberi keajaiban yang luar biasa, ketiganya tak henti tersenyum setiap kali melihat perkembangan pada kondisi Clara.Hari ini, tepat tiga minggu Clara berada di rumah sakit. Hari ini juga merupakan hari dimana dokter sudah memperbolehkan Clara untuk pulang. Pukul sebelas siang, Ansel dan Clara siap pergi meninggalkan rumah sakit itu. Ansel mendorong Clara yang berada di atas kursi roda untuk menyusuri koridor rumah sakit."Kita akan pulang hari ini, Sayang. Kamu senang?" Tanya Ansel bersemangat.Clara mengangguk mantap. Sejujurnya ia sudah sangat muak berada di rumah sakit. Tidak bisa melakukan apapun dan yang ia lakukan hanyalah terbaring di ranjang seharian. Clara merindukan rutinita

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 117

    Kedua pria itu begitu larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Ansel memutuskan untuk memecahkan keheningan dengan menegur sang ayah."Ada apa, Dad?"Elliott berdeham. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah puteranya itu. Tatapannya serius dan Ansel seolah mengerti apa yang ingin dikatakan ayahnya saat itu."Tentang Mom?" Tanya Ansel pelan.Elliott mengangguk. Ansel mengusap wajahnya dengan kasar."Ada apa lagi? Apa yang Mom keluhkan kepadamu kali ini?""Aku memintamu untuk memaafkan Mom, Ansel. Apakah kamu bisa melakukannya?" Elliott bertanya dengan begitu hati-hati. Ia tahu permintaannya itu sangat sulit dikabulkan Ansel sekarang. Setidaknya hingga Clara sadar.Ansel tertawa pahit. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Clara yang masih terbaring dalam koma di atas ranjangnya."Setelah semua hinaan yang diberikannya pada Clara, Dad? Kurasa tidak, Dad." Ucap Ansel lirih.Elliott menghela nafas berat. Ia memegang pundak Ansel dan meremasnya pelan. Puteranya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 116

    Tiga hari berselang, kondisi Clara dinyatakan jauh lebih baik. Walaupun belum sadar dari pingsannya, Clara sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan umum. Dan Ansel bisa merawat kekasihnya dan berada di sisinya setiap saat."Iya, Clara akan baik-baik saja, Bu. Maafkan aku karena semua ini terjadi saat Clara bersamaku. Tapi aku berjanji aku akan merawat Clara dengan baik." Ansel mengakhiri pembicaraannya di telepon. Ia menatap layar ponselnya dengan kosong. Helaan nafasnya terdengar berat namun Ansel memaksakan senyum tersungging di bibirnya.Ia kembali masuk ke kamar tempat Clara dirawat dan duduk di sisi ranjang."Ibumu menelepon, Sayang. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Tapi aku sudah mengatakan kepadanya bahwa kamu akan baik-baik saja. Iya kan?"Hening. Gadis yang ditanya pun tidak menjawab apa-apa. Clara masih tertidur bak puteri di dalam dongeng. Wajah cantiknya tampak pucat dan Ansel tersenyum getir melihatnya.Ansel meraih tangan kekasihnya itu, meremasnya lembut, dan menciumnya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 115

    Kabar itu datang bagaikan petir di siang bolong. Menyadarkan Ansel dari segala lamunannya dan menghentakkannya kembali ke bumi. Begitu hancur hingga rasanya ia tak sanggup untuk menatap lurus ke depan.Dua kata. Hanya dua kata yang dikatakan ibunya di telepon. Tapi dua kata itu sukses menjungkirbalikkaan kehidupan Ansel. Membuatnya berlari dengan nafas memburu seperti orang gila.Clara kecelakaan. Kekasihnya mengalami kecelakaan. Dan bagaimana keadaan Clara sekarang? Apakah ia baik-baik saja? Astaga, Ansel bahkan belum sempat berbicara dengannya tentang kesalahpahaman kemarin. Dan semuanya sudah menjadi kacau seperti ini dalam satu kedipan mata.Dengan terburu-buru, Ansel memacu mobilnya ke rumah sakit tempat Clara dilarikan. Ia tak peduli bagaimana kacaunya ia terlihat saat itu. Persetan dengan dasinya yang masih belum terikat dan sepatunya yang ia pakai secara asal-asalan. Yang terpenting bagi Ansel sekarang hanyalah melihat Clara. Tidak ada yang lain.Dua puluh menit memacu mobilny

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 114

    Entah berapa kali Clara mengutuk dirinya sendiri dan hati lembutnya ini. Ia sudah bertekad bahwa ia akan mengabaikan Ansel dan benar-benar menunjukkan kemarahannya. Namun sekarang, disinilah ia. Berjalan di pusat perbelanjaan Edinburgh mencari oleh-oleh untuk orang-orang yang ia sayangi. Hiasan kristal untuk Adeline, wiski untuk Elliott, dan wine serta parfum untuk Ansel.Ah, kenapa Clara bodoh sekali? Kenapa ia masih saja mau menghabiskan waktu dan uangnya untuk mereka yang bahkan tidak peduli dengannya?Tapi seperti itulah Clara. Beginilah cara ia menunjukkan rasa cintanya. Tak peduli seberapa kesalnya ia dengan orang-orang itu (kecuali Elliott, tentu saja), Clara tetap akan tersenyum lebar dan memberikan oleh-oleh ini kepada mereka."Semoga mereka menyukainya." Gumam Clara sembari mendorong troli belanjanya menuju kasir.Penerbangannya dua jam lagi dan Clara sekarang tengah menunggu pesawatnya di bandara. Ia melirik ponselnya lagi. Lagi-lagi panggilan dari Ansel. Untuk pertama kali

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 113

    Pemotretan di Edinburgh benar-benar menyenangkan. Clara diharuskan berfoto di lokasi yang sedikit menantang yaitu di atas tebing St. Abbs. Dengan angin yang bertiup begitu kencang dan ombak yang menerpa dengan deras di bawahnya, tentu saja berfoto dengan menggunakan dua potong lingerie menjadi hal yang sedikit sulit untuk dilakukan.Tapi Clara menyukainya. Tidak, bukan hanya sekedar menyukainya. Clara benar-benar menikmatinya. Dan setidaknya kesibukannya ini akan mengalihkan perhatian Clara dari masalahnya dengan Ansel."Memangnya Ansel saja yang bisa sibuk bekerja?"Jepretan demi jepretan di ambil dan puluhan hasil foto yang tampak luar biasa benar-benar membuat Clara kagum. Jika ia adalah dirinya dua tahun lalu, maka mungkin Clara tidak akan pernah menyangka bahwa ia bisa bergaya sebagus itu. Layaknya seorang model profesional.Tapi Clara yang sekarang berbeda dengan Clara yang dulu. Ia sekarang adalah satu di antara deretan model La Perla. Dan juga salah satu model yang melenggok d

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 112

    Pikiran Ansel benar-benar kalut. Hatinya tidak tenang karena rasa gelisah. Wajah terakhir yang ia lihat sebelum Clara pergi tadi pagi adalah hal yang paling tidak bisa ia lupakan. Kekasihnya itu benar-benar kecewa dan terluka. Matanya sembab karena menangis begitu hebat. Dan semua itu disebabkan oleh Ansel. Ansel dan segala egoismenya yang tidak bisa ia bendung.Dan karena itu pula Ansel tidak bisa fokus bekerja sejak tadi. Pikirannya selalu kembali kepada Clara dan Clara lagi. Rapat hari itu bahkan berjalan terasa sangat lambat karena Ansel tidak bisa meraih ponselnya untuk menghubungi kekasihnya itu."Jadi bagaimana, Tuan Brooks? Konsep iklan yang mana yang menurut Anda paling baik?"Pertanyaan dari salah seorang karyawannya menyadarkan Ansel dari kekalutannya. Ia segera mengerjapkan matanya berkali-kali dan mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya.Sadar, Ansel! Ada proyek senilai lima juta poundsterling yang harus kamu selesaikan!Ansel meninjau konsep yang dibuat oleh timnya

DMCA.com Protection Status