"Tidak mungkin! Resna Demario!!!"Laki-laki yang disebut namanya itu hanya menyeringai ke arah Galaksi.BBBBBRRRRRRRRAAAAAAAAAKKKKKKKKK!!!Atap ruang itu jebol. Seorang wanita muncul dari reruntuhan."Yaaahhhooooo!!! Kalian semua!!!" Suara cempreng itu berteriak keras. Kedua lengannya sudah teracung bertransformasi menjadi basoka."Aurora???" Galaksi nyaris tak percaya jika Aurora bisa muncul di sini."Cepat bangun Gala. Emangnya lo mau dibawa tuh Om-om sangar ya?" Om-om sangar yang dimaksud oleh Aurora tentu saja Resna."Penyusup! Pasukan penjaga serang!!!" Teriak MC acara lelang tersebut.Tak berapa lama kemudian anggota mafia Mata Iblis berderap mendekat. Mereka mengepung area panggung seraya melindungi para peserta lelang di belakangnya."Bangun? Aku diikat Ra!""Ya ampun Galak, rantai berapa sih kekuatannya? Aktifin IWS lah. Itumah nggak ada apa-apanya buat lo dalam mode IWS aktif."Eh, masa sih? Galaksi tidak tahu jika IWS juga memberikan daya tenaga tambah yang luar biasa."Cepe
BBRRRRAAAAKKKKKKK!!!Tabrakan ketiga terjadi. Kali ini kapal sudah miring parah. Sebagian air masuk ke dalam kapal. Geladak sudah tergenang. Satukali lagi kapal di tabrak maka wassalam."Woee... Wooeee....!!!"Aurora serasa ditumplek dari atas ranjang. Tubuhnya meluncur cepat ke arah Galaksi.BRAAAKKKK!!!Aurora menabrak Galaksi. Tubuh bocah itu tergencet di antara dinding kapal dan Aurora."Aduuhh! Sorry Gal," ucap Aurora ketika mendapati ekspresi meringis di wajah Galaksi.Galaksi tak menjawab tapi kemudian tampak sigap menyahut lengan Aurora, menariknya mendekat sebelum gadis itu terjungkal lagi saat kapal kembali terhentak di atas permukaan air.Galaksi merapatkan diri ke dinding kapal. Tangan kanannya berpegang pada besi, sementara tangan kirinya mengalung di leher Aurora. Ia berusaha menahan tubuh gadis itu.BBRRRAAAKKK!!!Kapal di tabrak entak sudah yang ke berapa kali. Tapi kali ini serasa bertambah parah. Ranjang yang digunakan Aurora untuk rebahan kali ini meluncur cepat ke a
Galaksi mengerjap bangun karena merasakan panas menyengat tubuhnya. Hari sudah terang benderang saat ia membuka mata. Bahkan matahari sudah bersinar terik. Ini sih sudah seperti pukul sembilan pagi."Whoaa... Si manusia belagu sudah bangun rupanya."Baru juga bangun tidur Galaksi sudah diajak ribut lagi oleh Belinda. Sepertinya gadis ini tak berkah hidupnya jika tidak cari ribut dengan Galaksi."Mulut kalo ngomong dijaga Bel biar nggak kena tabok orang."Ah, mereka berdua ternyata sama saja. Tak ada yang ingin mengalah satu sama lain. Galaksi kesal saja dengan Belinda. Padahal ia tak pernah mencari gara-gara tapi selalu dimusuhi oleh gadis itu. Bahkan alasan memusuhinya sangat tidak masuk akal bagi Galaksi."Bangun Gal. Kita dah nunggu lo buat sarapan nih." Aurora mendekat. Gadis itu sekarang hanya mengenakan stelan kaos pendek dan hotpants. Kaki jenjangnya di pamerkan begitu saja."Kau tak bisa pakai celana yang lebih panjang sedikit?" Tanya Galaksi.Bukan bermaksud apa-apa. Tapi dal
Tabung-tabung kaca berisi cairan bening berwarna kehijauan memenuhi seluruh ruangan laboratorium. Sehendaknya ada ratusan tabung berisi tubuh manusia tanpa sehelai benang pun. Tubuh mereka melayang di dalam cairan, matanya terpejam sempurna. Ada selang panjang dari masing-masing tabung yang terhubung dengan sebuah mesin.Sreekkkkk!!!Pintu bergeser terbuka.Tuk! Tuk! Tuk!Langkah seseorang yang baru datang itu menggema.Profesor Faran menoleh."Rensa?" Ia terkejut melihat kedatangan Resan ke laboratorium. Sudah lama pria itu tak pernah datang.Resna tak berkata apapun. Ia berjalan mendekat, melihat isi tabung secara bergantian. Saat itulah ada satu tabung yang berderak pecah.KRAKK!!!PPYYAAARRRRR!!!Seluruh cairan di dalam tabung itu berhamburan di lantai. Tubuh manusia di dalamnya teronggok begitu saja. Resna berhenti melangkah. Sepatunya tergenang cairan hijau bening."Berapa banyak tabung yang gagal?" Tanya Resna tanpa menoleh pada profesor Faran."Dalam satu bulan ini ada sekitar
Saat digiring menuju lapangan Galaksi tidak sengaja memandang seorang bocah laki-laki yang berdiri di atas tebing. Bocah itu juga tengah melihat Galaksi. Seperti sedang menelisik sesuatu.Orang-orang bersenjata parang itu membawa Galaksi dan yang lainnya langsung menuju lapangan desa. Rupanya di sana sudah menunggu beberapa orang yang terlihat memiliki jabatan penting di dalam desa ini.Seseorang mendorong punggung Galaksi."Cepet jalannya!"Galaksi berbalik dengan cepat. Matanya telah berubah menjadi biru.BBBUUUUMMMM!!!Ya, tak ada yang menyangka jika Galaksi akan menyerang seperti ini. Orang yang terkena serangan Galaksi terkapar di atas rumput hijau dengan dada jebol. Mustahil bisa hidup jika hanya manusia biasa."JANGAN MENYENTUHKU!!!" Teriaknya yang membuat seluruh orang terkejut."HAHHH???""Galaksi itu kenapa? Kenapa dia sangat over protektif terhadap dirinya sendiri? Mengapa ia tidak segan menyerang siapapun yang berusaha mendekatinya? Ini seperti tidak wajar." Bu Sukma mempe
"Apa itu tadi?" Tanya Galaksi heran."Tidak usah dilihat maupun dipikirkan. Kelak kau akan tahu sendiri jika tinggal beberapa waktu di wilayah pulau ke dua," jawab Gavin.Kalian pikir Galaksi akan menurut dengan ucapan Gavin? Jangan harap. Larangan bagi Arsen malah seperti perintah. Dia memang tidak banyak berbicara tapi tingkahnya yang selalu berbuat sesukanya tanpa kompromi dengan siapapun ini membuat Belinda selalu uring-uringan.Sekarang saja Galaksi bahkan sudah mulai berjalan meninggalkan lapangan. Tidak perduli berapa banyak orang yang berteriak melarangnya pergi."Udah biar gue yang ngikutin. Pawangnya Galaksi nih," kata Aurora dengan pedenya.Bayangan hitam itu bergerak menuju desa. Penduduk cepat-cepat menutup seluruh rumahnya rapat-rapat sampai tak ada celah sedikitpun yang terbuka. Raut wajah mereka ketakutan. Bahkan anak-anak yang tadi tertawa riang bermain di pekarangan rumah sekarang pontang-panting berlarian cepat-cepat masuk rumah. Melihat tingkah aneh penduduk desa G
Galaksi terus menerus berjalan menyusuri seluruh wilayah pedesaan. Ia ingin tahu lebih banyak penderitaan negeri ini di pulau kedua. Hingga matahari jatuh ke berat dua bocah itu belum juga kembali. Padahal Aurora sudah merasakan pegal-pegal pada kedua kakinya tapi Galaksi justru menunjukkan tanda-tanda tak memiliki rasa lelah."Kalian di sini rupanya?" Tanya Gavin yang menemukan mereka masih berdiri di pinggiran ladang."Ayah, menyuruh kalian pulang. Hari sebentar lagi malam."Galaksi tak acuh. Ia menganggap seolah Gavin adalah mahluk tak berwujud."Gal..." Aurora menggoyang lengan Galaksi. "Ikut Gavin dulu yok. Kaki gue pegel banget. Lo gak brenti jalan setengah hari masih nggak kerasa capek apa gimana? Dah kayak robot aja lo."Galaksi masih diam tak menggubris."Kalo lo besok mau lanjutin keliling seluruh pulau gue temenin lagi deh tapi please malam ini kita rehat dulu." Jurus rayu-rayu Aurora dikeluarkan. Bagaimanapun menghadapi Galaksi biasanya agak luluh jika dengan cara yang lem
Di rumah kediaman keluarga Daneswara Mrs. Jean Daneswara menggelar pesta pengangkatan Ansen sebagai pewaris perusahaan. Pesta diadakan dengan sangat meriah. Orang-orang elit negeri Erenda Raya turut hadir. Mereka dijamu dengan menu makanan dan minuman yang sangat berkelas. Koki-koki terbaik dipanggil untuk kebutuhan pesta."Selamat atas keberhasilanmu Maam." Antariksa datang ke pesta tersebut untuk memberikan ucapan selamat pada Mrs. Jean Daneswara."Terimakasih Antariksa. Semua berkat bantuan darimu."Dua wanita itu sama-sama tersenyum jahat.Seperti dugaan Arsen dua wanita itu memang bersekongkol untuk meraih kepentingan masing-masing."Kudengar kau baru saja kehilangan uang 8 triliun dalam semalam?" Tanya Mrs. Jean."Oh, soal bocah pengguna IWS itu? Yah, seperti yang kau dengar Maam. Kabar itu benar adanya. Tapi, aku pasti bisa mendapatkannya lagi nanti.""Jika melihat kemampuanmu sepertinya ucapan itu akan segera menjadi kenyataan."Mrs. Jean menyesap anggun di tangannya."Tadinya