Suara dentumannya memecah langit. Karena itu adalah sihir angin, ombaknya jadi memecah tak karuan. Sementara sosok Fara yang berdiri di atas pusaran angin melihat bagaimana air laut itu berubah menjadi merah. Potongan daging dari tubuh Rei bermunculan dan tersapu ke arah pantai.
Namun cara kedua matanya menatap kosong menunjukkan hasrat membunuh itu belum terpenuhi. Orang yang sudah membantai keluarganya harus dibunuh ribuan kali.
Gitar itu dipetik lagi. Ada nada tertentu untuk menciptakan dimensi, yaitu petikan ni, san, ichi [1]. Seketika air laut itu surut dengan cepat, digantikan padang rumput yang terbentang luas.
Tubuh Rei yang tak lagi berbentuk itu mengeluarkan cahaya lagi, lalu meledak. Fara yang merasa Celia bukan ancaman apapun merasa gengsi jika harus menggunakan sihir anginnya. Jadi ia meluncur sambil mengarahkan pisaunya pada Celia.
"Bunuh!!!"
Celia yang hanya bisa be
"Dania-chan, apa kau melihatnya?" tanya Celia. Kuda yang mereka tunggangi melesat cepat menuju istana, irama ketukan kakinya mengisi keheningan malam."Melihat apa maksudnya?""Pertukaran tubuh kami ..." kata Celia."Ya, aku hanya melihat cahaya yang kemudian meledak," jawab Dania, "Apa itu gejala dari pertukaran tubuh yang pernah dibicarakan raja?" tanyanya.Celia mengangguk."Apa ada hal tertentu yang dapat memicu pertukaran tubuh?"Wajah Celiat terangkat, ia kira Dania sudah mengetahui hal ini, "Seharga nyawa, mungkin?"Jawaban itu membuat Dania yang fokus memacu kudanya jadi menolehkan kepala pada Celia. Ia memasang wajah terkejut."Ngomong-ngomong, Dania-chan. Aku sangat berterima kasih," ujar Rei."Kata itu lagi, tak perlu sungkan, sebagai teman, sudah sepatutnya untuk saling membantu bukan?" Dania tersenyum padanya .Setelah siksaan yang rasanya masih membekas, kalimat ini jadi terasa seperti penawar, Celia
Rei menatap sekeliling, mengingat apa saja hal yang seharusnya ada di tempat ini."Kau bisa bertanya lebih dulu, Celia-chan," ujar Rei.Celia mengangguk, "Kita ada dimana sekarang?""Seperti yang kau lihat, kita berada di istana awan." jawab Rei. Lalu ia menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan peristiwa yang telah menimpanya saat bertemu dengan lima gadis cantik itu.Celia terdiam sejenak, penjelasan Rei barusan mengingatkannya pada kejadian di alam perantara."Rei-kun," panggilnya, "Sebenarnya aku pernah bertemu dengan orang yang sangat mirip denganmu di suatu tempat, kejadian waktunya juga sama saat kau masih belum juga sadar.""Oh, dimana?""Dunia yang disebut alam perantara.""Bisa kau jelaskan lebih detil bagaimana perawakan orang itu?"Lalu Celia menceritakan semua yang menyangkut tentangnya, sepasang sayap hitam yang mengepak menakutkan, dan juga tentang hadirnya seorang gadis cantik yang juga memiliki k
Rei menggendong tubuh Celia dan membawanya ke sebuah kamar di lantai dua. Rei lalu membaringkan tubuh Celia di atas kasur, sementara tangan gadis itu masih merangkul lehernya."Kau yakin dengan ini, Celia-chan?" tanya Rei. Tapi Celia dengan wajah tersipunya malah memalingkan wajahnya dari menatap Rei."Celia-chan?""Rei-kun," panggil Celia tiba-tiba."Ya?"Celia tampak ragu mengucapkan sesuatu, tapi kemudian ia mengatakannya, "Bisakah aku memintamu untuk berjanji padaku?""Tentang apa?" tanya Rei."Sedekat apapun nantinya hubunganmu dengan para gadis itu, berjanjilah untuk jangan sampai kau melakukannya dengan mereka," ujar Celia masih memalingkan wajahnya dari menatap Rei dengan wajah cemas.Sejenak tertegun, tapi Rei yang melihat ekspresi imut Celia jadi mengangguk, "Baiklah, aku berjanji," jawab Rei dengan senyuman.Barulah setelah mendengar itu Celia langsung melihat kedua mata Rei dan tersenyum puas. Sementara Rei s
Spontan Celia terkejut. Sejenak, ia melupakan fakta kalau tetua Paxley adalah seorang magister tingkat lanjutan. Bahkan jika ia berbohong, deteksinya tak luput dari semua itu."Eh, tapi tolong anda jangan salah sangka lebih dulu. Ini bukan seperti dia benar-benar hendak menyakitiku," jawab Celia terbata, takut jika mengatakan sesuatu yang salah.Tuan Paxley menghela napas kecewa, "Lalu, kau tau alasannya kenapa dia melakukan hal itu padamu?" tanyanya.Celia bingung dari mana ia perlu menjelaskan."Lewith-sama," panggil Rei, "Maaf atas kelancanganku, tapi apakah anda tau sesuatu tentang masa lalu Fara?""Masa lalunya?"Celia mengangguk, "Kejadian ini sebenarnya murni kesalahpahaman, Fara yang tak bisa lepas dari masa lalunya merasa bahwa Rei adalah penyebab dari masa lalu kelam itu.""Jadi dia membalaskan dendamnya pada Rei-dono?""Ya, seperti yang kubilang tadi, itu hanya kesalah pahamannya," jelas Rei.Tuan Paxley menye
Kalimat yang langsung menjurus itu seketika membuat wajah Lumine tertegun dan menatap keduanya secara bergantian, terlebih ia menatap Fara cemas, karena gadis itu tertunduk seperti kehilangan kata-katanya."Bukankah seharusnya anda sudah mengetahui itu, Lewith-sama?" tanya Fara pelan.Lumine spontan tertegun, tapi terlalu tidak sopan jika ia ikut masuk dalam obrolan.Tuan Paxley mengiyakan pertanyaan itu, "Kurang lebih, apa kau sampai beralih ke demon form?"Senyap, diamnya Fara berarti tidak menyangkal. Setelah Lewith menyadari kebenaran itu, Fara lalu mencurahkan isi pikirannya."Apa anda ingat saat itu anda menemuiku tengah duduk di depan tungku api, Lewith-sama?" tanya Fara.Lewith dengan wajah wibawanya mengangguk, ia masih ingat semua kejadian itu. Ia ingat bagaimana gadis kecil tak berdaya yang berusaha terlihat tegar itu memendam perasaannya sendirian. Hin
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k
"Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda
"Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha
Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R
Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga
"Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m