Share

Di Pantulan Air

Author: Sasaaki
last update Last Updated: 2021-09-12 09:01:42

Kedua mata Rei mengerjap-ngerjap. Tidurnya terganggu oleh cahaya matahari yang memaksa masuk ke pelupuk mata. Tubuhnya terasa hangat karena tersiram cahaya itu, Rei duduk terbangun dan mendapati dirinya berada di dalam hutan.

"Dimana ini?" ia bergumam

Ada cukup jarak di antara pepohonan yang membuat sinar matahari hanya terfokus pada tubuhnya. Kedua matanya menatap sekeliling, otaknya berpikir tentang apa yang sebenarnya telah terjadi.

Saat memori yang dicarinya itu masuk, Rei tersentak dan spontan berdiri, membuat tas yang dibawanya terjatuh "Celia? Apa kau di sana?"

Pikirannya bingung, ia ingat sekali bagaimana kejadian sebelumnya saat ia melompat untuk menyelamatkan Celia, tapi gadis itu juga malah melakukan hal yang sama, dan berakhir dengan tanpa seorangpun yang terselamatkan.

Sebelum ia tak sadarkan diri, tubuh Rei terkulai tanpa tenaga, tangannya berusaha menggapai tubuh Celia, dan begitu juga Celia terlihat kesakitan berusaha menggenggam tangan Rei. Mereka tersenyum satu sama lain, air mata mengalir yang mengartikan sebuah kata maaf karena tak bisa menyelamatkanmu.

Tapi menyadari tubuhnya masih utuh dan terbangun di tempat yang tidak seharusnya. Maksudku, apa-apaan orang yang terluka malah dibawa ke hutan bukannya dibawa ke rumah sakit untuk di rawat!? Rei berpikir kalau Celia juga mengalami hal yang sama.

"Celia?!"

Kaki Rei mulai melangkah menelusuri, kemudian terkejut karena mendengar sesuatu, "Rei-kun?"

"Celia?"

"Rei-kun?"

Rei melangkahkan kakinya lebih cepat, mencari sumber suara yang sebenarnya terdengar sangat dekat.

"Celia, kau dimana?" teriak Rei sedikit panik. Di lubuk hatinya, ia tau ini tempat tak dikenal yang mungkin berbahaya jika ia bersuara terlalu keras, tapi akan lebih berbahaya lagi jika ia terpisah dengan Celia di tempat tak dikenal ini.

"Aku tidak tau, Rei! Sekelilingku hanya dipenuhi oleh pohon! Apa ini yang disebut hutan?"

Kalau situasinya berbeda, mungkin Rei akan tertawa, mengejek putri CEO yang biasa hidup mewah itu.

"Tapi, aku sama sekali tidak bisa menemukan dirimu, Celia. Suaramu bahkan terdengar sangat dekat!" Rei jadi lebih panik dari sebelumnya. Tangannya menyibak semak belukar untuk lewat.

"Benarkah? Aku pikir hanya aku yang merasa seperti itu," kalimat Celia malah membuat langkah Rei tertahan dengan reaksi terkejut.

"Maksudmu, kau juga merasa kalau aku berada di dekatmu?"

"Itu benar. Tapi aku sama sekali tidak bisa melihatmu. Terlebih lagi, kenapa ini? Kenapa tubuhku bergerak dengan sendirinya? Berlari seolah punya kehendak sendiri," jelas Celia.

Rei tak menanggapi, mendengar itu membuatnya terjun dalam pikiran.

"Rei-kun?"

Berbagai kemungkinan itu mulai terbentuk di benaknya.

"Rei-kun ada apa? Aduh, kenapa sih! aku ingin melihat sekeliling, tapi tubuhku tidak bisa digerakkan!"

Satu hal yang menjadi kemungkinan terbesar membuat Rei tersentak dan berlari cepat tanpa aba-aba.

"Loh? kenapa tiba-tiba lari ? Aneh sekali!" suara Celia terdengar menggema di pikiran Rei.

Ia berlari menuruni bukit, tapi teringat kalau ia meninggalkan tasnya, jadi ia kembali untuk membawa tas itu lebih dulu.

"Maunya apa sih, ini tubuh?"

"Tahan Celia, aku ingin memastikan keadaannya," Rei berlari, menyibak ranting, melompati semak menuju sungai yang berada di kaki bukit dari arah matahari terbenam.

Sungainya terlihat sangat jelas di lihat dari tempat ia berlari, tapi jalan yang ia lalui tidak bisa diprediksi. Benar saja, kakinya tersandung cekungan tanah.

"Ah tidak!"

Tubuh Rei jatuh dan berguling-guling sebelum akhirnya berhenti tepat di dekat sungai. Tasnya terlempar jauh dari situ.

"Rei, kau baik-baik saja? Tubuhku barusan seperti berputar-putar."

Rei yang merasa kesakitan berusaha bangkit untuk merangkak ke arah bibir sungai.

"Rei-kun kau dengar aku?"

Rei meringis, ia memaksakan tubuhnya untuk menatap wajahnya di pantulan air sungai.

"Celia, apa kau bisa melihat wajahmu?" tanya Rei.

"Aku melihatnya. Ah, itu kah dirimu, Rei? Kenapa wajahmu begitu kotor, itu benar kau, kan?"

Rei yang menahan rasa sakit berusaha tersenyum, "Iya itu aku."

Celia bisa melihatku tapi aku tidak bisa melihatnya dari pantulan air.

"Ah, syukurlah, sebaiknya kau cepat membersihkan lukamu."

Rei menghela nafas panjang. Ia mencuci wajahnya dengan air sungai, mengambil tas dan menyandarkan punggungnya pada batang pohon.

"Hei, Rei-kun."

"Ada apa, Celia-chan?"

"Apa kau tidak masalah dengan hal ini?" tanya Celia dengan nada sedih.

"Kau sudah paham keadaannya?"

"Aku pikir ini sudah jelas. Tapi kau tak perlu khawatir, meski kau yang memegang kendali tubuh, tubuh yang aku lihat ini tetaplah tubuhku, bukan tubuh lelakimu." Celia memberitahu keadaan.

"Aku justru malah mengkhawatirkan itu. Kau tentu tidak bisa terus hidup bergantung padaku seperti inikan? Kita perlu mencari solusi untuk ini."

"Aku sendiri tidak masalah."

Rei mengerutkan dahi, "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Kau jangan salah paham ya, Rei. Ini bukan seperti aku nyaman tetap seperti ini. Aku hanya tidak mau kau memaksakan diri dengan hal yang tidak pasti. Sebaiknya kita jalani saja, dan setelah semua potongan puzzle telah kita temui, kita bisa merangkainya bersama."

"Kau jadi terdengar seperti motivator, haha!" Rei tertawa terhibur.

"Bodoh! Aku hanya cemas dengan keadaanmu, dasar Rei bodoh!"

"Kalau begitu, aku juga akan mencemaskanmu."

"Aku tidak butuh rasa cemas orang yang tidak bisa diandalkan! Hmph!"

"Heee, baiklah. Waktu terus berputar dan kita harus segera mengukir jejak."

Rei berjalan menelusuri arah sungai. Di lihat dari bentuknya yang agak lebar, hulu sungai ini pasti sebuah danau yang cukup luas. Rei berjalan tertatih sesekali memandangi sekitar.

"Rei, kau dengar sesuatu?" tanya Celia.

Rei menghentikan langkah, "Ah kau benar, itu terdengar seperti teriakan seseorang," Rei menopang tubuhnya pada batang pohon. Setelah mengisi tenaga sejenak, Rei melangkah menuju arah suara.

"Rei, kau tidak bermaksud menyelamatkan orang itu kan?"

"Aku hanya akan mengeceknya Celia. Kita tidak tau apa yang terjadi kalau kita tidak melihatnya."

"Itu teriakan minta tolong Rei. Kau taukan ada korban ada pelaku! Sebaiknya lebih perhatikan kondisimu dulu sekarang!"

"Percaya padaku, Celia. Aku pasti akan baik-baik saja.'

"Muuh Rei! Kau selalu saja berbuat hal bodoh!"

Itu sebabnya aku tidak bisa berpaling darimu.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Eh, tidak, tidak, tidak! Dasar Rei bodoohh!"

"Ssstt! Kita akan ketahuan kalau bicara keras-keras!"

Celia terdiam malu.

Benar saja, itu teriakan wanita yang sedang minta tolong. Rei dan Celia juga mendengar percakapan yang suaranya terdengar berat, dan mereka begitu terkejut saat suara itu membicarakan hal-hal tidak senonoh.

Related chapters

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Menyelamatkan Gadis Elf

    "Hentikan!" Rei yang merasa telinganya sudah panas, tak tahan untuk menghentikan aksi mereka. Dari balik semak ia muncul, terlihatlah empat sosok pria dengan wajah garang tengah melucuti pakaian seorang gadis. "Dia seorang Elf?" Celia dan Rei tak bisa menahan keterkejutan. "Tolong! Aku mohon tolong aku!" "Diamlah!" "Oi bocah! Apa yang kau lakukan, hah? Tidakkah kau sadar akibat dari tindakanmu itu?" salah satu pria itu memelototinya. Rei menggeram dengan tangan mengepal. Seseorang yang paling kekar di antara mereka tiba-tiba datang dan membisikkan sesuatu pada temannya ini. "Begitukah?" tanyanya setelah mendengar kalimat yang disampaikan. Pria kekar itu mengangguk dan menepuk pundaknya, ia mengambil alih untuk menghadapi Rei. "Aku punya pilihan untukmu, bocah tengik! Jika kau ingin selamat, serah

    Last Updated : 2021-09-12
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Violet Seahalberd

    "Berbicara dengan siapa? Aah, kurasa aku hanya bergumam sendiri." Gadis elf itu tidak mengubah posisi tangannya yang membuat Celia menatapnya berapi-api. "Tidak, aku yakin kau berbicara dengan seseorang. Seorang wanita, kan? Dimana dia sekarang?" Elf itu menatapnya begitu sayu, ia tampak tak bertenaga sama sekali. Andai laki-laki yang menyelamatkannya bukanlah Rei, pikiran Celia yang melihat ekspresi wajah itu sudah terbang entah kemana. Ia tampak begitu mudah untuk diserang. Sementara Rei yang mendengar kalimatnya sedikit terkejut, berpikir bahwa kemungkinan gadis ini tau sesuatu soal situasinya, tapi ia lebih memilih untuk tak serta-merta langsung mempercayai, "Sungguh, aku sendirian nona. Kau bisa lihat di sekitarku tidak ada siapapun." "Apa dia hantu? Atau penunggu bukit ini yang kau kenal? Kau tau, bukit ini terkenal dengan roh penunggunya yang sangat cantik. Juga, laki-laki sepertimu yang sudah m

    Last Updated : 2021-09-12
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Sambutan Hangat

    "Ngomong-ngomong. Apa kakakmu jarang pulang?" Celia bertanya setelah Rei menghabiskan sup makan malamnya. Jalan dari kaki bukit menuju rumah ini cukup dekat. Letaknya tepat di pinggir jalan utama distrik. Lantai bangunannya dibuat lebih tinggi, jadi mereka bisa melihat keramaian jalan dari teras rumah. "Begitulah, kadang ia sampai tidak pulang berbulan-bulan jika sedang ada tugas ekspedisi." Rei cukup terkejut, serentetan pertanyaan jadi muncul di kepalanya, terlebih soal bagaimana kesendirian Violet di tengah ramainya kota seperti ini. "Mendengar ceritamu, mengingatkanku pada dua orang tuaku." "Ah? Orang tuamu memang seperti apa?" "Mereka hanya pekerja keras yang lebih mencintai pekerjaan daripada keluarganya." Rei dan Violet yang mendengar itu jadi ikut merasakan. "Itu pasti cukup sulit," "Tidak, aku sudah terbi

    Last Updated : 2021-09-12
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Usaha Seorang Butler

    Enhem Vinyel "Enhem, kau memang cerdas!" "Yahuu! Malam ini kita akan bermantap-mantap!" "Aku pastikan elf jalang itu tidak akan bisa tidur!" "Jangan lupa soal pria yang membawanya lari! Kita harus memberinya pelajaran!" Tiga orang yang ikut menemani Enhem untuk menyelinap sahut-menyahut seolah ini hari terbaik mereka. Mereka menamakannya sebagai rencana balas dendam. Obrolan yang dibicarakan sudah bukan tentang kemanusiaan lagi. Enhem terdiam, ia hanya perlu membuat para durjana ini mengikuti arahannya kemudian ia jadikan sebagai umpan. Enhem bukan teman mereka, mereka hanya tiga orang menyedihkan yang kebetulan ia temui saat tengah mencari kebenaran tentang roh cantik penunggu bukit beberapa hari yang lalu. Ia melihat mereka selalu mengintai gadis elf yang kebetulan sering lewat, yang ke

    Last Updated : 2021-09-16
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Lone Angel dan Malam yang Berdarah

    "Rei-kun, kau tau? Aku tidak pernah merasa secemburu ini. Aku selalu ingin ada seseorang yang bisa menyatu dengan tubuhku, tapi aku tidak pernah bisa mendapatkannya. Semakin lama, aku semakin ragu kalau dua jiwa bisa menyatu dalam satu raga, sampai akhirnya kau hadir sebagai penyelamat dan menunjukkan padaku bahwa dirimu itu istimewa. Kau tau Rei-kun? hatiku berdegup kencang setiap kali aku mencium aromamu." Violet menjilat bibirnya untuk membersihkan sisa darah. Rei lemas, tak kuasa mencegah Violet untuk merenggut kendali bibirnya saat ini, Celia sepertinya tak punya tenaga barang mencegah dengan kata-kata. Apa ciuman ini artinya dia akan mengambil jiwaku? Rei terpejam pasrah, sesaat sebelum semua itu menyatu, pintu kamar dibuka secara paksa. "Cukup sampai di situ! Sang Penyendiri!" Violet menghentikan gerakannya, ia bangkit dan berbalik menghadap pada mereka yang mengganggu. Tiga o

    Last Updated : 2021-09-16
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Tiba di Kediaman Paxley

    Ternyata, apa yang terjadi lebih mengejutkan dari pada yang dipikirkan Enhem. "Enhem Vinyel? Terdengar seperti tentara Nazi!" Rei berkomentar ceplos. "Ayolah! Selain sok hebat, ternyata kau juga sok tau banget ya!" cibir Celia ketus. "Eh? Memangnya cara bicaraku seperti terlihat sok begitu?" "Tentu saja, apa-apaan kemarin itu kau bertindak seperti pahlawan wanita! Kalau aku tau akhirnya kau akan hidup kembali, aku tidak akan menangisimu!" "Heee? Celia menangisiku? Xixi, aku cukup tersanjung." "Bodoh! Dasar Rei bodoh! Kau pikir bagaimana perasaanmu saat kehilangan satu-satunya orang yang kau miliki di dunia ini?!" "Hehe, maaf-maaf. Tapi aku sangat senang begitu tau kau sangat mengkhawatirkanku." "Hmmphh! Mau bagaimama lagi, kan? Itu berarti aku masih punya sisi kemanusiaan!" Enhem hanya tersenyum melihat perbincang

    Last Updated : 2021-09-16
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Saudari Kembar

    "Malam itu, Tanoa dan ayah bertengkar setelah dia mengomentari kebiasaannya yang sulit bergaul. Tanoa marah, dia pergi ke hutan di belakang mansion seorang diri. Saat itu, Aamon dan Gossen sedang ada urusan diplomat, jadi hanya aku yang tersisa untuk menghiburnya. Aku begitu bodoh, hanya menatapnya sedih dari jendela tanpa melakukan apapun. Barulah saat itu aku melihat bulan purnama tiba-tiba bercahaya biru. Aku segera berlari keluar kamar dan mengejarnya ke hutan. Dari jauh, aku melihat sosoknya. Mereka berdua tampak bercengkrama kemudian bergandengan tangan menuju hutan lebih dalam. Aku kehilangan jejak Tanoa, melirik kesana-kemari tanpa menemukan apapun. Aku berteriak memanggil, tanpa sadar air mataku jatuh. Sampai akhirnya, bulan itu redup dan bersinar seperti biasa, aku menemukan tubuh Tanoa tergeletak tak berdaya dengan wajah sepucat kertas. Saat itu, Gossen datang mencariku. Dia sudah tiba dari urusan diplomatnya

    Last Updated : 2021-09-16
  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Semangat Baru

    Beruntung, Enhem dengan pendengarannya yang tajam segera tiba. Ia memadamkan api itu bersama Celia sementara Nonoa tampak begitu panik sambil memeluk tubuh saudari kembarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Nonoa-sama, Celia-sama?" Enhem tanpa ragu bertanya. Tapi Nonoa masih panik, ia menggeleng kalau ia juga terkejut dengan apa yang telah terjadi. Rei terdiam, Celia tau dia pasti merasa bersalah, "Bukan apa-apa Enhem-san, yang barusan itu hanya kecelakaan kecil," jelasnya. Enhem yang mulai mengerti situasinya tidak lagi bertanya lebih jauh, ia segera menutup jendela dan memperbaiki posisi tirai. Ada Lucia dan juga Reina yang kebetulan lewat hendak mandi, mereka jadi turut membantu membersihkan serpihan dan bekas minyak yang tumpah. "Celia, tolong dekati Nonoa, aku ingin meminta maaf padanya," pinta Rei. Celia pun melakukannya. "Nonoa-san. Maaf, aku hanya bermaksud untuk membantumu," suara Rei yang terdengar tulus itu sepertinya me

    Last Updated : 2021-09-16

Latest chapter

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Karavan Yuminose

    "Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Desa Berikutnya

    "Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Berkemah

    "Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Pemandian Air Panas

    Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Tanpa Pamit

    Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Sebuah Keputusan

    "Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Sosok Tak Disangka

    "Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Kepergiannya

    "Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te

  • Terjebak di Isekai, Bersamamu   Terpikirkan

    "Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status