Enhem Vinyel
"Enhem, kau memang cerdas!"
"Yahuu! Malam ini kita akan bermantap-mantap!"
"Aku pastikan elf jalang itu tidak akan bisa tidur!"
"Jangan lupa soal pria yang membawanya lari! Kita harus memberinya pelajaran!"
Tiga orang yang ikut menemani Enhem untuk menyelinap sahut-menyahut seolah ini hari terbaik mereka.
Mereka menamakannya sebagai rencana balas dendam. Obrolan yang dibicarakan sudah bukan tentang kemanusiaan lagi.
Enhem terdiam, ia hanya perlu membuat para durjana ini mengikuti arahannya kemudian ia jadikan sebagai umpan.
Enhem bukan teman mereka, mereka hanya tiga orang menyedihkan yang kebetulan ia temui saat tengah mencari kebenaran tentang roh cantik penunggu bukit beberapa hari yang lalu.
Ia melihat mereka selalu mengintai gadis elf yang kebetulan sering lewat, yang kemudian malah menyusun sebuah rencana.
Enhem dasarnya adalah orang baik, ia lahir dari keluarga Vinyel, yang merupakan butler turun-temurun untuk keluarga bangsawan Paxley.
Melihat ada gadis yang hendak dinodai tentu ia tak bisa tinggal diam. Ia hendak mencegah mereka, tapi saat itu ia terkejut saat melihat simbol lone angel tergambar di lengan kanannya.
Untuk alasan yang tidak ia ketahui, penyihir sudah dianggap tabu oleh manusia. Seseorang yang menyebut namanya akan sial, karena ia sama saja mengundang malapetaka untuk desa yang ia tempati.
Lone angel adalah simbol dari Sang Penyendiri. Salah satu dari bentuk pelampiasan emosi manusia. Ia sangat mencintai warna biru, dan setiap malam di mana bulan purnama memancarkan aura biru, saat itulah Sang Penyendiri mendatangi manusia yang tengah dilanda kesedihan dan kesepian. Ia akan menyapanya, menyambutnya, dan senang hati menerima kehidupannya untuk dibawa dalam kedamaian.
Hari itu pun tiba. Di mana malam akan sepenuhnya diterangi cahaya biru rembulan. Enhem berhasil menangkapnya, melucuti pakaiannya untuk memastikan apa yang ia lihat.
"Enhem! Tunggu apa lagi?! Kenapa kau mencegahku? Aku sudah tidak tahan tau!"
"Ck! Kalian ini bodoh atau bagaimana? Menikmati tubuh seorang wanita paling pas ya saat malam hari. Tubuh mereka bisa melepaskan hormon lebih banyak yang membuatmu lebih bahagia 100x lipat daripada melakukannya di siang hari," jelas Enhem mengada-ada. Padahal ia hanya bermaksud untuk membuktikan kebenaran itu dan melepaskannya nanti.
"Whoaaa, Benarkah? Kalau begitu dengan senang hati, aku akan menunggu."
"Seperti yang diharapkan dari kaptrn, kau memang yang terbaik!"
"Betapa beruntungnya kami bertemu denganmu!"
"Hahahhaha!!"
"Le-lepaskan aku, tolong," gadis elf itu berkata lirih. Enhem yang mendengarnya jadi merasa sangat bersalah.
"Tidak sebelum kau melayani kami sampai puas! Hahahah."
"Tidak! Tidak mau! Siapapun toloong! Tolong akuuu!" teriakan ini yang kemudian samar-samar didengar Rei.
"Hei, tidak perlu berteriak nona, kau taukan kita sedang dimana? Tidak akan ada seorangpun yang mendengarmu."
"Apa yang akan kalian lakukan padaku?"
"Apa yang akan kami lakukan? Itu loh, ehem ehem. Lembut, kenyal, basah dan aaaaa, membayangkannya saja cukup untuk membuatku lemas!"
"Aduh, aku sudah tidak tahan. Bolehkah aku menyentuhnya saja? aku ingin sekali bola-bola itu."
"Hentikan!"
Enhem yang daritadi hanya menyimak jadi menoleh ke sumber suara. Melihat seorang pemuda dengan penampilan kotor seperti baru saja dikejar beruang. Ia terkejut karena wajahnya cukup mirip dengan Tuan Gossen. Malah bisa dibilang, ia lebih tampan dengan rambut hitam terurai sedahi dan bola mata yang cukup besar.
"Tolong! kumohon tolong aku!"
Enhem melihat si pemuda tampak terkejut melihat gadis elf yang tengah diikat seperti itu. Tapi yang mengejutkannya kemudian adalah suara perempuan yang begitu dekat tapi tak diketahui darimana asalnya.
"Dia seorang elf?"
Enhem tertegun, mungkinkah dia roh cantik penunggu seperti yang disebut oleh tuan Putrinya, Nonoa Paxley? kenapa dia bisa bersama pria ini?
Mulai itulah, Enhem membuat aktingnya seperti sungguhan. Ia ingin para durjana ini pergi, jadi ia berbisik pada Yonham, memberitahu bahwa ada wanita lain yang bisa mereka ajak senang-senang.
Merekapun pergi mengejar angin hampa. Enhem ingin memberitahu yang sesungguhnya pada pemuda itu tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi menilai tubuhnya sendiri saja tampak sangar, pemuda ini pasti tidak akan mempercayainya. Jadi ia membuat cara lain yang bisa menarik beberapa informasi kecil.
Rahangnya ditendang cukup keras. Ini kali pertama tendangan seseorang begitu telak mengenainya.
Enhem kemudian mendengar percakapan kecil antara si pemuda dan roh cantik penunggu, dan itu cukup untuk menjawab semua pertanyaannya.
____
Akhir musim gugur ini membuat angin malam berhembus cukup dingin. Enhem tidak lewat tangga depan karena itu akan menimbulkan kecurigaan, jadi mereka memanjat untuk masuk lewat pintu belakang.
Terkunci, tapi Enhem punya teknik ala sihir keluarga Paxley untuk menghancurkannya tanpa suara.
Tiga pria menyedihkan ini mulai berbisik kegirangan. Mereka masuk, disambut ruangan tanpa cahaya sama sekali, "gelap sekali," komentar salah satu.
"Ssssttt, perhatikan langkahmu supaya tidak menyenggol sesuatu!"
"Kenapa? Memangnya kita akan menyerang ksatria?! Dia hanya wanita tak berdaya bodoh!"
Namun Enhem jelas berpikir lain. Pendengaran seorang butler dilatih sangat tajam, samar-samar ia mendengar suara erangan. Itu bukan erangan wanita, Enhem ingat suara itu sama persis ketika si pemuda mengeluarkan suara yang sama saat ia dicekik.
***
"Hah, hah, hah, hah," Rei mengatur nafasnya yang terasa sangat sesak. Wajahnya pucat sepucat kertas HVS, tubuhnya lemas, sama sekali tak bisa digerakkan.
"Kenapa kau melakukan ini, Violet?" Celia juga ikut merasakan sesak itu.
"Aku mencintaimu, Rei-kun. Hiduplah bersamaku, hiduplah dalam jiwaku."
Violet mendekatkan wajahnya pada wajah Rei yang terbaring tak berdaya. Hidung mereka bersentuhan, Violet membelai lembut pipinya Rei. Sementara darah yang baru saja mengalir di sudut bibirnya itu kembali menetes.
"Rei-kun, kau tau? Aku tidak pernah merasa secemburu ini. Aku selalu ingin ada seseorang yang bisa menyatu dengan tubuhku, tapi aku tidak pernah bisa mendapatkannya. Semakin lama, aku semakin ragu kalau dua jiwa bisa menyatu dalam satu raga, sampai akhirnya kau hadir sebagai penyelamat dan menunjukkan padaku bahwa dirimu itu istimewa. Kau tau Rei-kun? hatiku berdegup kencang setiap kali aku mencium aromamu." Violet menjilat bibirnya untuk membersihkan sisa darah. Rei lemas, tak kuasa mencegah Violet untuk merenggut kendali bibirnya saat ini, Celia sepertinya tak punya tenaga barang mencegah dengan kata-kata. Apa ciuman ini artinya dia akan mengambil jiwaku? Rei terpejam pasrah, sesaat sebelum semua itu menyatu, pintu kamar dibuka secara paksa. "Cukup sampai di situ! Sang Penyendiri!" Violet menghentikan gerakannya, ia bangkit dan berbalik menghadap pada mereka yang mengganggu. Tiga o
Ternyata, apa yang terjadi lebih mengejutkan dari pada yang dipikirkan Enhem. "Enhem Vinyel? Terdengar seperti tentara Nazi!" Rei berkomentar ceplos. "Ayolah! Selain sok hebat, ternyata kau juga sok tau banget ya!" cibir Celia ketus. "Eh? Memangnya cara bicaraku seperti terlihat sok begitu?" "Tentu saja, apa-apaan kemarin itu kau bertindak seperti pahlawan wanita! Kalau aku tau akhirnya kau akan hidup kembali, aku tidak akan menangisimu!" "Heee? Celia menangisiku? Xixi, aku cukup tersanjung." "Bodoh! Dasar Rei bodoh! Kau pikir bagaimana perasaanmu saat kehilangan satu-satunya orang yang kau miliki di dunia ini?!" "Hehe, maaf-maaf. Tapi aku sangat senang begitu tau kau sangat mengkhawatirkanku." "Hmmphh! Mau bagaimama lagi, kan? Itu berarti aku masih punya sisi kemanusiaan!" Enhem hanya tersenyum melihat perbincang
"Malam itu, Tanoa dan ayah bertengkar setelah dia mengomentari kebiasaannya yang sulit bergaul. Tanoa marah, dia pergi ke hutan di belakang mansion seorang diri. Saat itu, Aamon dan Gossen sedang ada urusan diplomat, jadi hanya aku yang tersisa untuk menghiburnya. Aku begitu bodoh, hanya menatapnya sedih dari jendela tanpa melakukan apapun. Barulah saat itu aku melihat bulan purnama tiba-tiba bercahaya biru. Aku segera berlari keluar kamar dan mengejarnya ke hutan. Dari jauh, aku melihat sosoknya. Mereka berdua tampak bercengkrama kemudian bergandengan tangan menuju hutan lebih dalam. Aku kehilangan jejak Tanoa, melirik kesana-kemari tanpa menemukan apapun. Aku berteriak memanggil, tanpa sadar air mataku jatuh. Sampai akhirnya, bulan itu redup dan bersinar seperti biasa, aku menemukan tubuh Tanoa tergeletak tak berdaya dengan wajah sepucat kertas. Saat itu, Gossen datang mencariku. Dia sudah tiba dari urusan diplomatnya
Beruntung, Enhem dengan pendengarannya yang tajam segera tiba. Ia memadamkan api itu bersama Celia sementara Nonoa tampak begitu panik sambil memeluk tubuh saudari kembarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Nonoa-sama, Celia-sama?" Enhem tanpa ragu bertanya. Tapi Nonoa masih panik, ia menggeleng kalau ia juga terkejut dengan apa yang telah terjadi. Rei terdiam, Celia tau dia pasti merasa bersalah, "Bukan apa-apa Enhem-san, yang barusan itu hanya kecelakaan kecil," jelasnya. Enhem yang mulai mengerti situasinya tidak lagi bertanya lebih jauh, ia segera menutup jendela dan memperbaiki posisi tirai. Ada Lucia dan juga Reina yang kebetulan lewat hendak mandi, mereka jadi turut membantu membersihkan serpihan dan bekas minyak yang tumpah. "Celia, tolong dekati Nonoa, aku ingin meminta maaf padanya," pinta Rei. Celia pun melakukannya. "Nonoa-san. Maaf, aku hanya bermaksud untuk membantumu," suara Rei yang terdengar tulus itu sepertinya me
Sarapan pagi bersama telah selesai, "Terima kasih atas makanannya!" Mereka pun bubar. Gossen dan Aamon akan menghadiri rapat penting, sementara para maid harus sibuk mengurus semua pekerjaan rumah. Tersisa Nonoa yang masih duduk menyesapi teh hijaunya. "Nonoa-san?" Nonoa menatap ke arah Celia. "Nonoa-san, maafkan aku soal semalam," suara Rei terdengar sendu. Nonoa menggeleng dengan tersenyum "Tidak perlu dipikirkan Rei-kun. Maaf membuatmu jadi kepikiran." "Nonoa-san, saat kami dalam perjalanan kemari, kami melihat ada sebuah desa kecil di dekat kediaman Paxley, mau kah kau menemani kami untuk pergi melihat-lihat?" tanya Rei menawarkan. Nonoa tertegun mendengarnya. "Apa kau sedang ada rencana?" Nonoa langsung menggeleng, "Eh, tidak ada kok. Baiklah, aku akan pergi bersama kalian," sahutnya dengan wajah yang tampak lebih cerah sekara
Nonoa terdiam sejenak menatap wajah Celia, kemudian menghela nafas panjang, lalu menatap ke kejauhan, "Ah, itu lain masalah. Setelah aku bercerita panjang tadi, mungkin kalian akan berpikir kalau kalian itu adalah teman Tanoa yang selama ini hilang dari ingatan kami, kan?" Nonoa kemudian menatap mata Celia, "Seperti yang dibicarakan Enhem kemarin malam. Aku ingin memintamu untuk menemui Sang Penyendiri, dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Tanoa dari situasi ini." "Celia-chan, tolong maafkan keegoisanku ini. Aku harap kau bisa mengerti." "Jadi yang terjadi malam itu memang sudah kau rencanakan ya, hebat sekali Nonoa-san ini," Rei tertawa memuji. Sementara Celia masih tenggelam dalam pikirannya. "Celia-chan?" "Celia?" Celia buru-buru mengusir pikirannya, "Maaf aku terlalu banyak berpikir. Tapi, seperti yang aku bilang pada Enhem, aku akan dengan senang hati
"Kenapa, Celia-chan? Apa kau tidak mau?" tanya Nonoa yang melihat Celia masih memikirkan jawabannya. "Hufftt ... Apa kau tidak ingat kalau Rei bisa melihat apa yang aku lihat?" "Kurasa itu tidak masalah selagi tubuhnya tidak bersama kita." "Hee? Tidak, tidak, tidak! Pemandangan itu hal yang dilarang untuk Rei. Hei, Rei! Katakan sesuatu, bukannya malah diam saja!" Rei malah bersiul pura-pura tak dengar. "Rei-kun!" Nonoa tertawa kecil, "Baiklah kalau Celia-chan merasa tidak enak. Aku akan mandi lebih dulu ya!" "Heee ... Kenapa tidak jadi, Nonoa-san?" "Kutimpuk kepalamu, Rei!" "Sayang sekali, Celia." "Bodoh! Dasar Rei bodoh!" Belum selesai keterkejutan itu datang dari Nonoa, para maid datang menawarkan hal yang sama, "Celia-sama, Celia-sama! Ayo kita mandi bareng-bareng berlima?"
Aamon dan Gossen segera mengambil tindakan, hendak membawa tubuh Celia yang tiba-tiba sekarat. Nonoa menatap tak percaya, mulutnya menganga lebar. Sementara nyonya Paxley tetap tenang seolah itu bukan pemandangan yang pertama. "Jangan disentuh!" "Apa maksudmu, bu? Kita harus segera menolongnya!" Nyonya Paxley menggeleng, "Yang kau lakukan itu hanya akan membuat keadaan jadi rumit." Gossen dan Aamon menarik tangannya ragu, mereka kasihan melihat Celia terus meronta dan terbatuk mengeluarkan darah. "Ini tidak bisa dibiarkan!" Gossen tak bisa menahan diri. Ia segera membopong tubuh Celia, tapi tiba-tiba saja kursi melayang dan menghantamnya dari belakang, itu teknik sihir dari nyonya Paxley. "Sudah kubilang, kau hanya akan membuat masalah menjadi rumit!" "Tapi bu!" Nyonya mengangkat tangannya berisyarat diam, ia bangkit dari tem
"Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k
"Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda
"Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha
Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R
Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga
"Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m