Dayang istana datang membawakan pakaian yang harus di kenakan saat acara pernikahan. Pakaian itu lumayan bagus, modelnya seperti pakaian adat di dunia manusia. Nathan pergi mandi tak lama kemudian dia masuk lagi ke kamar dan mengenakan pakaian adat itu. Setelah mematut di depan cermin, dia mengagumi dirinya sendiri, dia batu menyadari setelah dewasa wajahnya sangat tampan, perpaduan antara Aris dan puteri Sahara.Nathan segera bergabung bersama keluarga kerajaan di balairung balairung istana, dia ingin tahu proses pernikahan di dunia ini bagaimana. Di kerajaan Billu dia hanya menyaksikan proses penobatan Raja dan Ratu, tapi akad nikahnya dia belum tahu.Nathan melirik ke kiri dan kanan, tak ada yang bisa di ajaknya bicara, para dewan kabinet berkumpul bersama keluarganya. Para dayang istana ikut berjejer, andai jika di abadikan lewat kamera mungkin kelihatan sangat indah. Wajah para makhluk astral ini tak ada yang jelek. Kedua mempelai nampak duduk berdampingan, di atas kepala keduan
Ternyata makanan di dunia nyata dengan dunia lain itu berbeda, walau di dunia lain itu terasa enak, tapi hanya sesaat merasakan itu, setelahnya terasa sangat hambar. Bahkan Nathan sampai lupa rasa enaknya seperti apa.Di sini Nathan hanya makan sepiring saja sudah kenyang, tapi di dunia lain, dia menghabiskan seluruh makanan yang di sediakan tetap masih merasa lapar.Nathan kembali ke dalam kamar untuk mandi dan tidur. Setelah mandi dia menatap wajahnya di cermin, ternyata dia sudah terlihat dewasa namun tubuhnya kurus dan matanya cekung, menandakan jika dirinya kurang tidur. Mungkin dalam sehari dia bisa menghitung waktu tidurnya satu jam saja.Waktu sudah menjelang sore, namun Nathan belum juga bangun, Nita berusaha membangunkan Nathan dengan mengetuk pintu kamarnya dengan keras. Karena tak ada sahutan Nita membiarkannya. Sampai ketika Giri kembali dari penggilingan, Nathan belum juga bangun."Nathan sudah kembali," kata Nita pada suaminya."Oh benarkah ? Lalu dimana dia sekarang ?"
Nathan sama sekali tak menyangka jika dirinya akan menghadapi masalah lagi, jika kemarin dia harus berhadapan dengan makhluk astral maka hari ini dia harus berhadapan dengan manusia serakah. Keserakahan Ningsih sudah kebangetan. Nathan memperhatikan ibunya dengan seksama. Dia baru menyadari ada yang sudah berubah dari ibunya ini. Ningsih kelihatan lebih cantik bagaikan wanita-wanita berkelas di luar sana. Mungkin Ningsih melakukan operasi plastik sehingga harus menghalalkan segala cara.Nathan memejamkan matanya yang terasa sangat perih, bukan hendak menangis tetapi matanya terlalu sakit untuk menatap wajah ibu sambung yang tak tahu diri ini. Ningsih tak mau pergi dari rumah ini, Nathan membiarkannya, dia menyuruh Nita untuk menyiapkan makan malam. Kedua anak buah Ningsih terlihat mulai tidak betah karena duduk terus tanpa melakukan apapun."Kalian tunggu saja, Rully akan datang bersama polisi," bisik Ningsih.Nathan mendengarnya, dia hanya menghela nafas dalam, bukannya takut, dia cu
Badar tak langsung masuk, dia masih sengaja berlama-lama di teras rumah untuk mendengarkan pembicaraan mereka."Jika sampai besok pagi kalian tak juga mengosongkan rumah, kalian akan tau sendiri akibatnya," ancam Rully."Kau siapa sehingga mengancam di rumahku sendiri. Dan kau nyonya Ningsih, ternyata kau sangat tidak tahu malu. Semula aku masih menganggapmu ibuku, tapi sekarang aku bahkan menyesal pernah mengenalmu. Camkan baik-baik nyonya, aku akan mengusut kematian mendadak ayahku saat itu," Nathan tak gentar bahkan balik mrngancam ibunya.Ningsih terkesiap, tapi dia mampu mengontrol keterkejutannya agar tidak menimbulkan kecurigaan Nathan.Badar segera masuk memberi salam, Nathan dan Giri berdiri menyambutnya."Mari masuk paman!"Badar masih berdiri mengamati ke empat orang pria yang baru di lihatnya ini. Dari wajah saja Badar sudah bisa menduga jika mereka bukanlah orang baik. Dia lalu menatap Ningsih dengan sinis."Kau ternyata tidak kapok juga," ucap Badar lalu duduk di samping
Di dalam rumah, Giri dan Nita saling menggenggam tangan degan erat, melihat Rully yang mulai merapal mantera dan memutat-mutar tangannya melingkar di atas kepala membuat mereka mulai merasa takut. Namun karena melihat Nathan yang terlihat duduk dengan santai membuat mereka sedikit tenang. Badar melihat Nathan yang tak terpengaruh dengan gerakan Rully akhirnya duduk kembali di samping Nathan. Tadinya dia berdiri untuk menantang Rully, namun sepertinya dia bukanlah tandingan Rully.Rully sudah merapal mantera berulang kali namun tak ada pergerakan sama sekali, awalnya hanya getaran sedikit, namun kemudian berhenti. Kini bahkan peluhnya mulai bercucuran. Semua tenaganya habis terkuras, tanda-tanda rumah bakalan roboh tak kunjung terlihat. Dia menatap Nathan dan Badar silih berganti, dia ingin tahu dari kedua orang ini siapa yang telah memberikan perlawanan. Pertahanannya mulai goyah, dia kemudian jatuh tersungkur."Pergilah sebelum kau benar-benar celaka," kali ini suara Nathan tegas da
Markas dalam keadaan lengang, Rully menghentikan mobilnya tepat di depan rumah mewah yang sangat besar dengan halaman yang cukup luas. Dia turun dari mobil tanpa mempedulikan Ningsih dan anak buahnya yang masih berada di dalam mobil.Ningsih segera turun dan mengejar Rully masuk ke dalam rumah. Ningsih tau jika rumah ini adalah tempat berkumpulnya kaki tangan Rully. Dia sendiri bertemu Rully secara tidak sengaja saat dia melakukan perawatan tubuh di sebuah tempat spa. Ningsih yang sudah antri sejak pagi sempat memprotes mengapa pria dan kekasihnya di dahulukan, sementara dirinya yang sudah antri sejak pagi tidak langsung di layani. Rully hanya meliriknya sekilas, lalu segera masuk ke ruang perawatan bersama kekasihnya. "Main nyelonong aja."Ucapan Ningsih di dengar Rully dan tak lama kemudian Ningsih di panggil masuk ke ruang perawatan. Ruangan yang lumayan besar di dalamnya tercium wangi lilin aroma terapy yang membuat suasana nyaman dan rileks.Ningsih mengganti pakaiannya dengan
Walau sudah terhubung ke dunia lain, namun Rully belum beranjak dari tempatnya. Dia masih tetap duduk bermeditasi, dia mencoba merenungi mengapa dia masih bisa di kalahkan. Menurut perkiraannya, di antara mereka berempat pastilah anak tiri Ningsih yang punya ilmu seperti dirinya. Namun tidak menutup kemungkinan pria yang di sebelah Nathan itu memiliki ilmu juga.Rully kembali membayangkan bagaimana dirinya di permalukan. Sebenarnya belum terpikirkan olehnya untuk menghubungi kekasih dunia lainnya itu. Tetapi karena dia telah mengeluarkan ilmu pamungkasnya dan tidak menimbulkan reaksi apapun, membuatnya harus meminta bantuan.Pertemuannya dengan kekasih dunia lainnya itu terjadi di luar kendalinya. Dia yang saat itu menghindari kejaran polisi, lari ke tengah hutan. Peluru sempat bersarang di dadanya nyaris menyembus jantung. Nyawanya hampir saja tidak tertolong. Yang dia rasakan saat itu dia sudah mati dan terbangun di sebuah ruangan yang cukup luas."Apakah aku sudah mati ?" tanyanya
Saat peri cantik itu meninggalkannya, Rully bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar. Dia sempat bingung melihat sekeliling. Ternyata semuanya hutan belantara, lalu mengapa bisa ada sebuah tempat yang cukup nyaman untuk di tinggali di tengah hutan ?"Katanya ini sebuah kerajaan, aku bahkan tak melihat tanda-tanda kehidupan lain di tempat ini," gumam Rully.Karena tempatnya cukup angker, Rully masuk kembali ke dalam rumah. Dia melihat sebuah ember berisi air di depan rumah itu. Dia semakin kebingungan, padahal saat keluar dia tak melihat ember itu. Rully sempat menggigil ketakutan.Rully melihat air di dalam ember begitu beningnya bagaikan kaca. Rully menyentuh air dengan telunjuknya."Ternyata airnya sejuk," gumamnya.Tanpa menunggu waktu lama, Rully membasuh wajahnya lalu masuk ke dalam kamar. Dia terheran-heran ketika pakaian ganti sudah siap dan di seberang meja sudah terhidang makanan yang cukup banyak. Rully menengok ke kiri dan kanan, dia berharap wanita itu muncul lagi.
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela