Kembalikan Dia PadakuJayid memastikan Nwa sudah tertidur, barulah ia pergi meninggalkan istrinya itu setelah mencium keningnya dengan lembut. Sekali lagi ia mengabaikan rasa sakitnya dan punggung serta pinggulnya yang masih terluka. Ia menghubungi Rasyid, saat dalam perjalanan menuju ke salah satu gedung PT Al Razee yang ada di kota.“Kenapa cuma sebentar?” tanya Jayid ketika telepon mereka sudah saling tersambung. Dua orang itu langsung berbicara pada inti masalah mereka, tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.“Dari mana kau tahu aku cuma sebentar? Apa pengawalmu yang mengadu, dasar tukang mengadu!” Rasyid menyahut dengan kelakar dari balik telepon.Jayid tersenyum tipis, lalu ia berkata, “Aku tidak puas dengan caramu memberi jeda pada mereka ... kupikir hal itu tidak akan membuat mereka jera! Bagaimana mungkin kau tidak menyentuh mereka sedikit pun?”“Aku muak tapi aku tidak mau mengotori tanganku, aku lihat tamparan yang diberikan Marhan untuk Aida sudah cukup keras, entah apa la
“Kau yang biadab, kau sudah melakukan kekerasan padanya! Tak tahu diri! Justru aku yang menyelamatkannya, Nawa ada di rumah sakit sekarang, itu juga karena aku, dasar brengsek! Tampar dia!” kata Jayid berapi-api.Pengawal pun menurut dan memberi tamparan keras yang bertubi-tubi pada Ale. Dendam antara Jayid dan Ale hanya seputar Nawa dan harga diri. Betapa kesan sombong begitu jelas saat Ale bicara pada Jayid seolah ia bisa mengatasi. Namun, keadaan sekarang berbalik. Ia tidak lebih seperti lalat yang siap ditepak hingga tak bisa mengepakkan sayapnya lagi.“Aku tahu ayahmu seorang pengrajin perhiasan yang membuat cincin pesanan Kakekku, berani-beraninya dia membuat cincin yang sama tanpa izinnya?”“Apa orang lain tidak memiliki haknya untuk itu? Banyak cincin yang sama, tidak ada yang salah dengan itu!” Ale tiba-tiba menyahut, ia mulai berani menantang. Dalam pikirannya sekarang, lebih baik melawan sampai mati dari pada mati konyol tanpa membela diri.“Hah! Tapi kau gunakan untuk
Kedatangan Misella“Tapi aku tidak tahu, siapa dia?” Jayid bertanya dengan serius pada Nawa.“Dia ....” Nawa tampak sedikit ragu untuk menjawab dan ia menyudahi makan malam itu karena tiba-tiba saja ia menjadi tidak berselera.“Kenapa tidak dihabiskan?Apa karena laki-laki itu, kau jadi tidak berselera makan? Dia temanmu atau tetanggamu di desa, jadi kau tidak tega padanya?” Jayid terus melontarkan beberapa pertanyaan kepada Nawa, membuat wanita itu bingung untuk menjawabnya. “Menurutku, dia layak dipenjara, ingat, dia sudah mencelakakan aku!” kata Jayid sebelum akhirnya diam.“Dari mana kau tahu Ale tetanggaku di desa dan dialah orang yang mencelakaimu?” tanya Nawa penasaran.“Dari Rasyid, dia melakukan penyelidikan dan semua perkembangan selama ini dia yang mengabarkan semuanya padaku!”“Kenapa kau tidak bertanya padaku?”“Kau sedang sakit!” Jayid berkata sambil membawa Nawa dalam pangkuannya. Meski sedikit sulit karena ada selang infus yang menempel di tangannya, suasana mes
Kejadian Tragis“Mau, kan, kau memaafkan aku Nawa?” kata Misella, ia duduk di sisi pembaringan dan menggenggam tangan Nawa dengan erat. Jayid duduk di samping istrinya, sambil melemparkan tatapan tajam pada kakak perempuannya itu.“Adakah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan di dunia ini, Kak? Atau adakah kata maaf yang tidak bisa diucapkan? Bahkan, orang bisu pun bisa meminta maaf kalau menyadari kesalahannya,” Nawa menjawab secara diplomatis, tapi Mishella pun sadar maksud dari pembicaraan adik iparnya itu.Mishella pun mengerti bahwa, memaafkan itu tidak mudah dan kesalahannya pun sudah cukup besar. Bukan perkara gampang bila itu berkaitan dengan nyawa manusia, tetapi ia sudah berani mempermainkannya. Dua keluarga itu bermusuhan sudah berlangsung dua tahun lamanya. Lalu, mereka terus hidup dalam prasangka buruk, semua karena ulahnya.Jadi kalaupun Nawa tidak maafkannya, Mishella sudah harus bersyukur ketika gadis itu mau mengajaknya bicara.“Baiklah aku tidak memaksa, untuk kam
Mengunjungi Kakek“Sudahlah, Kak! Yang penting tetap berbuat baik pada Nawa dan padaku juga!” sahut Jayid kesal. Ia tahu, Misella takut terkena kesialan, tapi ia belum tahu, apakah Nawa benar-benar mau memaafkannya atau tidak.“Jay, bagaimana perasaan Nawa pada tahanan yang mati itu?” tanya Niah dengan memegang tangan Jayid. “Kau tidak apa-apa, kan?”“Aku tidak apa-apa, Bu! Walaupun dia laki-laki yang sudah berusaha mencelaku, tapi dia sangat baik pada Nawa!”“Apa kau bilang baik? Dia pernah menyekap Nawa, bukan?” kata Niah ketus.“Ya, tapi sebenarnya itu ulah saudranya, dan laki-laki itu tidak berdaya membela Nawa!” Jayid kemudian menceritakan bagaimana awal kejadian ia bertemu dengan Nawa dan siapa Marhan dan Aida. Pertemuan itu yang kemudian menjadikan Jayid mempunyai ikatan dengan Nawa karena saat pertama kali bersentuhan dengannya ia merasakan jika gadis itu berbeda. Lalu, Jayid pun menjelaskan bagaimana hubungan Ale dan Aida yang melakukan penyekapan pada Nawa hanya kare
Maaf Atas Nama Ale“Kapan kalian menikah?” tanya Nawa pada Latisha.“Mungkin bulan depan!” “Syukurlah, Kakakku pasti sudah merencanakan semuanya dengan baik.”“Kurasa begitu!” Latisha menjawab dengan senyuman di bibirnya.Nawa menoleh ke dalam melalui kaca depan rumahnya, “ Kak! Apa kau akan mengundang Misella, kalau menikah nanti?” Kali ini, Nawa bertanya pada Rasyid.Rasyid menjawab setelah menatap Jayid yang ada di hadapannya, “Ya. Tentu saja!”Setelah merasa cukup berbincang, Rasyid mengajak Nawa dan Jayid pergi ke rumah Elli, seperti keinginan Nawa. Gadis itu ingin melihat keadaan keluarga Ale setelah ditinggalkannya. Sesampainya di sana, Nawa melihat keluarga itu masih berduka padahal sudah lebih dari satu pekan, sejak Ale dinyatakan tewas di penjara. Namun, suasana terasa begitu mencekam seolah jenazahnya belum dikebumikan. Elli mendapatkan kabar ditangkapnya Ale oleh polisi, dari saudaranya sendiri, ibunya Aida, yang saat bicara, begitu emosional.Lalu, ia mendapa
Ulang Tahun Rasyid (TAMAT)“Tidak perlu Kakak ... aku bisa mengandalkan suamiku sekarang!” kata Nawa sambil melirik Jayid yang ada di sampingnya, pria itu terlihat menyunggingkan senyum penuh dengan kebanggaan. Nawa sekarang mengandalkan dirinya, dan hidupnya akan jauh lebih berarti.“Dan, Kakak tinggal mengurus Latisa, ayo cepatlah kalian menikah dan beri aku keponakan!” kata Nawa lagi, kali ini ia begitu bersemangat.Latisha tertawa kecil dia kali ini berkata, “Kau saja sedang hamil, kenapa menuntutku memberimu keponakan kami menikah saja belum!”Canda tawa memenuhi ruangan itu hingga kebahagiaan terpancar dari semua wajah, yang saling mendukung dengan keceriaan masing-masing.Setelah hari itu, mereka kembali ke kota dan istirahat di kediaman masing-masing. Mereka pun menjalani aktivitas seperti biasanya.$$$$$$$$$$Hari itu ada yang sedikit berbeda di kediaman Mishella. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan beberapa bingkisan, yang ia masukkan sendiri secara hati-hati di bagasi mo
Ektra Part 1Setelah selesai melakukan pemeriksaan di ruangan itu, sepasang suami istri yang berbahagia karena akan mendapat bayi kembar—Nawa dan Jayid, berjalan ke beriringan keluar dari rumah sakit. Wajah keduanya tampak sangat ceria. Lalu, Jayid mengambil kendaraannya di tempat parkir, sementara itu Nawa menunggu di depan lobby, sambil memainkan ponselnya.Saat mendongak, tiba-tiba ia melihat sekelebat bayangan seseorang yang tidak asing baginya, sosok itu adalah Latisa. Beberapa hari yang lalu mereka bertemu, saat berada di kampung halaman kakek Deono, bahkan mereka sempat menginap dan berbagi kamar di sana. Namun entah kenapa, Nawa merasa hari ini calon kakak iparnya itu terlihat begitu berbeda. “Latisa?” sapa Nawa dengan ramah. Latisa kebetulan sedang berjalan dengan menunduk, hingga ia tidak melihat keberadaan Nawa di sana. Begitu mendengar panggilan adik dari kekasihnya itu, ia pun mendekat sambil tersenyum. Ia mengalihkan pandangannya pada Nawa dengan tatapan penuh tan
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah