Pekerjaan Baru Misella membiarkan suaminya pergi lebih dahulu untuk kembali ke kantornya, karena pekerjaan yang diberikan Jayid jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, Jonu tidak mengeluh karena di perusahaan itu dia hanyalah direktur biasa, maka, dia tidak bisa berbuat seenaknya, pada adik ipar sekaligus bos-nya.Sementara Misella, pergi beberapa saat kemudian setelah membayar makanan, dia ke kantor Jayid dengan maksud untuk membicarakan sesuatu yang belum tuntas di telepon kemarin. Namun, kedatangannya di suguhi pemandangan mengejutkan, karena wanita yang akan menjadi topik pembicaraan, justru menempati salah satu ruang yang dekat dengan adiknya itu.Dia ingat dahulu, pernah ada seorang sekretaris cantik yang bekerja di ruang yang kini digunakan oleh Nawa, tapi Jayid justru mengusirnya dengan tidak hormat, karena berpenampilan dan bersikap menggoda. Menurut Misella, adik laki-lakinya itu terlalu berlebihan padahal dia bisa memanfaatkan wanita seperti itu untuk bersenang-senang.“Ap
Dia BerlebihanNawa langsung berdiri dan terlihat gugup dia pun berkata, “Maafkan saya, Nyonya ... waktu itu saya pergi tanpa pamit!”“Kau tahu kesalahanmu? Itu bagus! Tapi, ingat! Kau tidak akan bisa bersikap seenaknya seperti itu di sini! Apa kau mengerti?”“Baik, Nyonya!” kata Nawa sambil membungkuk hormat.“Jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau menyukai Jay, adikku?”Nawa mengangkat wajahnya dan menatap Misella heran, sebab pertanyaannya sama sekali tidak masuk akal. Dia melirik Jayid sekilas dan pria itu pun tengah menetap ke arahnya.“Maaf, Nyonya. Mana berani saya melakukannya, saya cukup tahu diri siapa saya!” kata Nawa, padahal dalam hati dia kesal setengah mati pada keluarga Solomon sedangkan Misella adalah salah satunya. Perasaannya seperti berperang, dalam hati, apakah harus tetap mencintai atau menuruti nurani untuk membenci.“Apa kau tidak tertarik sama sekali dengan adikku itu, dia tampan, kan?”“Ya! Anda benar!”“Lalu, apa yang menghalangimu untuk tidak meny
Siasat RuzalNawa merasa tidak bisa menggunakan kekerasan pada pria itu seperti sebelumnya sebab saat dia bersikap tegas, justru membuatnya semakin terdesak. Lalu, dia mengendurkan perlawanan.“Tuan, Jay!” Katanya penuh penekanan, “Aku minta maaf kalau memang terjadi kesalahan soal kejadian di hotel waktu itu. Aku yang ceroboh sudah mengira dirimu gigolo ... Jadi, biarkan aku menebusnya, dengan bekerja padamu, tapi bukan untuk menjadi istrimu! Maaf!” Katanya.‘Ya, harus begitu sebab aku tidak bisa dan tidak mungkin menjadi bagian dari keluarga pembunuh orang tuaku!’ pikirnya.“Apa kau tidak tahu kalau kedua Kakek kita punya sebuah perjanjian?”“Aku tidak tahu, sebab Kakek meninggal saat aku masih remaja, aku belum tahu apa-apa waktu itu!”“Lalu, tidak ada yang menceritakan padamu soal perjanjian itu?”“Tidak, perjanjian apa misalnya?”Jayid diam, dia melepaskan pegangan tangan Nawa begitu saja, karena merasa percuma memaksakan sesuatu yang Nawa tidak tahu menahu tentang perjodo
Tidak Menginap “Bukankah sudah ada dalam perjanjian kau harus datang ke rumah Bos sebelum berangkat ke kantor?”“Maaf, aku tidak bisa!”“Kalau begitu, kau harus melakukan pekerjaanku!”“Baiklah, apa itu?”“Bawa dokumen ini ke Gedung Bayaba, berikan pada Pak Leo dan, suruh dia untuk segera mengisi semua data dan bawa ke sini secepatnya, kalau sampai jam makan siang kau belum sampai ke sini lagi, maka, kau harus menginap di apartemen Tuan Jay malam ini! Apa kau paham?”“Apa?”“Apa masih kurang penjelasanku?”“Oh! Tidak ... terima kasih, Tuan Rizal. Sudah sangat jelas, saya akan segera ke sana sekarang juga!”Nawa segera memesan taxi dan dia melihat semua isi dokumen yang sangat banyak. Dia hanya bisa berharap Pak Leo mau bekerja sama dan bisa menyelesaikan data tepat waktu, hingga dia tidak harus menginap di rumah Jayid. Apalagi dia tidak ingin terus berbohong pada Rasyid—kakaknya.Sesampainya di lokasi, dia baru tahu jika ternyata gedung itu adalah proyek yang belum selesai
Menahan DiriJayid menarik napas dalam sebelum menjawab, “Aku pikir percuma, saja kau begitu keras berusaha untuk menunjukkan bahwa kau tidak suka, nyatanya kau kembali ke sini ... ya sudah, habiskan saja makananmu!”Nawa tidak napsu untuk menghabiskan makanannya lagi, hingga dia biarkan saja di atas meja. Lalu, dia bersandar sambil melihat Jayid dengan kesal.Sementara Jayid dan Rizal meneruskan pekerjaan mereka, berdiskusi dan menunjukkan beberapa gambar di laptop, menerima telepon seseorang, kemudian kembali mengerjakan berkas pada laptop masing-masing. Kedua pria begitu sibuk seolah dalam ruangan itu tidak ada Nawa.Waktu berlalu hingga hampir dua jam lamanya mereka dalam kesibukan, sedangkan Nawa yang duduk tak jauh dari dua orang itu, seperti melihat sebuah film dokumenter yang sangat menarik. Dia terlena dengan keindahan yang tersaji di depannya. Dua pria bekerja, terutama Jayid, tampak lebih tampan dari biasanya dan rasa kagum itu tidak berhenti begitu saja sebab gadis itu
Nawa SakitNawa seketika berpikir ulang keputusannya untuk memberikan nomor telepon Rasyid pada Jayid sebab dia khawatir jika pria itu akan merayu sang kakak agar mau menuruti keinginannya. Biar bagaimanapun, dua keluarga tidak mungkin bersama, dia tidak akan menikahi orang yang sudah terlibat dengan kematian kedua orang tuanya.Dasar licik! Pikir Nawa.“Tidak perlu!” sahut Nawa pada akhirnya.Dia memilih keluar kamar dan berniat melakukan pekerjaan yang bisa dia lakukan, di sana. Namun, beberapa saat lamanya dia hanya diam dan tidak melakukan apa-apa, lalu, berjalan berkeliling area apartemen untuk melihat-lihat.Setelah puas puas berkeliling, hal pertama yang dilakukan adalah pergi ke dapur melihat isi kulkas yang ternyata cukup penuh dengan segala macam bahan makanan di dalamnya dan, semua barang yang ada di sekitar ruangan itu pun tersusun dengan rapi dan bersih, membuat wanita itu bingung hendak memulai pekerjaannya dari mana.Tak lama dia mulai mengambil pakaian kotor dan m
Kebohongan Soyu“Kenapa harus curiga padaku?” Jayid balik bertanya dari kursi penumpang belakang.“Ya, karena Tuan mengaku tidak tahu rumahnya! Tapi sekarang, Anda ke sana.”“Biarkan saja, pikirkan satu alasan kalau begitu!”Rizal menarik napas dalam, karena dia sendiri yang harus memikirkan jawabannya tiba-tiba dia jadi menyesal mengapa dia harus bertanya.Sesampainya di rumah keluarga Nawa, Rizal mendapati pintu rumah tidak terkunci. Dia langsung mempersilahkan Jayid untuk masuk dengan perlahan dia mengikuti dari belakang dengan membiarkan pintu tetap terbuka lebar, untuk memasuki kamar Nawa.Betapa gelisah nya Jayid saat menyentuh kening Nawa yang tertidur dalam balutan selimut itu sangat panas.“Telepon rumah sakit, siapkan kamar perawatan sekarang juga!” kata Jayid sambil mengangkat tubuh Nawa dengan hati-hati ke dalam gendongannya. Lalu, berjalan keluar dengan segera.Rizal mematuhi perintah majikannya untuk menghubungi seseorang sambil membuka pintu mobil, setelah menutu
“Jay! Aku tidak mencoreng nama keluarga tapi, justru melindungi aset yang kita miliki dari rongrongan pihak luar! Aku sudah menutupinya selama ini dengan baik! Jangan rusak semua yang sudah aku usahakan!” Misella berkata dengan penuh penekanan.Dia tidak akan membiarkan adiknya merusak keadaan yang sudah kondusif demi keinginan, untuk mematahkan sumpah sang kakek, hanya bisa dilakukan dengan cara membuat kedua keluarga salah paham. Setidaknya dia pikir itu perbuatan yang paling aman.Namun, apabila sekarang Jayid menemukannya sebagai orang yang bersalah, itu adalah resikonya. Dahulu, Misella memang berniat untuk mencelakai kedua orang tua Rasyid yang tidak bosan-bosannya mendatangi serta membujuk, membuatnya kesal dan benci. Alasan kedua orang tua itu hanya karena janji pada kakek Deono untuk menikahkan Rasyid dengannya.Namun, siapa sangka jika kecelakaan itu terjadi bahkan sebelum Misella sempat berbuat sesuatu. Disaat itu, otak cerdasnya memikirkan cara, untuk membuat kesalahp
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah