Memberikan HakPagi itu Nawa masuk ke apartemen Jayid dalam keadaan sepi tidak seperti biasanya, kedatangannya selalu disambut hangat oleh Niah dan Bahira, disertai suara musik lembut yang menambah kehangatan suasana.Gadis itu melihat Jayid duduk di sofa tengah rumah dengan menumpahkan kakinya di atas meja dia bersandar tanpa melakukan apa-apa bahkan televisi pun tidak menyala.“Apa yang kau lakukan di sini ke mana Ayah dan Ibu?” Nawa bertanya sambil meletakkan tasnya.“Kenapa mempertanyakan Ayah dan Ibu seharusnya kau senang kita hanya berdua, bukan?” tanya Jayid tanpa merubah posisinya.Nawa enggan menanggapi ucapan Jayid yang terkesan ambigu, dia langsung menuju dapur, membereskan dan membersihkan sisa makan malam, dia berharap hari ini adalah hari terakhirnya harus bekerja di rumah seharian dan mulai bekerja di kantor setelah sarapan.“Kenapa sih, dia tidak mau mencari asisten saja?” Nawa menggerutu dan melirik Jayid sekilas, sambil meneruskan pekerjaannya. Hari-hari sebel
Tidak Ada CintaJayid masih berusaha mencium dan setelah berhasil menempelkan bibir mereka, ia menghentikan pagutan karena gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat, tidak memberi lidahnya kesempatan untuk masuk. Dia merasa penolakan Nawa begitu keras, seolah tak rela jika tubuhnya disentuh oleh orang lain yang bukan haknya. Akhirnya ia merebahkan diri ke samping.“Apa kau Marhan belum pernah menyentuhmu? Kau kaku dan kasar!” tanya pria itu.Nawa mengerti ke mana arah pembicaraan Jayid, laki-laki itu pasti tidak percaya bahwa dia sangat menjaga kehormatannya selama menjalin hubungan asmara dengan mantan pacarnya. Bukankah di zaman sekarang, pergaulan bebas antar pasangan sudah tidak mengherankan lagi?Hal itu wajar karena hubungan yang cukup lama biasanya, akan membuat dua insan yang berbeda saling percaya, hingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hubungan terlarang di luar pernikahan, seperti yang dilakukan oleh Aida dan Marhan.“Ahh! Itu tidak mungkin bukan!” kata Zayid sebelum
Godaan Menggiurkan“Hmm ...” Jayid tampak berpikir dan kembali berkata, “Benarkah?”“Ya! Kau tahu kan, tanah Liosiru itu seluas apa dan ada apa di atasnya, semua itu bisa membuat kita tetap hidup tenang walau tidak bekerja!” kata Della lagi sambil berjalan ke belakang Jayid dan merengkuh bahunya. Apa yang ditawarkan Della adalah hal yang menggiurkan, apalagi tubuh molek perempuan itu tak kalah menggoda.“Aku tahu, tapi, kau tidak akan bahagia kalau menikah denganku!” Jayid berkata sambil melepaskan tangan Della yang membelit di pundaknya.Della kembali berdiri tegak dan kini dia berada di hadapan jahit kembali ke posisi semula bersandar pada sisi meja.“Kenapa?” tanyanya.“Kau tanya kenapa? Kau juga kenapa tiba-tiba mengajakku menikah tiba-tiba? Hah!”“Jay! Aku hamil!” Della menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.“Kau hamil? Dan memintaku untuk menjadi Ayah bayimu? Apa kau gila! Nikahi saja pria yang sudah menghamilimu! Kenapa harus aku?”“Dia pergi dengan wanita lain,
Memberi Jawaban MenyenangkanAntara terkejut dan malu dengan kejadian itu, membuat Nawa segera melepaskan diri dan berjalan dengan cepat ke ruangannya sendiri dan melanjutkan pekerjaannya memeriksa dokumen sebelum diserahkan pada Jayid. Itu adalah berkas yang ada di meja sejak dia datang. Rizal yang sengaja meletakkannya di sana, sedangkan wajah gadis itu masih hangat karena malu.Sudah beberapa kali dia berada dalam pelukan Jayid bahkan mereka pernah berciuman tapi, kali ini ada rasa yang berbeda dalam hatinya, sejak pria itu mengaku di hadapan Della jika akan menikahinya.Perasaan terdalamnya seolah tersanjung dan begitu berharga di mata pria yang pernah disewanya, untuk menjadi suami bohongan guna melancarkan rencana, menghancurkan pesta pernikahan tunangannya itu. Tiba-tiba Nawa berdiri dan melangkah ke ruangan sang Bos, dalam hati dia berniat untuk menerima permintaan Zayid yang, ingin mempersunting dirinya sebagai pasangan sesungguhnya. Mengingat masa lalu tentang kematian
Bertemu Rasyid Nawa menoleh pada Zayid dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan dan pria itu pun membalas tatapannya lembut.Sambil tersenyum Jayid berkata, “Apa kau tahu tempat ini?” Nawa pun mengangguk dan balik bertanya, “Apa kau akan menemui Kakakku?”“Ya. Menurutmu, aku harus bicara dengannya di sini atau di rumahmu?”“Terserah!” Nawa bukannya tidak senang saat Jayid menunjukkan kesungguhannya, terbukti dia hanya mendatangi Kakaknya yang kemungkinan akan melamar dirinya pada saudaranya itu. Hanya saja dia tidak menyangka akan secepat ini.Begitu mobil berhenti, Nawa tidak langsung turun, dia ingin melihat apa yang akan dilakukan Jayid di tempat kerja sang kakak. Saat pria itu membukakan pintu mobil untuknya, barulah Nawa keluar. Bersamaan dengan itu, dua orang anak buah Rasyid yang sudah mengenal Nawa pun menyambut kedatangan saudara bosnya itu. Setelah mereka berbasa-basi dengan tamunya, yang membuat Jayid cemburu, dua pria itu mempersilahkan Nawa dan Jayid masuk.P
Kekecewaan Misella Sementara itu di tempat yang berbeda, Misella tampak begitu geram pada dua pria yang ada di hadapannya.Barakk!Suara pukulan keras di meja ruang tamu rumahnya. Dia terlihat mengepalkan kedua tangannya dan melemparkan vas bunga di atasnya. Bukan hanya dua pria suruhannya itu yang terkejut, tapi dua bayi yang tengah bermain dengan pengasuhnya di ruang sebelah pun terkejut dan menangis. Mereka tidak menyangka apabila gadis dan model yang sangat cantik serta anggun itu bisa bersikap demikian.Dua pengasuh bayi, Soyu dan temannya, segera menenangkan bayi kembar itu dan menggendongnya keluar rumah agar kembali tenang.“Kenapa kalian baru mengatakannya padaku sekarang? Hah!” katanya kesal, menatap dua pria yang berdiri di depannya dengan tatapan membara.“Maafkan kami, Nyonya! Kamu sama sekali tidak menyangka bila kepergian Tuan Jayid adalah untuk menemui Rasyid!” kata salah satu pria itu dengan wajah yang ketakutan dan pias.“Dasar bodoh! Pergi kalian sekarang j
Mimpi Buruk Rasyid Rasyid memijit pelipis sambil merebahkan tubuhnya di pembaringan lalu, memejamkan mata. Berulang kali dia menarik napas panjang memikirkan masalah adik perempuannya dan Jayid. Dia pikir laki-laki itu berbeda dengan anggota keluarga Solomon lainnya. Jayid memang memberi Rasyid sebuah janji untuk menunjukkan bukti jika keluarganya tidak terlibat dalam kecelakaan. Ada orang lain yang melakukan adu domba selama ini, agar mereka yang seharusnya saling bersahabat itu justru bermusuhan.Apalagi Jayid juga berkata kepadanya secara jujur tentang, apa yang disumpahkan oleh Solomon kepada cucu laki-lakinya itu. Bahkan membuat Rasyid begitu merinding, mengetahuinya. Nagaimana mungkin seorang kakek tega memberi sumpah yang begitu menyakitkan bagi cucunya sendiri.“Aahk!” tiba-tiba Rasyid berteriak sambil mengepalkan kedua tangannya dan meninju ke udara. Dia kesal dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, sedangkan dendam itu masih benar-benar nyata bercokol di dadanya.Rasy
Ungkapan Yang Jujur“Ya aku menyukainya tapi, sepertinya tidak mungkin dia akan menjadi milikku bukan? Ah, itu cita-cita yang terlalu tinggi, aku bukanlah apa-apa sedangkan dia bagaikan pangeran di singgasana,” kata Neti sambil tertawa kecil, dari sorot matanya menyiratkan keputusasaan.Nawa termenung dia tidak mungkin mengakui jika orang yang ada dalam foto itu adalah Jayid, laki-laki yang sudah menjadi gigolo yang salah, saat rencana mereka menghancurkan pesta pernikahan Aida dan Marhan.Bahkan Jayid sudah beberapa kali mencium bibir, memeluk dan, menyatakan cinta padanya. Bahkan, pria itu ingin menjadikan dirinya sebagai pendamping hidup. Seandainya dia mengatakan secara jujur saat ini, mungkin saja Neti tidak akan semangat bekerja lagi.“Apa yang membuatmu menyukai laki-laki itu?” tanya Nawa setelah menelan ludahnya kasar.“Dia sepertinya laki-laki yang luar biasa dan tampan, bayangkan kalau aku jadi menikah dengannya bukankah aku seperti Cinderella yang mendapatkan pangeran b
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah