“Nathan, hari ini kau pimpin meeting dengan Lewis Group. Aku ingin menjemput Athena sore ini,” ujar Justin seraya melangkah keluar dari ruang meeting menuju ruang kerjanya bersama dengan Nathan.“Scarlett sudah mulai bekerja, Kak?” tanya Nathan sambil menatap Justin.“Sudah, dia sudah mulai bekerja.” Justin duduk di kursi kerjanya. Tepat di saat Justin duduk, Nathan pun duduk di hadapan Justin.“Yang aku tahu, kau sangat tidak suka memiliki pasangan seorang artis, kenapa kau masih membiarkan Scarlett menjadi seorang artis?” Nathan menuangkan wine yang ada di hadapannya ke gelas sloki, lalu mengambilnya dan menyesapnya perlahan.Justin membuang napas kasar. “Menjadi artis adalah mimpi Athena. Aku tidak mungkin menghancurkan apa yang telah menjadi mimpinya,” jawabnya dengan nada kesal.Nathan terkekeh. “Sepertinya, Scarlett begitu spesial untukmu, Kak. Biasanya kau selalu melakukan hal sesukamu. Kau selalu meminta para wanita untuk selalu menuruti setiap keinginanmu. Tapi kali ini, kau
“Tuan Ronald, kenapa lokasi pemotretannya jauh dari kota seperti ini? Lalu, di mana ponselku? Apa kau melihatnya?” Athena menatap bingung kala memasuki sebuah bangunan yang cukup tua, jauh dari pusat kota. Dia mengedarkan pandangannya, tidak ada rumah penduduk di sekitar. Seketika Athena mulai merasakan sesuatu yang aneh. Namun, dia berusaha untuk menepis itu semua. Dia tidak ingin berpikiran negative.“Nona Athena, lokasi pemotretan yang terakhir memang di sini,” jawab Ronald. “Untuk ponsel milik Anda, Anda tidak perlu khawatir. Saya sudah menyimpannya,” lanjutnya seraya mengangkat ujung bibir membentuk sebuah seringai kecil.“Apa kau bisa mengambilkan ponselku? Aku ingin menghubungi suamiku. Hari ini suamiku akan menjemputku. Dia belum tahu lokasi pemotretanku pindah,” ujar Athena sambil menatap Ronald.Ronald tersenyum penuh arti. “Maaf, Nona Athena. Mungkin lebih baik Anda selesaikan pemotretan Anda. Setelah itu Anda baru mengabari saumi Anda.”Athena mendesah pelan. “Baiklah, di
Justin dan Arthur terkejut mendengar apa yang diceritakan Drake. Terlihat tatapan Arthur berubah menjadi dingin. Sedangkan Justin, dia sungguh tidak menyangka dengan apa yang dilakukan kakeknya. Semua ini sudah diatur, termasuk pertemuannya dengan Athena telah diatur oleh kakeknya sendiri.“Grandpa, jadi kau yang memberikan obat di minumanku hingga aku lepas kendali?” seru Justin dengan tangan yang terkepal kuat. Dia benar-benar tidak tahu harus bersikap apa. Selama ini, dia selalu mencari siapa pelaku yang memberikan obat di minumannya dan dia tidak pernah bisa menemukannya. Tapi kenyataan yang didapatnya adalah kakeknya sendiri yang merencanakan ini semua.“Pa, apa kau tahu dengan apa yang kau rencanakan ini bisa membuat nama baik Afford Group dan Lucero Group ini jatuh? Bagaimana jika rencanamu tidak berjalan baik? Kenapa bisa kau merencanakan semua ini tanpa mengatakan apa pun padaku?” seru Arthur dengan raut wajah tampak kesal. Terlihat dirinya berusaha mengendalikan dirinya.Dra
Kini Justin dan Athena tengah berada di ruang rawat Nathan. Sudah tiga hari Nathan tak kunjung sadar. Setiap hari Justin dan Athena bergantian menjaga Nathan dengan Bianca dan Arthur. Namun, Justin tidak terlalu sering membiarkan kedua orang tuanya menjaga Nathan. Bagaimanapun, Justin mementingkan kesehatan kedua orang tuanya.“Justin, kenapa Nathan belum juga sadar?” tanya Athena sambil menatap Nathan yang masih menutup mata. Jujur saja, hati Athena merasa sakit melihat keadaan Nathan. Ini bukan karena tentang dirinya masih memiliki perasaan pada Nathan, tapi ini karena Nathan adalah sahabatnya. Sungguh, Athena pun merasa bersalah. Nathan bisa seperti ini karena dirinya.Justin melangkah mendekat, dia berdiri di samping Athena seraya mengelus bahu wanita itu. “Nathan adalah pria yang kuat. Aku yakin, dia akan sadar,” ucapnya yang menenangkan Athena.Athena menundukkan kepala, kini matanya mulai berkaca-kaca. Wajahnya terlihat begitu sedih. Begitu banyak orang yang terluka karena diri
“Justin, apa kau memperbolehkanku jika menjenguk Tuan Brian Smith? Aku sungguh mencemaskannya. Nathan sudah sadar. Dan kemarin, aku juga sudah menjenguk Julia. Meski Julia belum sepenuhnya pulih, tapi dia bisa mengenali diriku. Sekarang aku ingin sekali melihat Tuan Brian Smith. Tadi malam, aku melihat Nyonya Irina selalu menangis karena Tuan Brian belum juga membuka matanya,” ujar Athena seraya melangkah menghampiri Justin yang tengah duduk di sofa sembari fokus pada iPad di tangannya. Kini Athena duduk di samping Justin, wajahnya tampak begitu muram dan masih terus merasa bersalah.Justin yang tengah fokus pada iPad di tangannya, dia langsung meletakkan iPad ke atas meja, lalu dia menarik tangan Athena ke dalam pelukannya. Athena pun langsung membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Justin, menghirup aroma parfum yang selalu menjadi kesukaannya.“Ya, hari ini kita akan menjenguk Brian Smith. Tapi Athena, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu,” ucap Justin dengan nada begitu serius sem
Justin dan Athena berlari menelusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat Brian. Ketika mereka tiba di rumah sakit, Athena langsung terburu-buru dan tidak lagi bisa menahan diri untuk menemui pria yang telah mengorbankan nyawa untuk dirinya. Namun, langkah Justin dan Athena terkenti kala mereka mendengar suara jerit tangis dari dalam sebuah ruangan. Seketika tubuh Athena membeku, mendengar jeritan tangis dari dalam ruangan Brian Smith. Wajah Athena begitu pucat dan ketakutan, pikirannya terus berpikiran buruk dengan apa yang terjadi pada Brian Smith.“J-Justin ...,” ucap Athena lirih, matanya mulai berkaca-kaca, menatap Justin dengan begitu rapuh.“Jangan berpikir yang tidak-tidak.” Justin mengecup kening Athena, lalu merengkuh bahu wanita itu. “Kita ke dalam, aku akan selalu berada di sisimu. Percayalah, tidak akan adahal buruk terjadi. Teruslah berpikir positive.”Athena mengangguk lemah. Kemudian, Justin menghapus air mata Athena yang mulai berlinang dari sudut matanya—lalu dia m
“Maaf, aku baru datang.” Seorang wanita melangkah masuk ke ruang rawat Brian, membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangannya melihat wanita cantik berambut cokelat itu. Begitu pun dengan Athena, dia menatap sosok wanita yang sangat cantik masuk ke ruang rawat Brian.“Adelia? Kau sudah datang?” Irina tersenyum hangat melihat putrinya yang baru masuk itu, dia langsung memeluk tubuh putrinya itu. Ya, wanita yang tiba di ruang rawat Brian adalah Adelia, putri tunggalnya.“Mom, Dad sudah sadar?” Mata Adelia berkaca-kaca, menatap Brian kini sudah membuka matanya. Terlihat wajahnya begitu bahagia melihat keadaan Brian baik-baik saja.Irina mengangguk, dia mengurai pelukannya, lalu menatap putrinya dengan lembut. “Sudah, Sayang. Daddy-mu sudah sadar.”“Adelia,” panggil Brian menatap Adelia dengan lembut.“Dad ....” Adelia langsung memeluk erat tubuh Brian, tangisnya pecah di dalam pelukan Brian. Athena yang berada di samping Brian, dia pun sedikit menyingkir, memberikan putri d
Nathan duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Kini dia tengah fokus pada iPad di tangannya. Sudah hampir satu minggu Nathan di rumah sakit. Dia tak kunjung diperbolehkan pulang ke rumah karena Bianca, ibunya tidak mengizinkannya untuk pulang. Tidak hanya itu, tapi Justin, kakaknya juga tidak membiarkannya pulang. Mau tidak mau, Nathan menghabiskan waktunya di rumah sakit. Meski dirinya merasa bosan dan jenuh, tapi tidak ada pilihan lai. karena jika dia sampai tetap bersikeras ingin keluar dari rumah sakit, maka dia sendiri yang akan mendapatkan masalah.“Tuan Nathan,” Cedric, assistant Nathan melangkah masuk ke ruang rawat Nathan. Dia menundukkan kepala saat tiba di hadapan Nathan.“Ada apa?” tanya Nathan dingin, tanpa mengalihkan pandanganya. Dia terus fokus pada iPad yang ada di tangannya itu.“Tuan, saya sudah mendapatkan informasi lengkap mengenai Nona Marinka Addison,” ujar Cedric hati-hati.“Marinka Addison?” Mendengar nama itu, Nathan langsung menata