Justin turun dari mobil, dia membanting kasar melangkah masuk ke dalam kantor polisi, tempat di mana Marinka dan Enrico di tahan. Saat tiba di kantor polisi, Justin meminta pengawalnya, untuk menyediakan tempat berbicara dengan Marinka. Terlihat kilat mata Justin penuh dengan kemarahan dengan sorot mata yang begitu tajam. Sudah sejak tadi dia ingin segera menemui Marinka, memberi pelajaran pada wanita yang selama ini berani menipunya."Tuan Justin, Nona Marinka sudha berada di ruangan," ucap Peter memberitahu seraya menundukan kepalanya.Justin mengangguk singkat, dengan raut wajah datar daan menahan amarahnya, dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang telah disiapkan oleh assitanynya itu."Justin..." Marinka berlari, dan menghamburkan pelukan pada Justins seraya terisak di dada Justin dengan keras. "Aku tahu, kau pasti ingin membebaskanku. Kau pasti tidak mungkin membiarkanku di sini selamanya. Aku tahu itu, Justin. Kau pasti sangat mencintaiku," lanjutnya dengan masih terisak di dad
Hujan turun membasahi kota Manhattan, dengan begitu deras. Suara kilat petir terdengar kencang. Athena yang tengah tertidur pulas langsung membuka matanya, dia mengerjap beberapa kali, menatap ke arah jendela—gorden terbuka. Kemudian, Athena langsung bangkit dari ranjang, dan menutup gorden itu. Tatapan Athena teralih ke jam dinding, kini sudah pukul delapan malam, namun Justin belum juga pulang ke rumah."Apa Justin meeting? Tapi kenapa tidak memberi kabar padaku?" gumam Athena yang tampak berpikir Justin belum juga kembali ke rumah. Lalu dia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, dan langsung menghubungi Justin. Namun, satu, dua hingga tiga kali dia menghubungi Justin, tapi tidak ada jawaban dari pria itu. Athena mendengus, tidak biasanya Justin pulang terlambat tanpa memberitahu dirinya.CeklekSuara pintu terbuka, Athena mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Senyum di bibir Athena terukir kala melihat Justin melangkah masuk ke dalam kamar."Justin? Kau baru pulang? Ken
Athena menatap Justin yang masih tertidur pulas. Seketika senyum dibibirnya terukir, mengingat setiap sentuhan pria itu. Sentuhan yang sejak dulu, tidak mampu dia tolak. Tidak pernah Athena bayangkan hidupnya akan seindah ini.Setiap bangun pagi, dia melihat suaminya berada di sampingnya. Kini Athena mulai membawa tangannya, menyentuh wajah Justin. Rahang tegas, hidung mancung, alis tebal, membuat pria itu benar-benar sangat tampan.Athena tidak mungkin tidak mengakui, pria yang menjadi suaminya itu sungguh tampan. Walaupun terkadang jika Athena mengingat pertemuan awal mereka, tentu saja dia tidak mungkin percaya, akan bisa menjalin rumah tangga bersama Justin dengan baik."Kau sangat tampan," gumam Athena yang tak lepas menatap Justin. Dia terus menelusuri rahang Justin dengan jemari tangannya dengan lembut."Aku tahu kau mengagumiku," Justin menjawab dengan mata yang masih terpejam. Athena yang mendengar suara Justin, sontak membuatnya terkejut. Athena hendak menarik tangannya dari
Sepanjang perjalanan, Athena melihat ke luar jendela, musim semi akan segera berganti dengan musim panas. Tentu dengan bahagia Athena menyambut musim panas dengan antusias. Kini Athena mengalihkan pandangannya, menatap Justin yang tengah fokus melajukan mobil."Justin, nanti kita berhenti di toko kue. Aku ingin memberikan sesuatu untuk Julia, Nathan dan Tuan Brian," ujar Athena seraya menatap Justin yang tengah menyetir mobil. "Hari ini kau akan menemui Nathan dan Tuan Brian, kan?" lanjutnya yang bertanya."Ya, ada hal yang ingin aku bahas dengan Nathan dan Brian Smith," jawab Justin datar tanpa mengalihkan pandangannya, dia tetap menatap ke depan. "Aku sudah meminta pelayan membelikan kue dan buah-buahan untuk mereka. Kau tidak perlu lagi membelinya."Athena mengangguk. "Baiklah, setelah aku menjenguk Julia, aku akan menemui Nathan dan Tuan brian. Terutama Tuan Brian, aku ingin tahu bagaimana keadaannya, Justin. Dia sangat baik padaku. Jika saja dia tidak menyelamatkanku, aku tidak p
Justin terdiam sesaat mendengar perkataan Brian. Dia menatap lekat mata Brian yang tampak penuh dengan penyesalan. Hingga kemudian, Justin semakin melangkah mendekat ke arah Brian dan berkata, "Aku yakin, kau bisa memberikan penjelasan yang baik pada Athena. Aku sangat mengenal sifat Athena. Dia wanita yang sangat baik. Meskipun apa yang kau katakan melukai hatinya, tapi aku tahu, dia tidak akan membencimu.""Justin...." Suara seorang wanita memasuki ruang rawat Brian—membuat Justin dan Brian mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Seketika wajah Brian terkejut melihat sosok wanita yang melangkah masuk ke dalam ruang rawatnya. Terlihat Brian yang berusaha memaksakan senyuman diwajahnya dan seolah tidak terjadi apa-apa dengannya."Athena?" Tidak hanya Brian, tapi Justin pun terkejut melihat Athena melangkah mendekat ke arahnya. "Kau sudah selesai menjenguk Julia?" tanyanya kala Athena tiba di hadapannya.Athena mengangguk. "Iya, aku juga sudah mengunjungi Nathan tadi. Aku pikir kau
"Justin, tadi kenapa kau langsung mengajaku pulang? Bukannya kau belum bertemu dengan Nathan?" Athena melangkah mendekat ke arah Justin yang duduk di sofa seraya fokus pada ponsel di tangannya. Kemudian, Athena duduk tepat di samping Justin. "Apa kau sangat sibuk?" tanyanya dengan nada sedikit kesal. Pasalnya sejak tadi Justin terus fokus pada ponsel di tangannya.Justin mengalihkan pandangannya, dia menatap Athena yang sudah duduk di sampingnya. Lalu Justin meletakan ponsel ke atas meja dan langsung menarik tangan Marsha masuk ke dalam pelukannya seraya mengecup puncak kepala Athena. "Maaf, tadi aku membalas email dari sekretarisku."Athena mendesah pelan, dia mendongakan kepalanya dari pelukan Justin. "Saat di rumah sakit, kenapa kau tidak menemui Nathan? Bukannya tadi aku bilang ingin bertemu dengan Nathan dan Tuan Brian? Maksudku, Paman Brian," ucapnya yang langsung mengkoreksi kala dirinya salah menyebut panggilan untuk Brian.Justin terdiam sesaat, kemudian dian membawa tangann
Tiga hari setelah berita tentang Addison Group. Justin masih tetap belum memperbolehkan Athena kembali bekerja. Tentu tidak akan mudah bagi Justin kembali memperbolehkan Athena untuk bekerja. Selama tiga hari ini, Justin pun mengerjakan pekerjaannya di rumah. Dia memilih menemani Athena di rumah."Justin... Apa kau tahu kapan Nathan dan Paman Brian keluar dari rumah sakit?" Athena yang baru saja selesai mandi dan sudah mengganti bajunya, dia menatap Justin yang tengah menyesap kopi di tangannya. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Justin dan duduk di samping pria itu. "Hari ini Nathan sudah doperbolehkan pulang." Justin meletakan cangkir yang ada di tangannya ke tempat semula, lalu menatap lekat Athena. "Dan aku rasa, Brian Smith, dia sudah lebih dulu pulang sejak kemarin. Anak buaku mengatakan, dia sudah tidak suka tinggal di rumah sakit."Athena tersenyum mendengar perkataan Justin. Ada kelegaan dalam hatinya. Nathan yang sudah pulang, begitu pun dengan Brian yang juga sudah pu
Kini Athena tengah mematut cermin. Dia memoles wajahnya dengan make up bold. Lipstik merah akan selalu menjadi favorite. Ya, tentu saja karena lipstik merah selalu membuat wanita akan tampak begitu seksi. Dengan balutan mini skirt dan atasan dengan model tali spaghetti membuat penampilan Athena sangat sempurna. Athena pun memilih mengikat rambutnya dengan gaya ponytail.Tanpa Athena sadari, Justin berdiri diambang pintu. Senyum dibibirnya terukir melihat Athena yang tengah berias. Kemudian, dia melangkah mendekat dan langsung memeluk Athena dari belakang. Athena sedikit terkejut melihat Justin memeluknya. Dia pun langsung mengeratkan pelukan Justin yang melingkar di pinggangnya itu."Kau sangat cantik," bisik Justin di telinga Athena seraya mengecupi leher jenjang wanita itu. "Aku rasa, aku ingin mengurungmu di sini. Aku tidak ingin membiarkanmu dilihat orang lain," lanjutnya seraya meremas pinggang Athena.Tubuh Athena meremang, merasakan helaan napas Justin menyentuh lehernya. Namu
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang