Anders menatap Kylie yang masih terbaring lemah. Wajah wanita itu tampak begitu pucat. Dia membawa tangannya menyentuh tangan Kylie dan meremasnya pelan. Sesaat Anders terdiam kala melihat wajah Kylie yang lemah seperti ini. Yang dia tahu wanita itu selalu dingin pada banyak pria dan selalu tersenyum anggun menyapa banyak orang disekelilignya. Namun, kini semua itu telah sirna dari wajahnya."Bangunlah, banyak orang yang menunggumu untuk sadar. Termasuk diriku," ucap Anders dengan tatapan teduhnya. "Meski kau tidak pernah mengenal diriku, tapi aku tidak perduli. Karena sejak awal, aku sudah yakin kau akan menjadi milikku."Seketika Anders terkejut merasa tangan Kylie yang berada digenggaman tangannya tiba-tiba bergerak. Dengan cepat Anders beranjak berdiri, dia mendat ke arah Kylie seraya berkata, "Kylie? Kau sudah mendengarku? Apa kau mendengarku?"Perlahan Kylie mulai membuka matanya, dia sedikit mengerutkan keningnya kala melihat dirinya berada disebuah ruangan putih dan ada sosok
"Demi Tuhan, aku tidak pernah bermaksud mencelakai Athena. Meski aku membencinya, tapi aku tidak akan mungkin melenyapkannya." Air mata Kylie terus berlinang membasai pipinya. Dia terus menundukan kepalanya tidak berani menatap Justin. "Aku pernah berusaha melupakanmu, Ka. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak pernah bisa melupakanmu, ka. Berkali-kali aku berjuang melupakanmu, tapi perasaan cintaku padamu begitu dalam," isaknya dengan pelan.Justin membuang napas kasar. Dia menggeram menahan amarahnya yang hendak meledak. "Kau membenci Athena? Apa kesalahannya hingga membuatmu membencinya?" serunya dengan tatapan yang begitu tajam.Kylie mengangkat wajahnya, menatap Justin dengan mata yang berkaca-kaca. Terlihat kesedihan yang begitu mendalam di wajahnya. "Aku membencinya karena dia memilikimu. Aku membencinya karena dia yang selalu berada disisimu. Selama ini aku telah menahan diriku ketika kau menjalin hubungan dengan Marinka. Aku yakin, kau tidak aakn mungkin menikah dengan Marinka. Dan,
"Justin? Kau dari mana?" tanya Athena kala melihat Justin, melangkah masuk ke dalam ruang rawatnya. Namun, seketika kening Athena berkerut, mendapati wajah Justin begitu dingin dan menahan amarahnya."Apa kau sudah makan?" Justin mengabaikan pertanyaan Athena, dia langsung duduk di tepi ranjang."Sudah, tadi aku sudah makan," jawab Athena seraya menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. "Justin, kau belum menjawabku. Kau habis dari mana? Tadi aku mencarimu tapi kau tidak ada. Aku bertanya pada Peter, dia mengatakan kau sedang mengurus sesuatu hal penting. Apa yang kau urus Justin?" tanyanya dengan nada yang sedikit mendesak agar sang suami menjelaskan padanya."Aku bertemu dengan Kylie," balas Justin yang sebenarnya enggan untuk menceritakanya. Tapi, jika dia tidak menjawab, istrinya itu akan selalu bertanya."Kau bertemu dengan Kylie? Apa dia sudah sadar? Lalu bagaimana dengan Adelia? Aku belum menjenguk mereka Justin. Ayo, Justin temani aku menemui mereka. Aku belum mendapatkan kabar
PlakkkkkkTamparan keras Richo layangkan pada Kylie, hingga membuat putrinya itu meringkuk kesakitan dan terus menangis. Viola yang berdiri di samping Richo, dia langsung menghadang suaminya kala ingin kembali memukul putri tunggalnya."Menyingkir, Viola!" geram Richo dengan tatapan yang begitu tajam pada sang istri."Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Richo! Kylie sudah menjelaskan semuanya! Apa yang terjadi itu semua diluar keadaan dirinya! Meski dia salah, tapi bukan seperti ini kau memperlakukan putrimu!" seru Viola meninggikan suaranya."Lebih baik kau diam dan menyingkir!" bentak Richo keras. "Aku bahkan tidak memiliki muka untuk bertemu dengan Arthur! Berpuluh-puluh tahun aku bersahabat dengannya baru kali ini aku tidak memiliki muka untuk bertemu dengannya!""Richo, Kylie sudah menjelaskan dan mengakui kesalahannya. Ini tidak sepenuhnya salah dia! Kau boleh memarahinya dan memberikan nasihat pada putrimu tapi tidak dengan memukulnya!" jawab Viola dengan tatapan begitu taja
"Tuan Justin..."Langkah Justin terhenti kala dia hendak masuk ke dalam ruang rawat Athena dan mendengar suara yang memanggilnya. Dia membalikan tubuhnya, dan menatap Peter yang berdiri di hadapannya."Kau dari mana?" tanya Justin dingin pada assistantnya itu."Tuan, ada yang ingin saya sampaikan," jawab Peter dengan gugup.Justin membuang napas kasar. "Kenapa kau belum mengganti Dokter untuk istriku? Bukannya aku mengatakan padamu untuk segera menggantinya?" serunya yang mengabaikan perkataan Peter."Tuan, maafkan saya, Tuan. Tadi saya terburu-buru karena ada hal yang penting," jawab Peter yang begitu cemas."Kau pikir istriku tidak penting?" seru Justin dengan tatapan yang begitu tajam."B-Bukan begitu, Tuan. Tapi ini menyangkut Pamela Green," ujar Peter yang sontak membuat Justin sedikit terkejut."Pamela Green? Ada apa? Jangan katakan dia berhasil kabur!" Kilat mata Justin begitu tajam, menatap Peter."Tidak, Tuan. Pamela Green masih bersama dengan kita," jawab Peter cepat. "Tapi
"Kylie, sialan kau! Aku akan menghajarmu dasar wanita gila!" Julia hendak menerobos masuk ke dalam ruang rawat Kylie. Namun dengan cepat Peter langsung menarik tangan Julia yang pasti akan membuat masalah."Lepaskan tanganku, Peter!" seru Julia kesal."Nona Julia, saya mohon jangan membuat masalah. Saya menceritakan semuanya tidak bermaksud untuk anda melakukan pembalasan pada Nona Kylie. Beliau melakukan itu diluar kesadarannnya. Bahkan dia juga sudah mengakui kesalahannya, Nona. Saya mohon jangan memperkeruh suasana," ujar Peter dengan nada tegas.Julia membuang napas kasar. "Tapi dia hampir membunuh sahabatku! Dan bukan hanya hampir membunuh sahabatku tapi dia juga ingin melenyapkan bayi yang ada dikandungan Athena! Aku harus tetap memberinya pelajaran!" jawabnya penuh dengan penekanan.Julia kembali melangkahkan kakinya cepat menuju ruang rawat Kylie. Namun dengan sigap Peter langsung menarik tubuh Julia dan membopong layaknya karung beras. Sontak, Julia terkejut kala Peter membop
Justin melangkahkan kakinya masuk ke sebuah gudang, tempat dimana dia meminta anak buahnya mengurung Pamela. Peter yang berdiri di belakang Justin pun melangkah mengikuti Justin.Saat Justin memasuki gudang gelap itu, tatapannya tertuju pada sosok wanita yang meringkuk di lantai dengan tangan yang terikat oleh tali. Ya, luka tembak di tubuh Pamela sebelumnya telah diobati. Tidak mungkin Justin membiarkan luka itu membunuh Pamela. Karena kematian terlalu indah untuk wanita itu."J-Justin?" Pamela memanggil Justin lirih. Terlihat tatapanya mengiba dan memohon Justin untuk melepaskannya. Namun, sayangnya Justin tidak memedulikan tatapan Pamela yang memohon padanya.Justin menundukan tubuhnya. Iris mata coklatnya menatap Pamela dengan tatapan yang begitu tajam. "Beraninya kau melukai istriku, apa kau bosan hidup?" desisnya dengan penuh kemarahan."J-Justin, aku mencintaimu. Aku, akh-"Perkataan Pamela terpotong. Bahkan kini dia meringis kesakitan saat Justin menarik kasar rambutnya. Matan
"Justin, aku ingin melihat Adelia," ujar Athena sambil menatap Justin yang tengah fokus pada ponsel di tangannya. Sudah lama Athena tidak menjenguk keadaan Adelia. Biasanya dia hanya sering mendapatkan kabar tentang Adelia dari keluarganya saja. Namun, tentu saja itu tidak cukup. Bagaimanapun Athena masih terus merasa bersalah. Karena dirinya Adelia harus terluka."Kau ingin melihat Adelia?" Justin mengalihkan pandangannya, kemudian menatap wajah sang istri.Athena mengangguk. "Kau mau menemaniku, kan? Aku ingin sekali bertemu dengan Adelia.""Aku akan menemanimu. Tapi kau jangan terlalu lama. Kondisimu belum sepenuhnya pulih," tukas Justin mengigatkan."Iya, Justin. Aku tidak akan lama," jawab Athena yang lebih memilih menuruti perkataan sang suami.Justin beranjak dari tempat duduknya. Dia mendekat dan langsung membopong tubuh Athena, memindahkanya ke kursi roda. Kini Justin mendorong kursi roda Athena, menuju ruang rawat Adelia.Setibanya di ruang rawat Adelia, Athena mengulas seny
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang